Mohon tunggu...
Nasywa Widya Artanti
Nasywa Widya Artanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Literasi Digital Indonesia

18 Juni 2024   15:00 Diperbarui: 18 Juni 2024   15:03 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hidup manusia pada masa ini sudah tak terpisahkan dari penggunaan instrumen digital. Dunia maya sudah menjadi perluasan realitas manusia zaman ini. Peradaban digital juga membawa dampak negatif yang perlu diantisipasi. Salah satunya, fenomena banjir informasi yang melampaui apa yang dapat dicerna dan dipilah manusia. 

Hal ini berpotensi membingungkan sekaligus menjauhkan manusia dari kebenaran. Berbagai fenomena kesesatan berpikir telah muncul dalam kehidupan masyarakat masa ini. Selain agama-agama yang mewartakan Sang Kebenaran Tertinggi, manusia juga dibekali akal budi untuk membantunya memilah kebenaran.

Peradaban digital masa ini telah meningkatkan kebutuhan manusia akan teknik berlogika secara signifikan, sebagai langkah antisipasi dampak negatif yang ditimbulkannya. Buku ini bermaksud mengantarkan pembaca pada pemahaman awal tentang logika.

Minat baca yang merupakan tingkat literasi tahap awal sampai detik ini belum berkembang  menjadi sebuah budaya yang mengakar bahkan cenderung tergerus oleh budaya tutur yang mediasi teknologi multimedia. Hal ini mengindikasi bahwa masyarakat Indonesia semakin tertinggal jauh terkait dengan budaya literasi. 

Dari saya sebagai salah satu mahasiswa Universitas Airlangga mulai mensosialisasikan tentang digitalisasi literasi di lingkup keluarga serta pertemanan terlebih dahulu.

Kenyataan pahit terpampang nyata dimana hoax menjelma menjadi sebuah epidemi di tengah hiruk pikuk pesan viral yang jauh meninggalkan kredibilitas sumber pesan.Meningkatkan literasi dengan menumbuhkan minat baca dan pemikiran kritis atas kebenaran sebuah informasi menjadi tantangan terbesar kita sebagai homo digitalis agar tetap bertahan ditengah buaian teknologi komunikasi.karena jangan sampai buaian teknologi membuat jari lebih aktif berkembang ketimbang otak kita dalam runtutan evolusi manusia.

Fenomena hoax adalah sebuah kenyataan sejarah. Dia lahir bersamaan dengan kelahiran era kebebasan media informasi. Namun,keberadaannya seringkali merusak tatanan masyarakat yang plural. Sejarah mencatat bahwa hoax menggoyahkan kerukunan, bahkan perpecahan masyarakat. Karena itu hoax harus segera diakhiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun