Hai Sobat Kompasiana!
Apa pernah menyaksikan pertunjukan jathilan? Kapan nih terakhir kali menyaksikan jathilan? Memangnya apasih jathilan itu?
Jathilan merupakan kesenian yang menggabungkan unsur gerak tari dengan mistis. Bentuk kesenian ini ditampilkan dengan properti berupa kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu yang berbentuk kepang. Kesenian yang biasa dikenal dengan sebutan jarang kepang ini sering ditemukan di daerah Jawa. Memang jathilan agak mirip dengan tarian kuda lumping. Akan tetapi, masing-masing memiliki sedikit perbedaan.
Perbedaan dapat dilihat dari alat musik, bentuk kuda, pakaian penari, dll. Alat musik yang digunakan dalam kesenian jathilan antara lain satu gendang, dua bende, tiga angklung dan satu gong bambu. Sedangkan tarian kuda lumping memiliki banyak tambahan antara lain kecek, demung, kenong, kelining dan lain-lain.
Jathilan dikenal sebagai tarian yang identik dengan unsur ritual. Tidak jarang penari Jathilan dirasuki roh halus dan mengalami kesurupan. Bahkan, penonton juga bisa ikut kesurupan. Jika sudah begitu, biasanya penari yang sedang mengalami kesurupan akan merebut apa saja yang ada di hadapannya.
Jathilan ini berasal dari bahasa Jawa yang berarti jaranne jan tjil-thilan tenan. Artinya, kudanya benar-benar menari tidak beraturan. Maksud tersebut ialah karena gerakan penari yang telah kerasukan. Tidak ada sejarah tertulis yang menjelaskan asal usul kesenian Jathilan. Itu semua hanya dari mulut ke mulut secara temurun.
Sebenarnya, jathilan itu masih ada tidak sih?
Tidak disangka pertunjukan jathilan itu kini masih ada. Salah satunya terdapat di kota Yogyakarta. Akan tetapi, pertunjukan jathilan ini hanya akan ada ketika memperingati suatu hari spesial, seperti memperingati hari ulang tahun daerah. Disisi lain jathilan ini juga bisa diadakan dirumah oleh orang yang memiliki acara, seperti tasyakuran pernikahan, tujuh bulanan, perayaan ulang tahun, dll. Mayakarat biasa menyebutnya dengan istilah "nanggaep jathilan"
Kesenian jathilan biasanya sering dipertunjukan didusun kecil daerah tertentu. Pertunjukan ini memiliki dua tujuan untuk menghibur masyarakat setempat. Selain itu juga digunakan sebagai acara untuk mempersatukan masyarakat melawan penindasan. Maka dari itu yang dipentaskan adalah sosok prajurit mirip kerajaan kuno dan gerak tarinya diiringi alunan suara gamelan dan lantunan suara sinden.
Penasaran tidak, bagaimana pertunjukan kesenian jathilan itu? Simak yuk!
Ada penjelasan bahwa jathilan adalah sebuah kesenian yang menceritakan tentang pertempuran Raden Fatah yang didukung oleh Sunan Kalijaga melawan penjajah Belanda. Seperti yang diketahui, Sunan Kalijaga merupakan tokoh yang sering menggunakan budaya, tradisi dan kesenian sebagai sarana untuk pendekatannya terhadap masyarakat, sehingga kisah perjuangan Raden Fatah disajikan dalam bentuk tari jathilan.
Disisi lain, ada juga yang mengatakan bahwa seni jathilan menggambarkan kisah tentara Mataram yang mengadakan latihan perang yang dipimpin oleh Sultan Hamengku Buwono I untuk menghadapi penjajah Belanda. Di bumi Mataram, jathilan dikenal sebagai gambaran perjuangan perang Jawa. Para pendukung perjuangan menggunakan properti kuda yang terbuat dari bambu sebagai bentuk penghormatan serta apresiasi terhadap prajurit berkudanya Pangeran Diponegoro.
Mula-mula para penari terlihat anggun dan lemah gemulai dalam menggerakan badannya. Namun, lama kelamaan para penari dirasuki roh, dimana kesurupan ini yang dalam bahasa jawa sering disebut dengan istilah “ndadi” .Ketika para penari jathilan kerasukan, maka hampir tidak sadar apa yang telah mereka lakukan. Pada akhirnya, gerakan pun menjadi tidak beraturan.
Kesurupan atau ndadi yang dilakukan oleh penari jathilan ini mampu melakukan atraksi gerakan berbahaya yang tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia, seperti memakan daun atau bunga, bahkan ada juga yang mengunyah pecahan kaca. Mereka terkadang bertarung dengan pedang kemudian menyabet tangan mereka menggunakan pecut kuda.
Atraksi yang dilakukan sebenarnya bukan ajang untuk menunjukkan keunggulan mereka. Akan tetapi, sebuah gambaran bahwa selain tentara itu juga memiliki kekuatan untuk berperang melawan belanda.
Lalu, apa saja sih pemain yang ada di pertunjukan kesenian jathilan? Simak terus yuk!
Anoman ialah salah satu dewa dalam kepercayaan agama Hindu. Tokoh utama jahat dari cerita Ramayana. Seekor kera putih, putra dari Batara Bayu dan Anjani yang merupakan saudara Subali dan Sugriw. Anoman ini memiliki kekuatan angin, pemimpin panglima yang lincah, cerdik, pandai, dan memiliki wawasan luas.
Anggada juga merupakan tokoh dalam cerita Ramayana. Seorang kera muda yang sangat tangkas dan gesit. Kesaktian dan kekuatannya yang dahsyat seperti ayahnya yaitu Subali. Dalam kitab Ramayana dikatakan bahwa ia bisa melompat hingga sembilan ratus mil.
Buto Cakil merupakan seorang raksasa yang rahang bawahnya lebih panjang dari rahang atasnya. Walaupun disebut raksasa, namun memiliki tubuh yang kecil seperti manusia. Sebagai keturunan para raksasa, Buto Cakil tetap memiliki ciri khusus yang istimewa yaitu memiliki sepasang taring pada gigi bawahnya. Umumnya, Buto Cakil sebagai orang jahat yang memiliki sifat kurang ajar, sombong, angkuh dan sulit diatur dalam sistem pergaulan.
Siluman Monyet ialah pemain yang menggunakan topeng monyet dengan memperagakan tingkah laku seperti monyet. Gerakan menarinya hanya dengan cara lompat lompat mengelilingi lapangan tempat pertunjukan kesenian jathilan.
Barongan ialah suatu tokoh yang penampilannya digambarkan seperti binatang yang berkaki empat atau berkaki dua dengan kepala singa barong atau singa besar sebagai penguasa hutan dan memiliki karakter yang sangat buas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H