Langkah Menuju Kesetaraan: Meruntuhkan StereotipÂ
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi batasan-batasan ini. Di berbagai negara, termasuk Indonesia, telah ada program-program yang mendorong kesetaraan peranan dalam rumah tangga dan dunia kerja. Salah satunya adalah kebijakan cuti ayah yang memungkinkan laki-laki ikut terlibat dalam perawatan anak. Hal ini tidak hanya mendorong pembagian tugas yang lebih setara, tetapi juga membentuk pemahaman bahwa peran domestik bukan hanya tanggung jawab perempuan.
Di dunia profesional, semakin banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan anti diskriminasi dan mendorong partisipasi perempuan di posisi strategis. Langkah-langkah seperti ini tidak hanya membantu mengurangi batasan peranan gender, tetapi juga meciptakan lingkungan kerja yang lebih inklusif.
Menuju Masa Depan Tanpa Batasan GenderÂ
Banyak yang percaya bahwa di masa depan, batasan-batasan peran gender di ranah domestik dan publik akan semakin memudar. Generasi muda saat ini lebih terbuka pada konsep kesetaraan, dimana peran seseorang tidak ditentukan oleh gender tetapi oleh potensi dan kemampuan individu.
Namun, pergeseran ini membutuhkan perubahan pola pikir secara luas dan berkelanjutan. Kesetaraan gender tidak hanya bisa dicapai dengan kebijakan atau kampanye, tetapi juga elalui perubahan perilaku di rumah dan lingkungan sosial. masyarakat perlu menyadari bahwa laki-laki maupun perempuan memiliki hal untuk memilih peran mereka, baik di rumah maupun di tempat kerja, tanpa terbatas oleh stereotip.
Akankah Peran Gender Tradisional Berakhir?Â
Seiring dengan perkembangan kesetaraan gender, ada harapan bahwa stereotip peran domestik dan publik akan semakin menghilang. Meski demikian, perubahan ini membutuhkan waktu dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat. Selama individu masih dibebani oleh ekspetasi gender yang kaku, keseimbangan peran diranah domestik dan publik sulit untuk dicapai.
Namun, dengan meningkatnya kesadaran tentang pentingnya kesetaraan dan kebebasan individu, diharapkan generasi mendatang akan menikmati kehidupan yang lebih setara tanpa batasan gender yang menghambat mereka.
Identitas Penulis:
Nasywa Winar Wiryawan, Mahasiswa Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, di bawah pengampu dosen Dr. Merry Fridha Tripalupi, M.Si.Â
Sumber Data