Pendidikan yang diberikan orang tua juga berpengaruh terhadap perilaku anak zaman sekarang, karena banyak sekali konflik maupun masalah hingga menyebabkan kematian terutama di sekolah dasar hingga sekolah menengah ke atas. Masalah tersebut sering terjadi dan terus berulang karena didikan maupun tekanan dari orang tua yang membuat anak menjadi seseorang yang temperamental dan cenderung menyakiti orang lain. Hal tersebut terjadi karena mereka sering melihat tindakan orang tua maupun perkataan yang dilakukannya. Sehingga membuat mereka sebagai tersangka menjadi tertekan karena hal yang mereka alami selama mereka di rumah dan bisa meluapkan apa yang mereka rasakan kepada orang atau teman mereka yang dirasa lebih lemah dari dirinya agar emosi atau perasaan yang terpendam dalam diri tersangka bisa tersampaikan dengan cara yang tidak baik. Hal tersebut juga bisa terjadi karena sebagian anak kurang perhatian dan kasih sayang dari orang tua mereka sehingga mereka akan mencari perhatian dengan perilaku yang menarik perhatian orang lain, namun cara yang mereka pakai adalah hal yang bisa membahayakan mental bahkan menghilangkan nyawa seseorang.
 Banyak sekali kasus perundungan yang masih beredar hingga sekarang, bahkan perundungan yang dilakukan hingga ke ranah hukum karena hal tersebut disebut pembunuhan.  Salah satu kasus yang baru-baru ini  menjadi tranding topik, membuat warga geram akan hal ini yang menyebabkan Anak Sekolah Dasar di sebuah daerah yang ada di Subang Jawa Barat yang menjadi korban hingga dinyatakan meninggal dunia dengan begitu mengenaskan karena perundungan yang ia alami. Berawal dari korban yang merasakan mual, dan sakit kepala tetapi anak tersebut tidak berani menceritakan semua yang ia rasakan dan lalui kepada orang tuanya. Namun orang tua dari korban curiga terhadap anaknya karena ada kejanggalan dalam tubuh dan kesehatan sang anak yang semakin memburuk. Setelah kesehatan yang tidak kian membaik, pada akhirnya dilarikan ke rumah sakit terdekat dan dinyatakan koma selama 6 hari dengan kondisi korban yang tidak stabil. Dari pernyataan medis dinyatakan bahwa batang otaknya sudah mati. Dokter maupun tenaga medis di rumah sakit sudah melakukan berbagai usaha untuk membantu korban agar bisa bertahan hidup, namun takdir berkehendak lain bahwasanya anak tersebut tidak bisa bertahan hidup lebih lama karena gangguan pada otaknya yang membuat tubuhnya semakin melemah.
Diagnosa awal yang diprediksi oleh dokter ialah terjadinya pendarahan di otak, dicurigai adanya benturan hebat di kepala, namun belum bisa dipastikan akan hal itu karena belum dilakukan penelitian lebih dalam mengenai penyakit tersebut sebab kondisi pasien belum stabil. Pihak keluarga melaporkan hal ini kepada wali kelas dari korban dan tanggapan wali kelas itu sendiri adalah ia baru mengetahuinya setelah seminggu setelah korban sudah dilarikan ke rumah sakit. Pada akhirnya polisi turun tangan akan permasalahan ini dan tengah memeriksa sejumlah saksi termasuk teman korban, keluarga korban dan pihak sekolah. Rumor yang beredar bahwa kepala sekolah dari sekolah korban dituntut dan dilepas jabatan, sekolah tersebut juga dicap buruk oleh masyarakat sekitar. Pencegahan perundungan di sekolah harus menjadi prioritas pihak berwenang dan lembaga pendidikan Indonesia untuk mencegah hal tersebut terjadi kembali. Pemerintah harus mengambil langkah konkret untuk mengatasi perundungan di sekolah dan setiap sekolah wajib diadakan pelayanan konseling bagi korban dan pelaku perundungan untuk membantu mengatasi trauma yang dimiliki sehingga mengubah perilaku siswa untuk menjadi lebih baik. Orang tua juga berperan penting bagi kesehatan mental anak dan memantau setiap perilaku anak yang menyimpang, sehingga ke depannya tidak akan lagi ada perundungan yang terjadi di sekolah yang menyebabkan kematian bahkan trauma berat bagi si korban perundungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H