Perwakilan kelompok yang lebih cepat mendapatkan bola tersebut, kelompoknya diberikan kesempatan untuk menjadi pembawa bola. Setiap kelompok berusaha untuk memasukan bola tersebut pada kotak lawan yang telah disediakan. Kelompok yang berhasil meraih poin dengan memasukan bola tersebut ke dalam kotak paling banyak dalam waktu 20 menit dinyatakan sebagai pemenangnya.
Setelah melakukan implementasi media kepada peserta didik, peneliti memperoleh hasil pengamatan sebagai berikut.Â
Berdasarkan indikator pertama peserta didik cenderung memilih teman satu sama lain untuk dijadikan satu kelompok, sehingga anak yang kurang mampu berbaur menjadi tersisihkan.Â
Untuk memperbaiki indikator yang belum tercapai ini, peneliti melakukan pembagian kelompok secara acak dengan cara menghitung dan berkumpul berdasarkan angka yang diperoleh sehingga peserta didik dapat berbaur dengan anak yang lainnya.Â
Pada indikator kedua, tindakan melempar barang pada anak lain masih terlihat. Anak terkadang melempar barang milik temannya atau bahkan melempar barang mengenai temannya. Hal ini masih sulit dikendalikan karena biasanya guru masih acuh terhadap tindakan tersebut.Â
Tindakan yang peneliti ambil adalah memberikan peringatan untuk berperilaku baik dan menyita barang tersebut apabila tindakan tersebut terus berlanjut. Pada indikator ketiga dan keempat hampir serupa dengan indikator kedua.Â
Tindakan ini masih terlihat muncul di antara peserta didik. Tindakan lain yang dilakukan adalah dengan menarik perhatian peserta didik untuk bernyanyi dan menari bersama agar perhatiannya terpusat kepada simulator. Namun indikator yang masih sulit ditangani adalah kurang kepekaan pada peserta didik, terkadang peserta didik juga belum mampu memahami instruksi yang diberikan dan hanya memilih melakukan apa yang mereka inginkan.Â
Namun indikator yang jarang muncul adalah anak yang tidak mudah tersinggung, peserta didik yang terlihat percaya diri dan tidak memikirkan perkataan orang lain membuat mereka menjadi pribadi yang tidak mudah tersinggung. Beberapa peserta didik masih takut gagal, namun terdapat peserta didik yang masih egois saat melakukan permainan ini.Â
Dirinya merasa lebih hebat daripada teman yang lain karena berhasil membawa kemenangan pada timnya. Terdapat dua anak yang memiliki tanda-tanda perilaku tersebut sehingga menjadi bersaing ketika ditempatkan dalam dua tim yang berbeda. Tindakan yang diambil oleh peneliti adalah memberikan pemahaman bahwa dalam sebuah permainan terdapat kalah dan menang sehingga mereka harus bersikap sportif terhadap hasil yang diperoleh.Â
Dengan mengimplementasikan permainan ini, peserta didik menjadi lebih paham bagaimana mengontrol emosi, mengelola sugesti, dan belajar menjadi anak yang sportif. Peserta didik juga lebih dapat berbaur dengan teman sekelasnya dibanding saat pertama kali peneliti datang ke sekolah tersebut. Selain itu, anak yang sebelumnya terlihat dalam kegiatan sebelumnya menjadi lebih terlihat aktif berbaur dengan teman lainnya.