Mohon tunggu...
Natalia Maloringan
Natalia Maloringan Mohon Tunggu... Editor - Pekerja Sosial Profesional

Telah menyelesaikan studi Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial di Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial Bandung pada 2017. Sekarang bekerja sebagai Pekerja Sosial Supervisor Program Keluarga Harapan di Kementrian Sosial dengan penempatan Kabupaten Bandung. Tahun 2019, memulai melanjutkan studi Magister Terapan Pekerjaan Sosial di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung semester 2 dan tengah menganalisis teknologi-teknologi pekerjaan sosial yang bisa diupdate serta bisa dipergunakan. Pada Agustus nanti masuk pada semeter 3 dimana melakukan kajian dan pembelajaran untuk pengelolaan kebijakan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Perubahan Pola Pikir KPM PKH, Dorong Angka Graduasi Mandiri

9 Desember 2019   10:29 Diperbarui: 9 Desember 2019   10:46 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cimaung, 9 Desember 2019 - SITI MULYANAH, Amd. Keb adalah salah satu pendamping PKH Kecamatan Cimaung yang mendamping Desa Cipinang. Menurut Siti keberhasilan P2K2 (Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga) dilihat dari cara berpikir KPM (Keluarga Penerima Manfaat) yang ia damping dan kerelaan mereka keluar dari PKH dalam kondisi sejahtera ataupun tidak. Hal ini terlihat dari 9 KPM Desa Cipinang yang berhasil graduasi mandiri selama beberapa bulan terakhir ini.

Wariah yang tinggal di Kampung Maruyung dulu sempat memiliki kios dipasar namun bangkrut. Tahun 2014 Wariah menerima PKH, dan kembali bersemangat merintis usahanya lagi. Wariah mulai berjualan gorengan dan kopi dengan menyewa rumah tetangganya. Usahanya ini bisa semakinberkembang setelah suaminya mendapatkan warisan. Wariah menuturkan bahwa dirinya merasa terbantu dalam memenuhi kebutuhan anak-anaknya sekolah dari bantuan PKH yang cair per 3 bulan tersebut.

"Saya terbantu sekali sama PKH karena uang PKH untuk anak sekolah, sedangkan saya nabung buat nambah modal usaha" Katanya saat diwawancarai.

Bisnis Wariah makin maju setelah WC Umum dan Parkiran di Pasar Banjaran membuahkan hasil. Ditambah Wariah juga mencoba menjual cireng yang dibungkus dan diproduksinya sendiri hingga ratusan per hari. Tercatat September 2019 Wariah mengajukandiri untuk keluar dari PKH.

Selain Wariah, ada Nining warga kampung Hegarmanah yang juga memilih keluar dari PKH. Suami Nining hanya petani dengan penghasilan yang sedikit. Tapi keluarga kecil ini terus menabung hingga bisa membuat rumah permanen. Selain rumah yang sudah permanen, tanggungan Nining hanya satu lagi karena anaknya yang lain sudah menikah.

Harapan Nining anaknya bisa memiliki pendidikan minimal SMA, sehingga ia berinisiatif mendaftarkan anaknya untuk mengikuti persamaan Paket C di Baleendah. Hasilnya menggembirakan anaknya lulus dari paket C dan bisa diterima bekerja di pabrik walaupun belum tamat sekolah. Dengan kondisi demikian maka Nining memutuskan keluar dari PKH meski baru beberapa kali menerima bantuan pemerintah ini.

Berbeda dengan Nining, Riska Rohaeni menerima PKH dari tahun 2016. Awalnya Riska hanya ibu rumah tangga biasa dengan penghasilan sangat kurang dari cukup. Namun beberapa bulan setelah mendapatkan bantuan PKH, Riska diterima di salah satu pabrik di Kabupaten Bandung dengan penghasilan yang mencukupi.

Berbekal penghasilannya sekarang Riska resmi mengundurkan diri pada bulan oktober 2019. Nasib yang serupa juga dialami Ai Holiah yang telah bekerja sebagai pegawai tetap di pabrik dengan gaji yang lumayan. Kesadarannya akan penghasilannya kini membawa Ai Holiah malu masih menerima PKH dan memilih mundur dari PKH.

Nurdaeti juga memiliki alasan yang sama dengan Riska dan Ai untuk keluar dari PKH. Nurdaeti  telah bekerja sebagai buruh pabrik dan sudah diangkat menjadi pegawai tetap. Sedangkan suaminya berwirausaha dengan melakukan jual beli kendaraan bermotor. Nurdaeti juga tercatat telah memiliki rumah permanen, sehingga secara sadar Nurdaeti mundur dari kepesertaan PKH.

Kisah lainnya dari Tita Purwanti yang menerima pkh sejak tahun 2014. Saat awal menerima PKH, suami Tita hanyalah seorang buruh di kebun ubi jalar di cipinang dengan penghasilan pas-pasan. Namun, Tita dan suaminya tak berkecil hati, dengan menabung yang rutin Tita akhirnya bisa membeli sebuah kebun ubi yang dikelola suaminya sehingga bisa menghasilkan penghasilan yang lumayan. Kemudian, tahun 2017 Tita bisa membangun rumah permanen sehingga pada tahun 2019 Tita mengundurkan diri dari kepesertaan PKH setelah menyadari kondisi perekonomiannya lebih stabil.  

Graduasi mandiri memerlukan perubahan cara berpikir dari suami dan istri sebagai pasangan dalam keluarga yang menjadi sasaran PKH. Terbukti dari kisah Lianawati,  suaminya dulu hanya buruh serabutan, anaknya masih usia sekolah dan sangat membutuhkan bantuan. Namun seiring berjalannya waktu, suami Lianawati sekarang diterima bekerja di toko emas dan anaknya kini yang sudah lulus SMA juga sama-sama bekerja di toko emas. Lianawati sendiri sekarang mulai berdagang warung kecil-kecilan di depan rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun