Mohon tunggu...
Nasywa Aulia
Nasywa Aulia Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya memiliki hobi untuk menulis sesuatu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pengaruh Artificial Iltelligence Terhadap Kesehatan Mental Remaja Generasi Z

11 November 2024   01:50 Diperbarui: 11 November 2024   01:56 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Generasi yang dikenal sebagai Generasi Z lahir pada periode pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Mereka tumbuh di era yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital. Salah satu teknologi yang sedang berkembang dalam kehidupan mereka adalah Artificial Intelligence (AI). Artificial intelligence atau AI merupakan teknologi di mana sistem dibuat mirip dengan kecerdasan yang dimiliki oleh makhluk hidup maupun benda mati dengan tujuan menyelesaikan permasalahan (Ahmad, 2017). AI bekerja dengan algoritma buatan sehingga dapat memberikan jawaban yang dimasukkan secara otomatis menggunakan kata kunci tertentu. AI telah membawa dampak besar dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara Gen Z mengakses informasi, berinteraksi dengan orang lain, dan bahkan menjaga kesehatan mental mereka. Artikel ini bertujuan untuk meneliti bagaimana AI memengaruhi kesehatan mental remaja Gen Z, baik dari sisi positif maupun negatif.

AI telah hadir di banyak aplikasi yang digunakan oleh Gen Z, seperti media sosial dan aplikasi kesehatan mental. Algoritma berbasis AI yang dirancang untuk merekomendasikan konten sesuai preferensi pengguna telah mengubah cara remaja menerima informasi dan berinteraksi dengan dunia digital. AI juga digunakan dalam chatbot untuk memberikan layanan konseling atau terapi dasar kepada pengguna yang mengalami masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Namun, di media sosial AI juga dapat menimbulkan efek negatif. Algoritma yang dirancang untuk meningkatkan keterlibatan pengguna sering kali membuat remaja merasa terjebak dalam lingkaran perbandingan sosial, merasa insecure, atau bahkan cyberbullying. Akibatnya, banyak remaja yang melaporkan peningkatan tingkat stres, kecemasan, dan perasaan tidak nyaman akibat penggunaan media sosial yang berlebihan. Valentina dkk. (2022) melakukan penelitian tentang “Kecemasan di Kalangan Remaja Putri Akibat Penggunaan Media Sosial.” Temuan menunjukkan bahwa 83,5% remaja perempuan merasa tidak aman saat bertemu orang lain di media sosial. Insecure dan keraguan diri muncul sebagai akibat dari penggunaan media sosial. Oleh karena itu, intensitas penggunaan media sosial menjadi faktor yang memengaruhi perasaan cemas secara signifikan (Syauqii, 2022). Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Syauqii (2022) mengenai "Pengaruh Media Sosial Terhadap Keberadaan Insecure", dapat dinilai bahwa penggunaan intensif media sosial dapat berdampak pada rasa insecure, terutama pada remaja perempuan. Konten media sosial seperti foto, video serta prestasi yang diposting oleh pengguna lain dapat menimbulkan kecemasan dan kurang percaya diri bagi pengguna.

AI memiliki potensi besar dalam mendukung kesehatan mental remaja Gen Z. Beberapa aplikasi berbasis AI dirancang khusus untuk membantu remaja mengelola emosi mereka, meningkatkan kesadaran diri, dan mendapatkan akses ke bantuan profesional. Misalnya, chatbot AI yang dapat memberikan dukungan emosional awal bagi remaja yang mengalami kecemasan ringan atau stres sehari-hari. Dalam beberapa kasus, AI dapat mendeteksi gejala-gejala depresi atau kecemasan dari pola komunikasi pengguna, memungkinkan pemeriksaan dini yang dapat mencegah masalah kesehatan mental yang lebih serius. Selain itu, AI juga digunakan dalam aplikasi mindfulness dan meditasi, yang membantu remaja belajar teknik relaksasi dan pengelolaan stres. Aplikasi ini sering kali dilengkapi dengan pelacak mood, yang memungkinkan pengguna untuk memantau kesehatan mental mereka secara real-time dan membuat keputusan berdasarkan data untuk meningkatkan kebahagiaan atau kenyamanan mereka mereka.

Meskipun memiliki banyak manfaat, AI juga berperan dalam menciptakan masalah kesehatan mental bagi Gen Z. Salah satu dampak utama adalah kecenderungan kecanduan media sosial, yang sering kali dipicu oleh algoritma AI. Algoritma ini dirancang untuk menjaga pengguna tetap terlibat dalam platform dengan terus memberikan konten yang menarik. Akibatnya, banyak remaja yang menghabiskan terlalu banyak waktu di platform media sosial, yang dapat mengganggu pola tidur, meningkatkan perasaan cemas, dan memperburuk gejala depresi. Berdasarkan hasil penelitian oleh Aprillia dkk., hingga tahun 2020, studi tentang tingkat kecanduan media sosial di kalangan remaja menemukan bahwa sebagian besar remaja (51,4%) mengalami kecanduan media sosial tingkat rendah dan hampir setengahnya (48,6%) memiliki tingkat kecanduan yang relatif tinggi. Pencegahan diperlukan untuk mencegah generasi muda semakin terjerat dengan media sosial dan mencegah munculnya kecanduan media sosial. Sebab, masa remaja merupakan tolak ukur kedewasaan dan merupakan tahap perkembangan diri. Oleh karena itu, jika  penggunaan media sosial secara berlebihan tidak dicegah maka dapat menimbulkan kecanduan pada remaja, sehingga jika sejak remaja penggunaan media sosial berlebih tidak dilakukan pencegahan maka memungkinkan kecanduan pada remaja akan meningkat menjadi kecanduan media sosial tingkat tinggi seiring bertambahnya usia (Aprillia, 2020).

Algoritma AI seringkali menyajikan konten yang mendorong perbandingan sosial. Pengguna sering kali membandingkan diri mereka dengan individu lain yang tampaknya memiliki kehidupan yang lebih sempurna, yang pada akhirnya dapat merusak harga diri dan menyebabkan perasaan rendah diri. Fenomena ini dikenal sebagai "perangkap perbandingan sosial" dan telah dikaitkan dengan peningkatan tingkat kecemasan dan depresi di kalangan remaja. Perlu adanya upaya kolaboratif antara pengembang teknologi, pendidik, dan orang tua untuk mengurangi dampak negatif AI terhadap kesehatan mental remaja Gen Z. Salah satu langkah penting adalah meningkatkan literasi digital di kalangan remaja, sehingga mereka dapat memahami bagaimana algoritma AI bekerja dan dampak dari paparan konten yang tidak sehat. Selain itu, pengaturan batas waktu penggunaan aplikasi dan pemantauan aktivitas online juga dapat membantu mengurangi efek negatif AI.

Para pengembang teknologi juga diharapkan untuk mengembangkan algoritma yang lebih etis, dengan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental pengguna. Ini termasuk menciptakan fitur-fitur yang mendorong jeda dalam penggunaan aplikasi dan mendorong interaksi yang lebih positif dan bermanfaat. Remaja Gen Z mengalami dampak mendalam pada kesehatan mental mereka karena AI. Di satu sisi, AI menawarkan solusi inovatif dalam hal dukungan kesehatan mental, seperti aplikasi mindfulness, pelacakan mood, dan chatbot terapi. Namun, di sisi lain, AI di balik algoritma media sosial juga dapat memicu kecanduan, perbandingan sosial, dan bahkan memperburuk kondisi kesehatan mental seperti kecemasan dan depresi. Tantangan yang dihadapi oleh ilmu psikologi di era AI memang sangat besar, namun bukan berarti tidak dapat diatasi. Dengan kebijakan dan pendekatan yang tepat, dan dengan peran masyarakat sebagai pusatnya, psikologi dapat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara  psikologi dan pengembang teknologi AI untuk mencapai tujuan yang sama yaitu meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesehatan mental (Gumelar, 2023). Penting bagi semua pihak untuk bekerja sama dalam meminimalkan dampak negatif AI dan memanfaatkan teknologi ini untuk mendukung kesehatan mental remaja secara lebih efektif. 

DAFTAR BACAAN

Syauqii, F. (2022). Pengaruh Media Sosial Terhadap Keberadaan Insecure: Sebuah Analisis. Jurnal Komunikasi dan Sosial Media, 2(2), 74-78. http://dx.doi.org/10.57251/csm.v2i2.978 Diakses pada tanggal 28 Oktober 2024, pukul 09.37 WIB

Valentina, A., Putri, G. L., & Putri, O. H. (2022). Komunikasi Visual untuk Edukasi Insecurity Pada Remaja Perempuan yang Diakibatkan Oleh Penggunaan Media Sosial. Jurnal Bahasa Rupa, 05(02), 237–245. https://doi.org/https://doi.org/10.31598 Diakses pada tanggal 28 Oktober 2024, pukul 10.17 WIB

Abidan, I. M. & Maryam, E. W. (2024). Intensitas Penggunaan Media Sosial, Loneliness, dan Insecure Pada Remaja. Jurnal Psikologi, 11(01), 198-200. https://doi.org/10.35891/jip.v11i1 Diakses pada tanggal 2 November 2024, pukul 08.23 WIB

Aprillia, Rizky., Sriati A., & Hendrawati S. (2020). Tingkat Kecanduan Media Sosial pada Remaja. Jurnal Keperawatan, 3(1), 44-48. http://dx.doi.org/10.24198/jnc.v3i1.26928 Diakses pada tanggal 2 November 2024, pukul 08.52 WIB

Gumelar, Gumgum (2023). Menavigasi Tantangan dan Menciptakan Peluang, Peran Vital Ilmu Psikologi di Era Kecerdasan Buatan. Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 12(01), 3-4. https://doi.org/10.21009/JPPP.121.01 pada tanggal 2 November 2024, pukul 10.51 WIB

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun