Mohon tunggu...
Nasywa Almira
Nasywa Almira Mohon Tunggu... Jurnalis - UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Saya adalah mahasiswi Jurnalistik di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Algoritma yang Mengisolasi, Dampak Filter Bubble dan Echo Chamber pada Jurnalisme

23 Desember 2024   11:07 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:07 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu dampak nyata dari fenomena filter bubble dan echo chamber adalah meningkatnya polarisasi sosial. Ketika orang terjebak dalam ruang yang hanya memperkuat pandangan mereka, mereka cenderung mengabaikan atau menolak informasi yang berbeda. Ini menciptakan jurang antara kelompok-kelompok dengan pandangan yang berbeda, sehingga sulit untuk berdialog dengan baik.

Polarisasi ini juga merugikan jurnalisme. Media seharusnya menyajikan berbagai perspektif dan mendorong perdebatan yang sehat. Namun, media justru bisa memperburuk perpecahan. Ketika polarisasi meningkat, kepercayaan terhadap media juga bisa menurun. Jika pembaca merasa media hanya menampilkan satu sisi cerita, mereka mungkin mulai meragukan objektivitas dan integritas berita yang disajikan. 

Pengaruh pada Kredibilitas Media

Media jurnalisme yang terlalu bergantung pada algoritma untuk menyampaikan berita juga berisiko merusak kredibilitas mereka. Ketika algoritma mulai menentukan berita apa yang akan diterima oleh audiens, ada kemungkinan bahwa informasi yang lebih kontroversial atau tidak sesuai dengan pandangan mayoritas akan disaring atau bahkan dihindari. Ini menciptakan masalah besar bagi jurnalisme yang seharusnya berfungsi sebagai penyeimbang dalam masyarakat demokratis.

Lebih jauh lagi, platform yang mengandalkan algoritma untuk mengedarkan berita sering kali lebih tertarik pada klik dan interaksi daripada kualitas informasi yang disampaikan. Berita sensasional atau kontroversial, yang cenderung menarik perhatian, sering kali lebih mendapat prioritas dalam distribusi berita. Hal ini menyebabkan berita yang lebih bernilai, namun kurang menarik, sering kali terpinggirkan. Dengan demikian, pembaca semakin terjebak dalam lingkaran konten yang tidak hanya terbatas, tetapi juga tidak seimbang.

Bagaimana Mengatasi Isu ini?

Untuk mengurangi dampak negatif dari filter bubble dan echo chamber pada jurnalisme, beberapa langkah perlu diambil. Pertama, ada kebutuhan untuk transparansi dalam penggunaan algoritma oleh platform digital. Pengguna berhak mengetahui bagaimana informasi dipilih dan diprioritaskan, serta dampaknya terhadap pandangan mereka. Dengan lebih memahami algoritma yang bekerja di balik layar, pengguna dapat membuat pilihan yang lebih sadar tentang apa yang mereka konsumsi.

Kedua, media perlu berfokus pada penyajian berita yang beragam dan mendalam, bukan hanya berita yang menarik klik. Ini bisa mencakup upaya untuk lebih memperhatikan sudut pandang yang berbeda dan menyajikan berbagai perspektif dalam laporan mereka. Jurnalis juga perlu berkomitmen untuk melawan sensationalisme dan berfokus pada fakta, yang pada akhirnya akan mengembalikan kepercayaan publik pada media.

Terakhir, penting bagi masyarakat untuk berperan aktif dalam mengatasi polarisasi ini dengan lebih terbuka terhadap informasi yang berbeda. Ini bukan hanya tugas media atau platform digital, tetapi juga tantangan bagi setiap individu untuk lebih kritis dan terbuka dalam mencari informasi dari berbagai sumber.

Jadi, filter bubble dan echo chamber yang diciptakan oleh algoritma memang membawa dampak yang signifikan pada jurnalisme. Mereka mengisolasi pembaca dari informasi yang lebih luas, memperburuk polarisasi sosial, dan merusak kredibilitas media. Namun, dengan kesadaran yang lebih besar terhadap dampak-dampak ini dan dengan langkah-langkah yang lebih proaktif dari pihak media, platform digital, dan masyarakat, kita masih bisa menciptakan lingkungan informasi yang lebih seimbang dan konstruktif. Jurnalisme yang beragam dan mendalam tetap penting untuk menjaga kualitas diskusi publik dan memperkuat masyarakat demokratis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun