Mohon tunggu...
Natanael Albertus
Natanael Albertus Mohon Tunggu... Guru - Saya penghobby menulis karya fiksi dan non fiksi.

Saya hanya orang biasa yang hobby menulis dan mengamati dunia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Menyikapi Kesehatan Mental Siswa di Era Pandemi Covid-19

17 Oktober 2020   11:32 Diperbarui: 18 Oktober 2020   11:56 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara pribadi saya setuju jika direalisasikan Kurikulum SEL ini karena sangat bermanfaat bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya agar lebih siap merespon dinamika psikologis dan perilaku para anak didik tertama pada masa krisis. 

Salah satu unsur di dalam kurikulum bermuatan SEL ialah memberikan kesempatan lebih leluasa kepada siswa dalam melakukan refleksi atas segara pengalaman mereka selama menjalani pembatasan sosial. Sesama siswa dimotivasi untuk saling bercerita tentang senang dan susahnya berada di dalam rumah selama berbulan-bulan ini. Guru juga dapat berperan sebagai pemberi semangat agar siswa lebih asertif sekaligus meyakinkan siswa bahwa berkata jujur tentang kepedihan bukan merupakan suatu kesalahan. 

Esensinya, ialah agar para siswa belajar secara lebih mendalam dan bermakna tentang kehidupan itu sendiri. Jadi dapat dikatakan bahwa muatan akademik sepatutnya kita nomor duakan dan kita harus menomor satukan belajar tentang keinsafan diri (self awareness dan social awareness). Dengan keinsafan diri yang lebih jujur, para siswa akan dapat membangun rencana-rencana pengelolaan diri yang lebih nyata. Mereka juga dapat mempererat relasi sosial. 

Outputnya ialah anak mampu membuat keputusan-keputusan secara lebih bertanggung jawab. Tentu saja, rangkaian kegiatan belajar sosial emosional tersebut diselenggarakan sesuai dengan tingkat kematangan dan kecerdasan anak, serta melibatkan keluarga sebagai bagian keseluruhan dari proses. 

Bukan hanya siswa, guru dan para tenaga pendidik juga dapat mengalami proses gangguan mental akibat wabah covid-19. Kondisi ini dapat diperburuk oleh kewajiban bagi para guru agar mereka dapat mengantisipasi masalah mental anak didik. Sejauh mana otoritas terkait juga telah memberikan perhatian kepada para guru dan para tenaga pendidik seperti administrasi dan kepala sekolah. Mereka juga perlu diberi bekal dan kesempatan untuk ber-SEL bagi diri mereka sendiri dan sesama mereka. 

Kita sebagai guru atau orang tua agar berupaya menemukan kegembiraan di tengah situasi yang serba tak menentu terhadap anak-anak kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun