Mohon tunggu...
Natasha Puspa Faradilla
Natasha Puspa Faradilla Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

NIM: 43221010115 - Dosen Apollo, Prof.Dr, M.Si.Ak - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Mata Kuliah Sistem Informasi Akuntansi - Universitas Mercu Buana - Akuntansi S1

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Quiz 1 Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB - Sedulur Papat Limo Pancer sebagai Saudara Manusia

26 Oktober 2022   19:55 Diperbarui: 26 Oktober 2022   19:57 1000
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dokpri. Konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam berbagai metafora

Selanjutnya, Legi atau arah timur maka ada hari pasar Legi yang merepresentasikan sifat udara pada diri manusia. Sifat udara pada diri manusia seperti memiliki komunikasi yang hebat sehingga dapat menjalin interaksi yang baik antar sesama manusia, selain itu juga memiliki sifat bijaksana dan hati-hati dalam bertindak.

Selanjutnya, pahing atau arah selatan maka ada hari pasar pahing yang merepresentasikan sifat geni api pada diri manusia. Sifat api pada diri manusia seperti memiliki kepribadian yang percaya diri, berani, dan karismatik.

Sedulur Papat ini merupakan wage, legi, pahing, dan pon. Dan yang kelima pancer adalah weton utama “kliwon”

Dalam metafora dimensi ruang dan waktu ini lebih dibahas mengenai bagaimana watak bawaan seorang manusia sejak ia di lahirkan ke dunia. Watak tersebut dapat di lihat dengan cara menelahaan kapan ia di lahirkan dan di hitung menggunakan Pasaran Jawa.

Penerapannya dalam kehidupan ialah, biasanya dalam adat Jawa sebelum pasangan menikah ada baiknya untuk mengecek weton mereka terlebih dahulu untuk mengetahui apakah sifat dan watak kedua belah pihak ini cocok satu sama lain yang dapat menimbulkan keharmonisan dalam rumah tangga atau justru tidak cocok yang dapat mengancam kehidupan rumah tangga mereka. Oleh karena itu weton dipercaya untuk meminimalisir terjadinya marabahaya yang bisa saja akan dikemudian hari.

Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Penyatuan Dunia, Jiwa, dan Simbol

Jika metafora dimensi ruang dan waktu lebih membahas tentang bagaimana watak bawaan lahir seorang manusia. Dalam metafora penyatuan dunia, jiwa, dan simbol ini lebih membahas mengenai empat hasrat dalam diri manusia.

Jika melihat filosofi hidup menurut Tionghoa, yin-yang terdapat simbol warna putih yang di dalamnya terdapat titik hitam dan warna hitam yang di dalamnya terdapat titik putih. Yang mana dapat dipahami bahwa kehidupan manusia pasti mempunyai sisi yang gelap maupun terang atau seimbang. Sebaik-baiknya manusia pasti memiliki salah satu sifat buruk begitupun sebaliknya seburuk-buruknya manusia pasti memiliki salah satu sifat baik.

Dalam filosofi Jawa terdapat empat hasrat manusia yaitu aluamah, supiyah, amarah, dah mutmainah.

Angin adhi ari ari atau tali pusar di lambangkan dengan warna kuning dan melambangkan nafsu muthmainah dalam diri manusia. Nafsu muthmainah dalam diri manusia dapat memberikan ketenangan hidup, kesabaran yang besar, dan manusia menjadi fleksibel dalam perubahan. Hidupnya cenderung tenang dan mudah beradaptasi.

Unsur api atau getih atau darah di lambangkan dengan warna merah, melambangkan nafsu amarah yang menyebabkan manusia bisa mengeluarkan emosi kemarahan, resah, dendam, dan iri dengki. Manusia yang unsur apinya besar maka hidupnya akan di kelilingin oleh amarah, dendam, dan iri dengki. Manusia yang condong memiliki unsur api akan senang dengan penderitaan orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun