Mohon tunggu...
Natalie Laurentia
Natalie Laurentia Mohon Tunggu... -

Apapun yang kau tabur, akan dituai esok hari...

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Malaikat dalam Perjalanan

15 Agustus 2014   21:09 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:27 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tahun 2012 saya memiliki kesempatan untuk melakukan perjalanan ke dua Negara di Asia walaupun dengan low budget atau bisa disebut dengan backpacker.Ini adalah kedua kalinya saya mengunjungi salah satu Negara di Asia. Pertama kali saya mengunjungi Singapura adalah tahun 2010 dan itu adalah bonus dari pekerjaan saya, berkat Tuhan yang sangat besar untuk saya saat itu. Bisa pergi mengunjungi salah satu negara di Asia dengan tidak mengeluarkan sedikitpun uang pribadi itu adalah hal yang sangat menyenangkan. Semuanya difasilitasi bahkan diberi uang saku, sehingga semuanya terasa sangat menyenangkan.

Pertengahan bulan Maret 2012, akhirnya saya bisa mengunjungi salah satu Negara Asia lagi dengan seorang teman special.Pergi dengan modal tiket pesawat promo dari salah satu maskapai penerbangan besar yang berwarna merah, untuk tiket PP jurusan BDO-KUL-BDO adalah Rp. 220.000,- per orang. Sangat murah dan sesuai dengan dompet saya saat itu, dan saya harus bersabar menunggu tanggal keberangkatan setahun kemudian…biasalah kursi 0 rupiah. Kemudian untuk penginapan pun saya browsing dari salah satu website pencarian hotel terkenal, dan lagi-lagi saya mendapatkan hotel promo untuk 3 malam di KL. Berbekal uang seadanya dalam dompet yang sudah ditukar menjadi ringgit, paspor, primbon perjalanan hasil dari browsing di mbah google, peta, sedikit cemilandan satu ransel ukuran 50 liter walau tidak penuh isinya sudah menempel di punggung. Dilengkapi dengan setelan celana jeans pendek, kaos putih, dan sepatu Convers berwarna cream saya berdiri pada jalur antrian check in di salah satu counter maskapai dalam Bandara Husein Sastranegara Bandung. Ketika sampai di depan loket check in saya tidak terlalu lama karena sebelumnya sudah melakukan check in online dan akhirnya paspor saya di cap lagi di halaman berikutnya. Dalam hati saya bergumam, “yessss…holiday!!!!” Dan saya langsung buat status pada salah satu akun social media saya dalam ruang tunggu “15 Maret 2012…Heading to Kuala Lumpur”belum sempat saya balas komen-komen dari teman-teman saya, sudah keburu take off. Perjalanan memakan waktu dua jam, didalam pesawat saya duduk bersebelahan dengan seorang ibu orang asli Malaysia yang habis liburan ke Bandung dengan suaminya. Kami berbincang sebentar dan dia bertanya, “Ada mau kunjung ke KL kah adik ini?” Saya menjawab, “iya saya mau liburan ke KL.” Entah suara mesin pesawat yang terlampau keras atau suara saya yang sangat kecil sehingga ibu tersebut tidak mendengar jawaban saya dengan jelas, dan ibu tersebut spontan menjawab, “Oh, jadi adik ini ada bekerja di KL, adik ini TKI ya dari Indonesia?” Saya langsung diam dan menatap penampilan saya saat itu ketika duduk di pesawat, hati bergumam, “busettt, segini penampilan gw sangat santai dan sempet mengeluarkan peta MRT KL…koq yah bisa disebut TKI?!” Helowwwww asli ngeselin banget. Dan tak lama saya langsung menjawab pernyataan ibu tersebut, “Bukan, saya bukan TKI, tapi saya mau holiday.” (dengan nada sedikit keras) dan ibu tersebut menjawab, “ooooooo” sambil tersenyum dan diam. Sepertinya image mereka orang Malaysia jika melihat orang Indonesia pergi ke negaranya mungkin langsung diangkap sebagai TKI. Walaupun dilihat dengan sebelah mata, namun TKI adalah pahlawan devisa bagi Indonesia.

Dua jam sudah saya duduk di dalam pesawat dan akhirnya saat untuk landing pun tiba, dari jendela saya bisa melihat perkebunan sawit yang hijau terbentang sangat luas, dan tidak ada pemandangan lain selain perkebunan sawit. Setelah aba-aba dari pilot yang memperbolehkan untuk melepaskan safety belt, maka saya pun melepaskan tali safety belt dan berdiri untuk mengambil ransel dalam cabin. Setelah itu saya beranjak keluar pesawat. Ketika sampai di pintu pesawat sinar matahari sangat silau maka saya mengeluarkan kacamata hitam saya. Saat saya mengenakan kacamata hitam, saya menghirup dalam-dalam udara KL untuk pertama kalinya…Dalam hati saya berkata, “Terima kasih Tuhan…pesawat yang saya tumpangi sudah mendarat dengan selamat di Sepang.” Sepang adalah nama daerah dimana bandara LCCT (Lower Cost Comersial Terminal) milik pesawat merah berada.Lalu dengan cepat saya menuruni anak tangga pesawat dan berjalan mengikuti petunjuk arah dan orang-orang yang sama-sama keluar dari pesawat lebih dulu. Setelah mengantri di bagian imigrasi dan akhirnya bisa keluar bandara, saya langsung mengikuti petunjuk dari mbah google yaitu, menaiki bis penghubung antara Sepang dan KL Sentral, saya pilih Aero Bus dengan harga 8RM atau 8 ringgit. 1 jam kemudian saya sampai dengan selamat di KL Sentral.

Nah…nah…nah kebingungan dan gaptek mulai dirasa di tempat ini, ketika saya melihat sekeliling saya penuh dengan loket-loket perjalanan mulai dari MRT, Monorel, KRL, Bis dan sebagainya entahlah pokonya saya mulai hectic dibuatnya.Di setiap loket pembelian tiket selalu dilengkapi dengan mesin untuk membeli 1 tiket tujuan perjalanan. Saya senyum-senyum sendiri lihatnya, dan mulai memperhatikan orang-orang yang mengantri dan bagaimana cara mengoperasikannya. Udik bin kampunyan judulnya…Kemudian saya masuk ke salah satu antrian MRT dan saya bertanya ingin ke stasiun yang banyak jurusannya, diarahkanlah saya ke Stasiun MRT BTS (Bandar Tasik Selatan) supaya bisa melanjutkan ke daerah lainnya. Ketika sampai di stasiun BTS, sungguh terkejut saya ketika melihat stasiun tersebut sangatlah bagus, malah menurut saya lebih mirip dengan bandara. Ini ternyata adalah stasiun baru untuk bis dan kereta cepat/MRT dengan perlintasan antar kota dan negara. Ketika saya masuk kedalamnya, saya benar-benar jadi orang udik dan berucap,”waooooowwwww gile keren pisannn” bersama teman saya, saya berjalan memasuki stasiun tersebut, saya betul-betul memperhatikan setiap sudutnya, setiap papan digital yang menampilkan jadwal-jadwal bis yang akan berangkat. Kemudian mata saya tertuju pada satu loket diujung kiri, bertuliskan “Singapore 35RM” lalu saya berjalan menghampiri loket perjalanan tersebut, dan saya bertanya, “Is this bus to Singapore…available or not?” penjaga loket tersebut menjawab, “yes available” dengan logat Chinese. Teman saya, mencolek lengan saya dan berkata, “sepertinya loket lain ada yang lebih murah, cari dulu deh” Tapi sebelumnya saya meyakinkan lagi teman saya apakah kami fix untuk mengunjungi Singapura dengan jalan darat selama 6 jam. Teman saya meyakinkan saya untuk tiba-tiba merubah tujuan perjalanan menjadi ke Singapura dengan bis. Akhirnya kami mendapatkan satu loket yang menjual tiket perjalanan ke Singapura dengan harga sedikit murah setelah tawar menawar yaitu 30RM atau sekitar Rp. 90.000,- yah dan akhirnya kami naik bis tersebut, bis yang sangat nyaman, bis yang diluar bayangan saya, ternyata beda dengan di Indonesia, bis dengan harga Rp. 90.000,- untuk lintas Negara saya kira akan dapat kelas ekonomi yang parah banget, ternyata full AC, televisi, kursi yang sangat empuk dan luas. Bersyukur pada Tuhan untuk tidak salah pilih bis, dan terima kasih dengan kenyamanan dalam bis ini, sehingga saya bisa beristirahat dengan nyaman dalam bis. Dan otak saya sibuk merangkai scheduleyang mendadak berubah, hmmmm…cukuplah 2 hari 1 malam di Singapura dan 4 hari 3 malam di Kuala Lumpur, bisa sampai ke Negara tetangga dengan budget terbatas pun sudah sangat bersyukur.

Pukul 18.00 waktu setempat bis berangkat tepat waktu, saya mulai membuka primbon perjalanan lagi, disini dikatakan bis akan akan berhenti di Terminal Larkin Johor Bahru kota perbatasan antara Malaysia dengan Singapura lalu harus ganti bis dengan bis SBS Transit nomer 170 jika tidak salah tujuan Queen Street, dan saya harus melewati border atau kantor imigrasi perbatasan untuk periksa paspor. Yang ada dibayangan saya aga sedikit rumit dan masih bingung. Ah sudahlah…pusing memikirkan hal itu…santai saja dalam benak saya, sampai yah tinggal sampai…nyasar yah tinggal nyasar…paling ujung-ujungnya bertanya pada orang. Sepertinya ada seorang wanita usia 35 tahunan, duduk disamping saya yang memperhatikan gerak gerik saya. Lalu dia menyapa saya, “hai mba mau kemana? Orang Indonesia yah” tegas wanita itu, saya langsung menoleh dan berkata, “iya mba, koq mba tau saya orang Indonesia?” Menurutnya dari gaya saya sudah bisa diketahui….hmmmmm cape dehhhh!!!! Wanita itu berkata, “santai aja nanti saya kasih tau petunjuknya” dan saya menjawab, “oke mba terima kasih.” Akhirnya saya tertidur setelah sebelumnya saya membuka satu bungkus biskuit Oreo dan habis pula, artinya kelaparan sangat. 5 jam telah berlalu, pukul 23.00 saya tiba di Terminal Bis Larkin Johor Bahru, ketika keluar dari bis, saya agak kaget karena suasananya mirip seperti di terminal bis Cicaheum Bandung atau sama dengan terminal bis Kampung Rambutan Jakarta. Malah agak terlihat lebih menyeramkan…banyak parkiran bis kosong tak berpenumpang, yang ada hanya para calo yang menawarkan tiket bis lanjutan ke kota lain. Banyak kios-kios makanan yang dipenuhi orang-orang yang sedang main kartu. Betul-betul suasana yang mirip seperti di rumah makan khas Batak Lapo yang dilengkapi dengan botol-botol minuman diatas meja. Dan ketika perut saya membunyikan alarm tanda sangat kelaparan, saya masuk ke restoran franchise terbesar di dunia dengan lambing huruf M besar warna kuning dengan dasar merah cabai. Saya membeli Fish O fillet, fried fries, dan satu gelas teh-O atau airteh manis. Tak lama saya melihat ada bis SBS Transit 170 dengan tulisan Queen Street, tiba-tiba wanita yang tadi berbicara dengan saya di dalam bis memberitahu saya bahwa bis tersebut yang bisa digunakan untuk menyambung ke Singapura, spontan rasa lapar yang hendak menyantap fish O fillet menjadi hilang seketika. Saya bergumam, “akhirnya bis situ muncul juga.” Saya langsung berterima kasih kepada wanita bernama Nur yang ternyata berasal dari Ponorogo itu dan langsung naik lalu bertanya kepada supirnya, “Mister,is it right that the destination of this bus is Singapore?” Supir yang wajahnya seperti orang India itu menjawab, “yes, this bus goes to Singapore” dan saya menjawab, “Ok, thanks mister.” Saya langsung mencari tempat duduk di tengah-tengah bis, setelah menunggu sekitar 15 menit, bis ini hamper penuh dan sudah mulai berjalan perlahan. Tiba-tiba ada seorang bapak-bapak usia 50 tahunan, masuk dan cepat-cepat mencari duduk, karena sudah penuh akhirnya tak ada pilihan dia duduk di sebelah saya. Tak lama kami mulai berkenalan dan bercerita, ternyata Bapak tersebut bernama Mr. Raj, dia orang Malaysia, imigran dari India dan bekerja di Malaysia, kebetulan dia ada urusan dan mengharuskan dia kembali ke Singapura ke kantor bos utamanya. Dia berkata kepada saya, “nice to know you in this bus and thanks for tell me everything about Indonesia…someday I will visit Indonesia.” Saya menjawab, “yeah, you must try mister…and when you visit Indonesia, especially Bandung city I will guide you.” Bapak itu menjawab lagi, “ ok, thanks before, by the way where do you go now?” saya coba menjelaskan, “I ever visit Singapore, and this time for twice, but now I try with budget traveler, very low budget.” Kata bapak itu, “oh I see…backpacker you meant.” Dan saya menjawab, “yes, and I don’t know about Queen Street, the way that I must stop and get off from the bus…then I don’t understand about the border in Singapore, how to pass the immigration because this my first time goes to Singapore by bus from KL and now is in the middle of the night…honestly I’m little bit scare ‘mister.” Mr. Raj tersenyum pada saya dan berkata, “don’t worry about that, I will guide you, because I will go to the Queen Street too…so we can go together.” Hmmmmm…hati saya sangat sejuk mendengarnya. Di dalam bis yang AC nya sangat dingin, sebuah bis umum sejenis Damri hanya saja lebih eksklusif, dan saat itu waktu menunjukan pukul 23.40 malam ada seorang bapak berbicara seperti itu di sebuah tempat antah berantah jauh ribuan mil dari Bandung Indonesia, betul-betul membuat hati saya sangat tenang.

Walau di satu sisi, masih aka nada kemungkinan si Mr. Raj hanya memberi janji manis saja, pikir saya saat itu dalam hati yang harus selalu berjaga-jaga dan berhati-hati ketika kita berada di negeri orang. Tak lama kemudian bis berhenti di salah satu bangunan besar yang sangat tertata rapi, saya simpulakan kalau itu adalah Border, kantor imigrasi Singapura kalau tidak salah ingat namanya Sultan Iskandar. Bis yang saya tumpangi berhenti sebentar dan semua orang-orang dalam bis turun dengan cepat lengkap dengan bawaan mereka dan tidak ad yang tertinggal satupun. Mereka berlari-lari menaiki tangga, saya agak heran kenapa semua orang-orang berlarian menuju ke dalam gedung. Mr. Raj berkata, “come on, girl…I am waiting you inside and don’t forget your backpack” Akhirnya saya segera turun dan berlari juga, ternyataaaa ketika saya sampai di dalam gedung imigrasi, walaupun sudah tengah malam, banyak sekali antrian orang-orang pada tiap loket imigrasi, ditambah saya harus mengisi formulir terlebih dahulu. Haduhhh sungguh ribet saya rasa, tapi saya tetap menenangkan diri saya sendiri, saya mengisi formulir data kunjungan kemudian kembali pada antrian yang panjang. Dalam hati saya, “wah saya ditinggal nih sama Mr. Raj…gapapa deh yakin aja selamat.” Setalah melewati antrian panjang, sampailah saya pada loket imigrasi dan petugasnya bertanya, “passport please?” Saya hanya diam dan memberikan passport saya. Kemudian petugas tersebut bertanya, “ Holiday or medical check up?” Saya jawab, “I visit Singapore for holiday just in two days.” Petugas tersebut menjawab, “Ok” sambil mencap passport saya. Kemudian saya keluar antrian dan mengikuti petunjuk arah keluar, menuruni tangga dan ada tulisan Platform…saya ikuti terus ternyata turun ke parkiran bawah gedung dan ada banyak bis-bis menunggu, saya berhenti sejenak dan memperhatikan keadaan sekitar, mata saya langsung tertuju pada bis SBS Transit, namun tujuan Woodlands, haduhhhh…mana yang tujuan ke Queen Street tadi yah???

Tiba-tiba jauh di ujung platform yang banyak orang-orang juga sedangmenunggu bis juga ada seorang bapak melambaikan tangannya kepada saya, lalu saya dekati….”oh my God, Mr. Raj…are you waiting for me?” Dia menjawab, “ Yes, I’m waiting for you to accompany you to Queen Street.” Saya langsung merasa lemas dan terharu, ditengah malam hari di perbatasan Malaysia dan Singapura, ditengah orang-orang yang tidak saya kenal, ditengah lingkungan yang sama sekali tidak saya tahu masih ada orang baik yang betul-betul menepati janjinya untuk menemani saya. Lagi-lagi saya bergumam, “Thanks God” Kemudian dia berkata, “do you still keep the ticket of SBS bus first?” saya spontan menjawab, “yes, I keep the ticket.” Mr. Raj tersenyum dan menjawab, “you are a smart girl” dan ternyata tiket bis yang pertama tadi jangan dibuang, sebab kita masih melanjutkan perjalanan ke Queen Street dengan bus SBS Transit dengan tujuan yang sama tapi beda bis, karena bis yang pertama tadi sudah pergi meninggalkan saya, karena saya lama saat mengantri. Namun bisa dilanjutkan dengan naik bis yang lain dengan tujuan sama. Akhirnya bis SBS Transit 170 muncul di parkiran dan saya langsung lari bergegas masuk ke dalam bis ditemani oleh Mr. Raj, dan dia duduk didepan saya. Setalah hampir 1 jam perjalanan akhirnya bis ini berhenti di sebuah parkiran bis yang besar, mungkin ini daerah yang dimaksud dengan Queen street tersebut, yahhhh inilah tujuan paling akhir. Kemudian Mr. Raj menyuruh saya turun, dia pun turun dan dia berkata, ”This is Queen Street girl, and you must looking for a taxi to reach your hotel.” Dan saya hanya bisa berkata, ”Thank you Mr. Raj, you are very kind and I cant give you anything...just pray that you will full of bless from God, God bless you Mr. Raj.” Mr. Raj membalas, ”God bless you too Natalie” sambil berjabat tangan. Kemudian dia menyetop sebuah taksi dan dia membukakan pintu taksi untuk saya sambil berkata kepada supir taksi tersebut, ”Go to Geylang, Fragrance Hotel”, saya hanya bisa menatap wajahnya yang penuh senyum sambil berkata, ” becarefull and nice to meet you Natalie.” Dan saya sedikit berteriak kepada Mr. Raj karena taksi sudah mulai jalan, ”Thanks a lot Mr.Raj and i will missing you.” Dan Mr.Raj melambaikan tangannya kepada saya sambil tersenyum, saya menatapnya dan membalas lambaian tangannya sampai saya tak bisa lagi menatap Mr. Raj.

Terima kasih Tuhan untuk seorang bapak yang sungguh sangat baik, yang Engkau kirim untuk membantu perjalanan saya, kalau bukan karena perpanjangan tangan Tuhan untuk saya mungkin saya akan nyasar di Singapura. Malaikat Tuhan ada untuk menemani perjalanan saya. Juga untuk Mba Nur orang Ponorogo yang bekerja di Johor Bahru yang memberikan penjelasan di dalam bis dan menunjukan kepada saya bis SBS Transit 170 untuk melanjutkan perjalanan ke Singapura, kalian berdua merupakan berkat terbesar dalam perjalanan saya ketika hendak mengunjungi Singapura

Dimanapun kita berpijak, dimanapun kita berada, dimanapun kita pergi, bagaimanapun kondisi kita, jangan pernah lupa untuk selalu peduli kepada sesama kita, untuk selalu menolong ketika disekitar kita ada orang-orang yang membutuhkan bantuan, ketika ditengah jalan ada orang-orang yang menanyakan jalan...jelaskan petunjuk jalan kepada mereka supaya mereka tidak tersesat. Berikan penjelasan yang membantu mereka dan jangan sesatkan mereka. Pikirkan saja bagaiman jika kita diperlakukan seperti itu, disesatkan oleh orang lain, pasti rasanya tidak enak dan menyakitkan. Cukup dengan penuh kasih dan kebaikan untuk semua orang dalam kehidupan kita, maka apa yang kamu tabur itulah yang akan kamu tuai.Niscaya, kemanapun kita pergi pasti Tuhan menyertai kita.

**** Special untuk Mba Nur dan Mr. Raj yang saya kenal dalam bis SBS Transit 170 jurusan Queen Street Singapura, kebaikanmu kepada saya akan Tuhan balas dalam kehidupanmu Mr. Raj****

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun