Arisan dapat dikatakan sebagai salah satu tradisi sosial yang kemudian menjadi budaya di beberapa kelompok. Kegiatan ini melibatkan sekelompok orang yang mengumpulkan uang dan nantinya akan diundi secara berkala untuk pihak yang akan memenangkan uang tersebut. Namun, kegiatan yang digunakan sebagai sarana untuk mengeratkan tali silaturahmi ini telah bergeser. Munculnya oknum-oknum tidak bertanggung jawab menimbulkan adanya modus penipuan arisan. Tak lagi untuk menjalin kekeluargaan, arisan kini dapat menjadi kegiatan yang merugikan.
Mengajak seseorang untuk bergabung dalam kegiatan arisan bukan perkara yang sulit, terkhusus jika satu sama lain sudah saling mengenal. Apalagi jika arisan tersebut dapat memberi keuntungan yang lebih bagi para pengikutnya. Uang memang merupakan salah satu hal yang paling menggiurkan bagi sebagian orang. Penawaran yang menguntungkan dan menjanjikan merupakan salah satu strategi untuk menarik perhatian.
Atas dasar kepercayaan, orang-orang dapat lebih mudah membuat kesepakatan. Bahkan, kesepakatan tersebut dapat terjadi tanpa bukti atau perjanjian tertulis. Hal ini yang membuat modus penipuan dapat lebih mudah terjadi. Demi menguntungkan dirinya sendiri, pelaku akan membuat para korban percaya terlebih dahulu dan nantinya uang yang telah diberikan berujung tidak dikembalikan.
Semakin banyak pihak yang mengikuti arisan tersebut, maka semakin banyak pula uang yang masuk ke rekening pelaku dan kemungkinan digunakan untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan pelaku. Kepercayaan yang dimiliki korban kepada pelaku yang kemudian membuat mereka tak langsung sadar bahwa mereka terjebak di dalam suatu penipuan. Apalagi jika pelaku memang awalnya mengadakan arisan yang berhasil dan benar-benar memberikan keuntungan kepada korban.
Salah satu kasus penipuan arisan yang diadakan oleh seorang perempuan berinisial JZF yang sempat viral di platform media sosial X. Berdasarkan cerita pengalaman salah satu korban bernama Mawar (nama samaran), ia mengaku kenal dengan pelaku melalui perantara teman. Mawar dan JZF merupakan mahasiswa di satu perguruan tinggi yang sama namun dengan fakultas yang berbeda. Sebelum mengikuti arisan, Mawar memang telah mengenal JZF terlebih dahulu.
Awalnya, Mawar mengikuti sebanyak tiga arisan dalam satu waktu. Di gelombang awal, pelaku mulai tidak transfer sesuai dengan tanggal yang sudah ditetapkan dengan berbagai alasan. Mawar pun menjelaskan maksud dari tiga arisan dalam satu waktu tersebut.
"Aku ikut setiap ditawarkan dan kalau korban lagi ada duitnya. Jadi tergantung kondisi juga. Misal, kamis aku ikut yang sejuta. Kalau minggu ditawari lagi yang tiga juta dan ada duitnya, ya aku ikut lagi," ujar Mawar.
Selain arisan menabung biasa, JZF mengadakan arisan lelang yang mana korban dijanjikan untuk memperoleh keuntungan. Misalnya, korban menabung sebanyak Rp500.000 nantinya korban akan memperoleh bunga dari tabungan awalnya, misal menjadi Rp600.000 dengan keuntungan Rp100.000. Hal ini juga menjadi salah satu faktor korban tergiur dengan arisan yang diadakan oleh JZF. Padahal, jika dipikir-pikir arisan semacam itu merupakan hal yang mustahil.
"Awalnya udah tau, di awal aku nanya dan dia juga menjelaskan. Nah, dia punya arisan nabung, kan dapatnya per bulan, suka ada orang yang mau dapat duluan. Nah, dia bisa dapat duluan tapi duitnya dikurangi. Jadi, kita dapat keuntungan dari sana. Awalnya benar kayak gitu, tapi makin ke sini dia malah jual yang sebenarnya gak ada, tapi aku gak tahu, sih," jelas Mawar.
Sistem keamanan yang diterapkan oleh pelaku pada kegiatan arisan ini terbilang sederhana. Bahkan tidak ada ketentuan hingga perjanjian tertulis ketika mengikuti arisan ini. Mawar mengaku bahwa dirinya percaya karena berhasil mengikuti salah satu arisan yang diadakan oleh JZF dan berhasil. Gaya hidup JZF yang mewah juga membuat Mawar berpikir apabila terjadi hal-hal seperti ini, JZF akan dengan mudah mengganti uang para pengikut arisan.