Mohon tunggu...
Natanael Natanael
Natanael Natanael Mohon Tunggu... profesional -

Albertus Agung Natanael atau saya lebih suka dipanggil Natanael, mendalami bidang pendidikan. Menyelesaikan S1 di UNEJ bidang bahasa dan sastra Indonesia dan S2 di Universitas Negeri Malang bidang Bahasa Indonesia. Saya mengajar Bahasa Indonesia di Universitas Kristen Petra Surabaya, Universitas Pelita Harapan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Komunikasi Monitor dan Controlling Koordinasi untuk Mengatasi Kekerasan Anak di Sekolah

3 Desember 2014   22:28 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:07 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bullying adalah tindakan mengintimidasi dan memaksa seorang individu atau kelompok yang lebih lemah untuk melakukan sesuatu di luar kehendak mereka, dengan maksud untuk membahayakan fisik, mental atau emosional  melalui pelecehan dan penyerangan. Orang tua sering tidak menyadari, anaknya menjadi korban bullying di sekolah.

Membaca Jawa Pos, 28-11-2014 tentang kejadian kekerasan yang dilakukan orang tua murid yang merasa anaknya di-bully terhadap siswa SD (yang dianggap melakukan tindakan kekerasan terhadap anaknya) di sebuah SD Swasta di Surabaya memang membuat dunia pendidikan kembali ternodai. Tindakan orang tua yang dengan leluasa memasuki wilayah sekolah dan melakukan tindakan kekerasan mungkin tidak hanya sekali di Indonesia atau bahkan di dunia.

Biasanya pelaku memulai bullying di sekolah pada usia muda, dengan melakukan teror pada anak laki-laki dan perempuan secara emosional atau intimidasi psikologis. Anak mengganggu karena berbagai alasan. Biasanya karena mencari perhatian dari teman sebaya dan orang tua mereka, atau juga karena merasa penting dan merasa memegang kendali. Banyak juga bullying di sekolah dipacu karena meniru tindakan orang dewasa atau program televisi.

Penindasan memiliki efek jangka panjang pada korban dan si penindas itu sendiri. Untuk korban, perlakuan itu merampas rasa percaya diri mereka. Untuk pelaku bullying, efeknya adalah menjadi kebiasaan dan kenikmatan untuk meningkatkan ego mereka. Ketakutan dan trauma emosional yang diderita si korban dapat memicu kecenderungan untuk putus sekolah. Beberapa anak-anak yang terbiasa melakukan bullying di sekolah akhirnya dapat menjadi orang dewasa yang kejam atau penjahat (id.theasianparent.com).

Berbekal data dari 190 negara, mencatat bahwa seluruh anak-anak di dunia secara terus menerus dilecehkan secara fisik maupun emosional mulai dari pembunuhan, tindakan seksual, bullying, dan penegakkan disiplin yang terlalu kasar. Salah satunya, seperti kekerasan anak SD yang direkam di Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah tersebar di masyarakat.Dalam video itu, terekam jelas aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah anak laki-laki berseragam coklat khas Pramuka, yang tengah memukuli seorang anak laki-laki di sebuah ruang kelas (regional.kompas.com).

Terkadang sering diamati di sebuah sekolah, anak-anak berada di luar kelas pada jam-jam pelajaran, sehingga selain menganggu kelas yang lainnya yang sedang belajar juga membuat anak-anak tidak disiplin pada jam-jam belajarnya. Bahkan waktu pulang sekolah yang tidak sama antar satu kelas dengan kelas satunya, sehingga kondisi tidak teratur dan tidak rapi sangat terasa di sekolah, karena banyak anak-anak berkeliaran di luar kelas di jam-jam pelajaran. Selain itu anak-anak tidak terbiasa untuk menjaga kondisi tertib dan menghargai teman-temannya yang masih belajar.

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yambise menyatakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi belum teratasi masalah kekerasan terhadap anak adalah kurang komunikasi monitor dan kontroling koordinasi (liputan6.com).

Komunikasi monitor merupakan bentuk komunikasi guru dengan siswa di dalam kelas maupun di luar kelas. Komunikasi guru dan siswa adalah kegiatan belajar mengajar dengan tatapan muka baik secara verbal atau non verbal, secara individual ataupun kelompok dan dibantu dengan media belajar. Selain itu, guru juga wajib memonitor perkembangan siswanya jika berada di luar kelas, misalnya di halaman sekolah dan di luar sekolah.

Kontroling koordinasi merupakan koordinasi antara guru dengan kepala sekolah, maupun koordinasi dengan orang tua murid.Guru wajib berkoordinasi dengan orang tua siswa agar orang tua mendukung proses pembelajaran siswa dengan menerapkan prinsip disiplin dan motivasi serta membantu dalam pengawasan pengendalian diri siswa. Pihak sekolah juga wajib berkoordinasi dengan orang tua siswa agar menghormati norma-norma di sekolah. Guru juga harus berkoordinasi dengan orang tua siswa agar dapat dipercaya bahwa anaknya aman dan nyaman berada di sekolah.

Kasus pelecehan siswa di atas dapat dilihat dari unsur orang tua siswa yang ikut campur dalam penanganan anak yang berbuat bullying terhadap anaknya dan juga kurangnya pengawasan guru atau pihak-pihak yang ada di sekolah.

Selain tindakan preventif lainnya perlu dibuat sebuah bulletin harian. Di harian tersebut anak-anak secara berkala diberikan kampanye tentang ‘never put down people’, jangan merendahkan orang lain serta bersikaplah sopan terhadap orang lain. Sehingga anak akan sadar dan bisa mengingatkan orang tuanya, jika orang tuanya sedikit mencela orang lain maka dia akan mengatakan ‘mama, please don’t put down anyone’. Dan orang tua bisa menuntut anaknya untuk selalu bersikap sopan, hormat dan halus kepada semua orang.

Oleh karena itu, sangat disarankan agar orang tua mengamati dan mengawasi secara melekat tingkahlaku anak-anak masing-masing agar terhindar dari kemungkinan melakukan bully atau sebagai korban bully. Mungkin penting agar anak diminta menceritakan secara rutin kejadi-kejadian di sekolah baik hal-hal yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan.

Salam Natanael

email: natanael.natanael75@gmail.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun