Mohon tunggu...
Natalia Tonadi
Natalia Tonadi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Halo! Saya adalah mahasiswi Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti. Enjoy!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Mula Lahirnya Cireng

12 Juli 2021   21:27 Diperbarui: 12 Juli 2021   21:29 10319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen pribadi

Cireng alias aci digoreng adalah sebuah camilan dengan bentuk dan cita rasanya yang khas sudah terkenal serta disukai oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Gurihnya cireng dapat membuat siapa saja ketagihan ditambah dengan cocolan saus yang menemani makanan ringan asal daerah Sunda ini. Cireng sendiri dibuat dengan cara menggorang adonan dengan bahan utama tepung tapioka atau dikenal dengan sebutan tepung kanji. Dalam perkembangannya sendiri, cireng banyak mengalami inovasi dari segi rasa maupun bentuk. Mulai dari cireng saus rujak, cireng banyur, cireng nasi, hingga cireng isi yang memiliki berbagai toping seperti daging ayam, sosis, bakso, keju, dan lainnya. Di artikel ini kalian dapat menemukan asal mulanya kudapan sederhana terkenal dari Priangan.

Berdasarkan artikel historia.id berjudul Akar Sejarah Singkong, pada tahun 1852 singkong pertama kali dikenalkan pada suatu kabupaten di Jawa Timur walau tidak terlalu terkenal hingga 1875. Setelah beberapa waktu kemudian tingkat konsumsi singkong semakin meningkat sebagai sumber pangan yang lebih disukai penduduk, ditambah lagi dengan perumbuhan penduduk yang pesat di Pulau Jawa. Dapat dikatakan pada kala itu produksi padi kalah pamor dengan pembudidayaan singkong yang lebih mudah dilakukan. Ditambah dengan kesulitan untuk menanam padi, sehingga singkong sebagai sumber pangan tambahan dapat diperoleh oleh semua orang degan mudah.

Singkong sendiri mulai disebarkan Belanda ke Indonesia pada abad ke-18 dan semenjak itu tepatnya lebih dari 200 tahun yang lalu, tepung aci telah ditemukan oleh nenek moyang kita. Hal tersebut membuktikan para leluhur sudah mengenal dan mengerti teknik pengeringan singkong, yang kemudian diolah menjadi tepung aci dan akhirnya digunakan untuk membuat berbagai macam makanan. Proses pembuatan tepung ini sendiri diawali dengan memilah antara singkong yang beracun dan tidak, karena kulit singkong memiliki kandungan sianida. Setelah itu singkong akan diparut, dicuci, direndam, kemudian diperas dengan kain. Air bekas perasan akan diendapkan hingga kering betul dan endapan yang terbentuk akan ditumbuk lagi hingga halus, hingga jadilah tepung aci/tapioka.

Sumber: Dokumen pribadi
Sumber: Dokumen pribadi

Filosofi Terbentuknya Cireng

Pada zamannya, Bandung merupakan kota melting pot sebagai pusat bertemu dan akulturasi budaya Cina, Belanda, bahkan hingga Jepang. Sewaktu masih di bawah penjajahan Belanda para rakyat Bandung sulitnya untuk mendapatkan bahan seperti beras, roti, dan gandum yang dibawa oleh Belanda. Maka dari itu mereka mulai memikirkan untuk menciptakan makanan-makanan ringan yang mudah diterima di masyarakat dan terjangkau semua orang, akhirnya mereka berinisatif dan berkreativitas dalam menciptakan makanan khas sendiri. Para penjual juga memikirkan bagaimana membuat variasi makanan yang bisa dimakan oleh masyarakat tidak mampu, dan semenjak itu mulai banyak tercipta makanan ringan berbahan baku aci ceperti cilok, cimol, cimin, dan tentunya cireng.

Kapan cireng mulai ditemukan? Cireng pertama kali mulai dijual ke publik di Bandung pada tahun 1970-an, dan pada kala itu sangat terkenal sebagai jajanan anak-anak sekolah dasar. Sebagai jajanan kaki lima yang bermula dari Bandung, sampai sekarang cireng sudah dikenal hingga ke pelosok Indonesia karena bahannya yang mudah diperoleh dan cara pembuatan yang mudah.

Nilai Budaya dibalik Nama Cireng

Nama makanan ringan orang Bandung terkenal dengan kesederhanaannya dan ikonik karena sering disebut dengan singkatan atau akronim bahan baku makanannya. Misal seperti cireng (aci digoreng), batagor (baso tahu goreng), cilok (aci dicolok), comro (oncom di jero/dalam), misro (amis/manis di dalam), dan banyak lagi sebagainya. Ternyata, pemberian nama makanan tersebut mencerminkan budaya orang Sunda yang ramah dan easy going. Mereka lebih menyukai kehidupan yang praktis dan tidak repot, sehingga memilih nama yang mudah disebut dan mudah diingat. Selain itu orang Sunda juga terkenal dengan kreativitasnya dalam mengolah makanan, dapat dilihat bahwa kota Bandung hingga saat ini masih dianggap sebagai pusat kuliner di Indonesia. Pada akhirnya, kita sebagai warga Indonesia harus lebih tahu mengenai hal-hal yang menjadi bagian dari sejarah dan mewariskan cerita ini kepada anak cucu agar terus bisa diingat dan diketahui banyak orang. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun