Pengumuman operasi militer oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis 24 Februari 2022 terhadap Ukraina di wilayah Donbass sangat mengejutkan dunia (Patrio, 2022). Meskipun intelijen Eropa dan Amerika Serikat (AS) sudah memprediksi sebelumnya.Â
Amerika Serikat sendiri mengatakan bahwa Rusia memang sudah melakukan finalisasi persiapan serangan ke Ukraina.Â
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken menyebut Kremlin telah mengumpulkan pasukannya di setiap sisi perbatasan dengan Ukrania dan AS telah melihat sebelumnya bahwa selama 24 hingga 48 jam terakhir membuat Rusia memberikan sentuhan akhir untuk menempatkan pasukannya di seluruh Ukraina sehingga perbatasan di setiap perbatasan dengan Ukraina, Rusia siap untuk invasi penuh (Sorongan, 2022).Â
Serangan Rusia terhadap Ukraina tersebut merupakan serangan terbesar di Eropa pasca perang dunia ke II (Santoso & Sunyoto, 2022). Serangan tersebut masih terjadi hingga saat ini. Menurut data PBB, hanya dalam kurun waktu sebulan, seranggan ini membawa sebanyak 3,7 juta orang meninggalkan Ukraina sejak Invasi Rusia sebulan lalu dan 90 persen diantaranya adalah perempuan dan anak-anak (Puspaningrum, 2022).
Konflik yang telah terjadi memengaruhi dinamika ekspor-impor negara Rusia ataupun Ukraina.Â
ebagai contoh, Jerman dan Qatar mengadakan dialog tentang masalah energi. Jrg Kukies, sekretaris negara di kantor kanselir federal, menyatakan bahwa dia telah bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman al-Thani untuk membahas kerja sama di bidang energi dan investasi bisnis. Jerman mengumumkan dimulainya pembangunan dua terminal untuk menerima gas alam cair di Brunsbttel.Â
Tujuannya adalah untuk mengurangi ketergantungan Jerman pada pasokan Rusia. (Deutsche Welle, 2022). Tidak hanya itu, negara dengan ekonomi terbesar ketiga Eropa, Italia, mendapati hambatan untuk memenuhi kebutuhan pabriknya seperti kertas yang didorong oleh meroketnya harga gas alam.Â
Tidak hanya itu, Pabrik Baja di Italia juga mematikan tungku listrik minggu lalu dan Para Nelayan dihadapi lonjakan harga minyak yang fantastis.Â
Sekitar 40% listrik Italia dihasilkan dari gas alam yang sebagian besar berasal dari Rusia. Harga gas alam meningkat tahun lalu karena cadangan di Eropa berkurang, tetapi perusahaan mampu menstabilkan harga dan terus beroperasi.Â
Namun, hal tersebut tidak berlaku pada masa invasi Rusia, ketika harga sudah tinggi melonjak dari 90 euro megawatt/jam menjadi lebih dari 300 euro megawatt/jam. (APNews, 2022).
Apabila kita melihat contoh sebelumnya, kedua fenomena tersebut sama-sama berbicara tentang energid. Konflik tersebut tidak hanya memengaruhi dinamika energi di Benua Eropa, tapi hampir seluruh dunia lewat kontrol harga minyak bumi.Â
Rusia merupakan pemasok 10% minyak dunia, untuk melakukan operasi militer dibutuhkan minyak yang banyak sehingga ini menjadi salah satu alasan melonjaknya harga minyak. Pada awal konflik berjalan, Harga minyak dunia melonjak hampir US$ 120 per barel diikuti dengan pertimbangan AS atas sanksi energi yang dijatuhkan kepada Rusia atas serangan ke Ukraina.Â
Harga minyak West Texas Intermediate naik US$ 8,01 menjadi US$ 115,7 per barel dan harga minyak Brent naik US$ 7,65 menjadi US$ 118,1 per barel, sedangkan West Texas Intermediate naik US$ 8,01 menjadi US$ 115,7 per barel pada bulan Februari.Â
Harga minyak mentah Indonesia ikut mengalami kenaikan kenaikan sebesar US$ 9,83 dari US$ 85,89 per barel pada Januari 2022. Kementerian ESDM menetapkan harga minyak mentah Indonesia atau ICP Februari 2022 sebesar US$ 95,72 per barel.Â
Harga minyak yang tinggi menyebabkan hadirnya alternatif pengganti minyak yaitu batu bara. Namun, kegelisahan dunia atas minyak bumi menyebabkan konsumsi batu bara meningkat sehingga terjadinya kelangkaan yang diikuti peningkatan harga batu bara.
Sekitar 30 persen Batubara Rusia berperan dalam impor batubara metalurgi Eropa dan hampir 70 persen impor batubara termal Eropa. Harga batu bara termal Eropa telah melonjak ke angka yang tidak pernah setinggi ini sebelumnya yaitu harga berjangka di atas US$ 400/t hingga kuartal ke-4 di tahun 2022.Â
Kementerian ESDM menetapkan harga batubara acuan (HBA) Maret 2022 sebesar US$203,69 per ton seiring dengan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.Â
HBA Maret meningkat US$15,31 per ton dibandingkan dengan Februari 2022 yakni US$188,38 per ton. Penguatan ini terjadi seiring dengan ketegangan antara Rusia dan Ukraina hingga membuat harga komoditas ini melambung tinggi.
Sebagai mana kita ketahui batu bara merupakan tulang punggung energi Indonesia, maka dengan adanya konflik ini dimana permintaan meningkat sehingga memberikan keuntungan yang besar. Oleh karena itu, stok baru bara nasional harus diamankan terlebih dahulu agar semua sektor kehidupan tetap bergerak tanpa hambatan seperi Pabrik Besi Italia yang harus mematikan tungku listriknya.
Berbicara konflik, menurut saya akibat konflik Rusia dan Ukraina, setiap negara mengalami keresahan sehingga mulai memperbaiki dan meningkatkan kapasitas pertahanannya tanpa disadari. Selalu ada kemungkinan secara tiba-tiba negara diserang. Konflik ini menandakan adanya krisis energi apabila tidak dapat dikendalikan dengan baik dan berlarut hingga waktu yang tidak diketahui.Â
Oleh karena itu, setiap negara perlu menjamin kemandirian energinya karena tidak ada yang dapat membantu negara kecuali negara itu sendiri setidaknya untuk menahan serangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H