Jadi artinya walaupun belum adanya agama dari luar yang masuk ke Nusantara, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” ini telah lahir dari tradisi maryarakat Jawa Kuno itu sendiri. Bahkan setelah masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara, konsep ini masih di anut dan di lestarikan oleh masyarakat Jawa dan juga Bali. Namun setelah Islam masuk ke Nusantara di Jawa, konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” memiliki sedikit pergeseran makna. Konsep ini mulai ditambahkan dengan istilah arab yang bersumber dari ajaran Islam itu sendiri.
Walaupun konsep “Sedulur Papat Limo Pancer” mengalami banyak perkembangan dan memiliki beragam penafsiran, pada intinya konsep ini adalah konsep yang menceritakan tentang diri kira sendiri.
1. Metafora dimensi ruang dan waktu
2. Metafora penyatuan dunia, jiwa, dan symbol
3. Metafora tubuh, jiwa dan symbol
4. Metafora materi, jiwa, dan symbol
5. Metafora Neng, Ning, Nung, Nang, Gung
Sedulur Papat merupakan bagian dalam internal diri manusia. Sedulur papat ialah elemen unsur yang membentuk kepribadian dan diri manusia. Sedangkan Pancer (diri sejati) adalah diri manusia itu sendiri yang secara sadar bisa menyelaraskan dan mengendalikan sedulur papat manusia itu sendiri. Atau dalam bahasa umumnya adalah manusia dapat mengendalikan sifat yang ada dalam dirinya. Sedulur papat sendiri pun tentu memiliki peranan dalam membantu manusia untuk meningkatkan kesadarannya, dan membuat manusia eling terhadap jati dirinya.
Dalam literasi Jawa Kuno, terdapat teks dengan judul “Lajang Djojobojo”. Lajang Djojoboyo di katakan bahwa sebelum Gusti menciptakan manusia, Gusti telah terlebih dahulu menciptakan 4 malaikat yakni Djoborolo, Mokoholo, Hosoropolo, dan Hodjorolo yang bertugas menyampaikan pesan dari Gusti kepeda setiap makhluk semesta. Ketika manusia di ciptakan oleh Sang Gusti dalam kandungan, maka ke empat malaikat tersebut juga turut si ciptakan oleh Sang Gusti dalam tubuh manusia. Tugas mereka adalah membimbing manusia yang lahir agar tumbuh menjadi manusia yang bijaksana sesuai pada tuntunan Ilahi hingga akhirnya Ingsun manusia bisa menemukan kesadarannya kembali. Proses ini berlangsung dari manusia itu lahir sampai meninggal. Empat malaikat ini yang nantinya akan membebaskan Sukma lepas dari raga untuk kembali manunggal dengan Sang Gusti. Menurut teks Lajang Djojoboyo malaikat ini disebut sebagai Sedulur Papat manusia.
Alam mempunyai unsur elemen yang beragam. Dari unsur yang beragam ini yang digunakan di tubuh manusia itu ada lima unsur yaitu air, api, udara, tanah, dan etherik. Inilah unsur Sedulur Papat Limo Pancer. Dalam bahasa yang lebih umum ini juga disebut sebagai elemen unsur yang menyelimuti tubuh manusia yang dimana setiap elemen memiliki sifat-sifat yang mana kita harus kendalikan.
Sedulur Papat Limo Pancer Metafora Dimensi Ruang dan Waktu
Metafora Dimensi Ruang dan Waktu di dalam konsep Sedulur Papat Limo Pancer megandung metafora dimensi ruang dan waktu. Metafora ini disebut juga dengan “dunia waktu” yang merupakan salah satu perwujudan konsep Mandala. Kiblat konsep Sedulur Papat Limo Pancer dalam metafora ini tidak lain adalah dimensi ruang dan waktu yang berpola pada empat penjuru mata angin dengan satu pusat yaitu Utara, Barat, Selatan, dan Timur.
Dalam metafora ini terdapat Hari Pasaran Jawa yang terdiri dari kliwon, legi, pahing, pon, dan wage. Dalam konsep Sedulur Papat Limo Pancer, sifat dan watak manusia dapat dilihat sejak manusia itu lahir dengan menelaah pada Hari Pasaran Jawa saat manusia itu lahir. Dalam Hari Pasaran Jawa yang berkaitan dengan kelahiran, setiap hari kelahiran tersebut melambangkan sifat dan watak seorang manusia.
Dalam Hari Pasaran Jawa yang berkaitan dengan kelahiran, setiap hari kelahiran tersebut melambangkan sifat dan watak seorang manusia. Metafora ini merupakan sifat yang manusia bawa sejak lahir. Bahasa umunya adalah watak seseorang yang sudah ada sejak ia lahir ke dunia.
Pon atau arah barat maka ada hari pasar pon yang merepresentasikan sifat air pada diri manusia. Sifat air pada diri manusia seperti lemah lembut, dapat mengayomi, emosional, dan rasa bersimpati tinggi.
Selanjutnya, Wage atau arah utara maka ada hari pasar wage yang merepresentasikan sifat tanah pada diri manusia. Sifat tanah pada diri manusia seperti sifat rasional, teguh pada keyakinannya, pekerja keras, setia, dan toleran.