Mohon tunggu...
Nasywanandira K
Nasywanandira K Mohon Tunggu... Mahasiswa - 22107030097 ILMU KOMUNIKASI - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

Fesyen - Kuliner - Wisata - Dll

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

UNIK! Tradisi Padusan Sambut Ramadhan Bisa Sekaligus Berwisata? Bermanfaat Pula!

8 April 2023   23:32 Diperbarui: 8 April 2023   23:34 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri
dokpri

Hai Sobat Kompasiana!

Hayoo kalian tau ngga apa itu Padusan? Siapa nih yang pernah melakukannya? Simak Yuk!

Bagi umat Islam di seluruh dunia, Ramadhan merupakan bulan suci yang disambut dengan persiapan khusus. Di awal Ramadhan, umat Islam tidak hanya mempersiapkan puasa fisik saja, tetapi juga spiritual yang melibatkan proses pensucian diri untuk meningkatkan amalan dan ibadah di bulan suci tersebut.

Masyarakat Indonesia khususnya Jawa memiliki beberapa tradisi unik dalam menyambut bulan suci Ramadhan. Salah satunya adalah padusan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya. Tradisi turun-temurun ini dilakukan dengan cara berendam atau mandi di sumber mata air. Biasanya, padusan dilakukan sehari sebelum menjalani ibadah puasa Ramadhan.

Istilah 'padusan' berasal dari kata 'adus' yang berarti 'mandi'. Makna Padusan bagi masyarakat Jawa adalah membersihkan dan mensucikan jiwa raga menyambut datangnya bulan suci. Tujuannya agar ketika Ramadhan tiba, umat Islam dapat melaksanakan ibadah dalam keadaan suci lahir batin, baik jasmani maupun rohani. Jika dicermati lebih detail, Padusan memiliki makna yang sangat dalam, yakni sebagai sarana refleksi, merenung, berpikir dan intropeksi diri berbagai kesalahan yang dilakukan di masa lalu.

Sama halnya dengan ngabuburit, padusan juga telah menjadi bagian dari tradisi yang wajib dilaksanakan masyarakat untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Maka dari itu, satu hari sebelum memasuki bulan Ramadhan, masyarakat akan berbondong-bondong melaksanakan padusan ini di kolam renang, pantai, atau objek mata air setempat.

Tradisi padusan sudah berlaku sejak masuknya ajaran Islam belum masuk ke pulau Jawa. Saat itu di kerajaan Majapahit pada abad ke-14. Para kesatria, pujangga, brahmana dan empu mandi besar untuk mensucikan diri. Maka dari itu, dapat dikatakan bahwa tradisi Padusan ini merupakan penerimaan warisan budaya Hindu, Budha, dan Animisme yang sebelumnya telah berkembang di Pulau Jawa.

Padusan yang menjadi tradisi adat Jawa tersebut akhirnya berhasil dipadukan dengan agama Islam oleh para Walisongo. Tradisi ini bermakna bahwa sebelum kita meminta rahmat serta memohon ampunan kepada Tuhan Yang Maha Pencipta, terlebih dahulu kita harus mensucikan diri, jiwa dan raga.

Dalam Islam, sebenarnya, tidak ada dalil dalam yang mewajibkan umat untuk mandi besar pada waktu sehari sebelum Ramadhan. Namun, Islam juga tak melarang penganutnya untuk membersihkan diri. Dalam Islam juga terdapat anjuran mandi wajib atau mandi besar untuk mensucikan diri. Dalilnya merujuk pada surat An Nisa ayat 43.

Tradisi padusan ini telah dilakukan secara turun-temurun oleh para nenek moyang. Selain itu, dalam melaksanakan tradisi ini, tidak ada aturan resmi yang mengatur adanya proses padusan. Yang ada hanya mandi biasa dengan disertai niat membersihkan diri, ada juga yang menggunakan prosesi tertentu.

dokpri
dokpri

Ritual ini dilakukan seorang diri di tempat yang sepi dan hening. Sebab dalam kondisi sepi diharapkan muncul kesadaran diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik daripada sebelumnya. Dalam kondisi hening, akan hadir keyakinan dan kesadaran untuk melangkah memasuki bulan Ramadhan. Akan tetapi, nilai ritual padusan telah bergeser. Padusan yang seharusnya dilakukan seorang diri, kini berubah menjadi mandi atau berendam beramai-ramai di satu mata air. Ritual yang semestinya bersifat sakral ini pun telah berubah menjadi komoditi pariwisata.

Imbas dari pergeseran nilai yang terjadi menyebabkan lahirnya beberapa tempat yang menjadi obyek wisata padusan. Di tempat wisata ini, masyarakat baik tua maupun muda beramai-ramai melakukan ritual padusan. Keunikan tradisi leluhur ini, bahkan menarik perhatian wisatawan, baik domestik maupun mancanegara. Pada zaman sekarang ini, tradisi padusan bergeser menjadi rekreasi berenang. Hal ini sebenarnya tidak apa-apa, tidak ada yang melarang. Bahkan hal tersebut dimanfaatkan oleh Dinas Pariwisata setempat untuk mengembangkan objek wisata mata air guna menunjang pelaksanaan tradisi padusan masyarakat.

Di Yogyakarta, setidaknya ada beberapa tempat yang bisa didatangi untuk menjalani padusan. Salah satunya ialah kolam renang Joglo Artomoro yang berlokasi di Turi Sleman. Waktu itu saya berkunjung tdi tempat ini. Saya memilih lokasi ini dikarenakan dekat dengan lokasi rumah saya. Saya juga sempat mewawancarai pemilik kolam renang yaitu Bapak Tarta. Saya bertanya "tiap tahun sebelum memasuki ramadhan, kolam renang memang selalu rame ya pak?". "wah iya jelas selalu rame, alhamdulillah", jawabnya. Selain itu saya juga menanyai salah satu pengunjung yaitu Adek Tegar. Saya bertanya "adek tiap tahun sering padusan gini ya?". "Iya kak, sudah terbiasa soalnya hehe", jawabnya. Dengan adanya jawaban dari salah satu pengunjug tersebut, bahwa kata terbiasa termasuk suatu tradisi. 

dokpri
dokpri

Sobat Kompasiana, ternyata tradisi padusan ini memiliki manfaat looh! Apa tuh?

Dilansir dari laman resmi Indonesia.go.id, tradisi ini memiliki banyak manfaat dan kepentingan bagi masyarakat Jawa. Secara spiritual, tradisi ini dipercaya dapat membersihkan tubuh dan jiwa dari dosa dan kesalahan, serta memperbaiki hubungan dengan Tuhan. Selain itu, tradisi Padusan juga memiliki manfaat kesehatan yang tidak bisa diabaikan. Mandi di sumber air suci yang dingin dan segar diyakini dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh, membersihkan kulit dari kotoran dan sel-sel mati, serta memperbaiki sirkulasi darah. Selain itu, terapi air dingin juga dapat membantu mengatasi beberapa penyakit seperti rematik, sakit kepala, dan gangguan pencernaan.

Selain manfaat kesehatan, tradisi Padusan juga memiliki nilai sosial yang penting. Tradisi ini dapat memperkuat rasa persatuan dan solidaritas antara anggota masyarakat, serta memperkuat hubungan dengan tetangga dan saudara. Masyarakat dapat berbondong-bondong ke sumber air suci untuk mandi bersama-sama, mempererat hubungan dengan sesama dan menciptakan rasa kebersamaan yang kuat.

Tradisi padusan juga memiliki nilai kearifan lokal yang sangat penting. Melalui tradisi ini, masyarakat Jawa diajarkan untuk senantiasa menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh. Selain itu, tradisi ini juga menjadi media untuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, sehingga tercipta kebersamaan dan persatuan di tengah masyarakat.

Meskipun tradisi padusan sudah berusia ratusan tahun, namun tradisi ini masih tetap lestari dijalankan oleh masyarakat Jawa hingga saat ini. Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung di dalamnya masih sangat relevan dengan kehidupan masyarakat modern.

Lebih dari itu, tradisi Padusan juga memiliki nilai budaya yang tinggi. Tradisi ini adalah salah satu warisan budaya yang kaya dan beragam dari masyarakat Jawa. Melakukan tradisi Padusan dapat menjadi upaya untuk melestarikan budaya Jawa, dan juga dapat menjadi ajang untuk mengenalkan keunikan budaya Jawa kepada dunia.

Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempertahankan dan mempromosikan tradisi Padusan, sehingga warisan budaya ini tetap hidup dan berkembang. Pemerintah dapat membantu dengan membangun infrastruktur yang memadai untuk mendukung tradisi Padusan. Masyarakat juga dapat ikut serta dalam mempromosikan tradisi Padusan dengan mengadakan acara budaya atau mengunggah foto atau video tradisi Padusan di media sosial. Dengan mempertahankan tradisi Padusan, kita dapat memperkuat nilai-nilai keagamaan, esehatan, sosial, dan budaya dalam masyarakat Jawa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun