Liburan singkat pada akhir pekan lalu saya habiskan dengan mengunjungi salah satu taman wisata yang terbilang baru karena diresmikan Juni lalu. Taman wisata ini adalah Aglaonema Park di Puri Mataram yang terletak di Tridadi, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Diresmikan pada 22 Juni 2024 lalu oleh Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Prof. Dr. (HC) Drs. Abdul Halim Iskandar, M.Pd, Aglaonema Park disebut menjadi taman Aglonema terbesar dan pertama di Indonesia.Â
Taman wisata alam ini menyajikan tanaman hias Aglonema lebih dari 96.000 serta 300 spesimen. Taman seluas satu hektar ini didesain dengan memanfaatkan tanah terjal yang membentuk seperti dinding agar lebih menarik sehingga pengunjung dapat berfoto dengan latar belakang yang dibentuk berbagai macam pola menarik seperti motif catur, tanaman yang dihias membentuk merak yang sedang memamerkan keindahan ekornya, hingga tulisanr romantis singkat seperti "I Love U". Terdapat tangga yang dapat diakses menuju puncak dinding buatan dengan berbagai motif tersebut. Namun, kemiringan yang cukup tajam membuat kaki gemetar untuk turun kembali mencapai dasar.
      Wisata alam Aglaonema Park juga sangat terjangkau dari harga tiket masuk wahana yang murah yaitu Rp20.000 setiap harinya. Pada hari Senin sampai Jum'at, wisata Aglaonema Park buka dari jam 8.00-16.00 WIB sedangkan untuk Sabtu dan Minggu buka mulai jam 08.00-18.00 WIB. Akses jalan menuju Aglaonema Park juga sangat mudah dilalui karena berada di pusat Sleman di sebelah barat Alun-alun Denggung. Kendaraan dapat diparkirkan di depan pintu masuk Puri Mataram karena Aglaonema Park terletak di dalam Puri Mataram yang terkenal sebagai salah satu destinasi wisata Sleman yang tidak memerlukan biaya apapun selain tarif parkir.Â
Dalam Puri Mataram, biaya hanya dilakukan apabila pengunjung ingin merasakan wahana, memberi makan ikan, menaiki Becak Air, serta makan di resto prasmanan. Aglaonema Park yang juga tidak membatasi waktu kunjungan wisatawan membuat taman alam ini terasa murah. Pekan lalu, saya dan teman saya berkunjung ke Aglaonema Park hingga 3 jam lamanya karena tidak ada perasaan bosan ketika menikmati berbagai tanaman Aglaonema yang disusun rapi dan menarik.
      Suasana Puri Mataram yang terasa nyaman membuat saya nyaman sejak menginjakkan langkah pertama masuk melewati gapura bertuliskan Puri Mataram. Tempat wisata ini dipenuhi oleh rombongan keluarga, rombongan orang tua, komunitas senam, komunitas rukun tetangga, hingga kelompok perguruan yang sedang melangsungkan study tour memenuhi Puri Mataram. Keberagaman yang indah ini terasa lebih hangat di hari Minggu. Bangunan yang didesain tradisional dengan beberapa pajangan bertuliskan aksara Jawa menambah kesan damai yang nyaman.Â
Kolam buatan berisi ikan dengan ukuran besar berjenis ikan mas, ikan nila, serta ikan koi melengkapi suasana asri yang menenangkan. Di kolam yang hampir sebesar danau buatan tersebut juga terdapat wahana Becak Air seharga Rp20.000. Tak hanya melihat ikan berenang dengan mata kepala, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan memberi makan ikan sehingga pinggiran kolam dipenuhi oleh anak kecil yang diantaranya berlompat-lompat tak sabaran ingin segera memberi makan ikan. Beberapa keluarga juga sibuk mengantre menunggu giliran untuk membeli tiket wahana mini zoo maupun taman kembang yang hendak kami kunjungi.
      Kami mengantre sedikit tidak sabar ingin segera menikmati keindahan Aglaonema Park yang belum bisa terbayangkan ini. Setelah beberapa keluarga di depan kami mendapatkan tiket masing-masing bersama kami yang semakin mendekati loket tiket, akhirnya kami berhadapan dengan staff penjaga loket tiket yang segera menanyakan "ada yang bisa dibantu kak?" tanya staff dengan ramah sesuai dengan standar 3S: Senyum, Salam, Sapa. Kami segera mengutarakan keinginan kami untuk membeli tiket akses masuk Aglaonema Park seharga Rp40.000 jika ditotal. Tiket tersebut berbentuk gelang yang hanya perlu ditempelkan pada sisi lainnya, sehingga ukurannya fleksibel dan tidak terbatas dari anak kecil hingga orang dewasa.Â
Setelah memasang gelang tiket dengan rapi, kami segera menuju pintu masuk yang rupanya memiliki dua akses dan masing-masing pintu digunakan sebagai jalan masuk maupun keluar. Pintu utama yaitu berada di atas yang dapat dilalui dengan menaiki tangga dan melewati jembatan kayu sehingga setibanya di dalam taman, kami langsung berada di sisi tanah terjal yang digunakan sebagai latar belakang dengan berbagai macam hiasan berbentuk tersebut. Sedangkan sisi pintu lainnya yang dapat diakses di bawah berguna sebagai pintu masuk dan keluar bagi lansia, pengunjung pengguna kursi roda, dan pengunjung yang memiliki masalah terkait kesehatannya.
      Kami berdua segera mengambil foto di berbagai macam spot foto yang telah disediakan dengan kamera yang telah saya bawa. Saat kami tiba, pengunjung rombongan yang cukup ramai sudah di dalam taman sedang asyik mengambil foto dengan pose dan slogannya masing-masing. Kami melihat beberapa orang yang berseragam berwarna oranye yang rupanya staff Aglaonema Park tersebut sedang ikut mengawasi dan menjaga keamanan di dalam taman Aglaonema. Setelah asyik berfoto, kami menikmati suasana Aglaonema Park yang sedang sepi pengunjung dengan duduk di salah satu kursi yang disediakan sambil menikmati Roti Lapis Sosis dan Pop Ice yang kami beli di kedai di dalam Aglaonema Park.Â
Kami hanyut dalam obrolan seputar bahasan tongkrongan sambil sesekali mengomentari tentang keindahan Aglaonema Park yang nyaman diiringi musik klasik dengan volume suara pas di telinga. Setelah dirasa cukup, kami beranjak berkeliling kembali ke sisi Aglaonema Park yang belum kami jamah hingga kami melihat hama kecil yaitu siput berada di dekat barisan Aglonema. Kami segera memanggil salah satu staff untuk memberitahukan adanya siput yang termasuk hama tersebut. "Kalau siput gini sebenarnya bukan hama yang terlalu berbahaya karena kembang biaknya yang pelan, kak." Ujar salah satu staff yang memungut siput tadi. Kami yang semakin tertarik karena fakta baru tersebut, memulai pembicaraan yang cukup lama dan menyenangkan.
      Kami bertanya tentang bagaimana Aglaonema ini akhirnya dibentuk menjadi salah satu wahana wisata di Puri Mataram. Staff yang bernama Mbak Parmi tersebut menjelaskan bahwa ide ini bermula dari Direktur Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKAL) Tridadi yaitu Agus Choliq menjadi pelopor pertama karena aglonema disebut merupakan kesukaan Pak Choliq. "ya mungkin karena sudah hobi dan suka." Mbak Parmi menambahkan. Kami kembali hanyut dalam percakapan terkait Aglaonema Park dan desain arsitektur yang indah ini. Mbak Parmi juga menyebutkan beberapa kali pak Choliq berganti arsitek karena merasa desain yang kurang menarik menunjukkan keseriusan Pak Choliq dalam membangun destinasi wisata aglonema terbesar di Indonesia ini.Â
Selain desain yang dibuat dengan sungguh-sungguh, Mbak Parmi menjelaskan bahwa persiapan Aglaonema Park membutuhkan waktu hingga dua tahun. Waktu dua tahun ini dibutuhkan untuk budidaya Aglonema dari bibit hingga menjadi tanaman seutuhnya yang indah. Tanaman aglonema yang sudah disusun rapi tidak diganti kecuali jika memang perlu sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga berlebihan. Aglonema yang juga tidak mudah layu menjadikan pengunjung dapat berkunjung ke Aglaonema Park kapan saja tidak menunggu musim berbunga.
      Keasikan berbincang dengan Mbak Parmi disertai fakta-fakta menarik tentang aglonema menghabiskan banyak waktu hingga jam menunjukkan pukul 2 siang. Kami yang sudah berdiam di dalam Aglaonema Park hampir 3 jam merasa cukup dengan keindahan yang telah disajikan sejak awal kedatangan. Kami segera pamit kepada Mbak Parmi agar beliau juga dapat melanjutkan pekerjaannya dengan tentram. Saat kami pergi pula, beberapa rombongan keluarga yang baru masuk menikmati kecantikan taman bunga dengan asyik. Anak-anak balita berlarian dengan tawa riang menuju ayunan yang disediakan. Perjalanan yang tidak biasa ini menjadi perasaan baru bagi saya karena konsep Aglaonema Park sangat menarik bahkan dengan fakta-fakta yang orang awam biasanya belum tahu. Wisata Aglaonema Park sebaiknya sesekali dicoba sebab taman aglonema baru hanya ada di Sleman, Yogyakarta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H