Mohon tunggu...
Nasywaa Julyana Widyarini
Nasywaa Julyana Widyarini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi menonton film dan selalu ingin tahu banyak hal. Suka mengeksplorasi ide-ide baru dan menuangkannya dalam tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Transformasi Sastra Anak Modern Sebagai Sarana Pembentukan Karakter di Era Digital

6 Desember 2024   13:44 Diperbarui: 6 Desember 2024   15:23 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam kehidupan sehari-hari, sastra anak memainkan peran penting sebagai medium yang tidak hanya menghibur, tetapi juga mendidik. Melalui cerita-cerita sederhana yang penuh makna, sastra anak menyampaikan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya yang relevan bagi perkembangan karakter generasi muda. Di tengah tantangan globalisasi, kemampuan sastra anak untuk mentransformasi nilai-nilai kebajikan menjadi semakin signifikan dalam menghadapi dinamika perkembangan era modern.

Seiring perkembangan teknologi, format sastra anak turut berevolusi dari buku cerita fisik ke bentuk digital yang interaktif dan mudah diakses. Perubahan ini memberikan peluang besar untuk mendekatkan anak-anak pada literasi melalui cara yang lebih menarik dan sesuai kebutuhan masa kini. Dalam artikel ini, kita akan mengetahui bagaimana sastra anak modern dapat menjadi sarana efektif untuk membangun karakter anak, khususnya di era digital.

Peran Sastra Anak sebagai Instrumen Pendidikan Moral

Sastra anak telah lama diakui sebagai alat pendidikan moral yang efektif. Cerita-cerita dalam sastra anak, baik tradisional maupun modern, sering kali mengajarkan perbedaan antara benar dan salah, baik dan buruk, serta pantas dan tidak pantas. Sebagai contoh, buku cerita rakyat seperti Kisah Dua Putri dan Si Raja Ular dari Papua menanamkan nilai keberanian dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini sangat penting dalam membentuk karakter anak yang mampu menghadapi permasalahan di kehidupan nyata.

Seiring perkembangan zaman, sastra anak mengalami evolusi dalam penyampaian pesan moralnya. Sastra modern tidak lagi terbatas pada nilai tradisional seperti gotong royong dan kejujuran, tetapi juga mengangkat isu-isu global seperti kesetaraan gender, keberagaman budaya, dan kesadaran lingkungan. Buku cerita modern kerap menghadirkan karakter multikultural untuk menanamkan toleransi dan apresiasi terhadap keberagaman.

Selain itu, medium penyampaian sastra anak telah berkembang dari dongeng lisan dan buku cetak menjadi format digital yang lebih interaktif dan visual. Aplikasi membaca, cerita animasi, hingga buku elektronik menawarkan pengalaman literasi yang menarik sekaligus memungkinkan penyampaian nilai moral melalui pendekatan kreatif seperti permainan berbasis cerita dan video interaktif. Eksposur terhadap sastra anak, baik tradisional maupun digital, mampu mengembangkan aspek emosional, intelektual, dan sosial anak, menjadikan sastra anak alat strategis dalam pendidikan karakter yang relevan dengan kebutuhan zaman.

Transformasi Nilai-Nilai Kebajikan dalam Sastra Anak Modern

Transformasi nilai kebajikan dalam sastra anak modern tidak hanya terjadi pada isi cerita, tetapi juga pada format dan medium penyampaian.

  • Nilai Tradisional yang Diadaptasi

Nilai-nilai tradisional seperti kerja keras, gotong royong, dan cinta keluarga tetap dipertahankan dalam sastra anak modern, tetapi sering kali dikemas dalam konteks yang lebih relevan. Sebagai contoh, dalam cerita Hop! Hop! Byur', nilai menjaga kebersihan disampaikan melalui narasi sederhana yang sesuai dengan dunia anak-anak.

Cerita lain seperti Burung Ajaib menggambarkan perjuangan dan tanggung jawab melalui tokoh utama yang harus menyelesaikan misi penting untuk komunitasnya. Dengan gaya penulisan yang imajinatif, nilai-nilai tradisional ini menjadi lebih mudah dipahami dan diaplikasikan oleh anak-anak.

  • Nilai-Nilai Modern dalam Sastra Anak

Sastra anak modern juga memperkenalkan nilai-nilai baru yang sesuai dengan tantangan globalisasi. Misalnya, kesadaran lingkungan dan keberlanjutan sering kali menjadi tema utama dalam sastra anak kontemporer. Buku-buku yang mengajarkan anak-anak tentang daur ulang, perlindungan satwa, dan pentingnya menjaga alam banyak ditemukan di era ini. Selain itu, toleransi dan keberagaman budaya menjadi nilai yang ditekankan. Dalam cerita Kain Tenun dan Putra Mahkota, misalnya, anak-anak diajak untuk memahami keunikan budaya lokal serta menghargai tradisi yang berbeda.

Pendidikan Karakter melalui Sastra Anak

Sastra anak memiliki potensi besar sebagai sarana pembelajaran karakter, terutama di jenjang sekolah dasar. Seperti yang diungkapkan oleh Oktasari dan Kasanova (2023), pendidikan karakter berbasis sastra anak dapat menanamkan nilai-nilai moral seperti empati, keadilan, dan tanggung jawab. Menentukan bahan bacaan yang cukup sesuai dengan usia dan tahap perkembangan anak merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran ini. Sebagai fasilitator, guru tidak hanya menyajikan cerita yang relevan, tetapi juga membantu anak-anak dalam memahami nilai moral yang terkandung di dalamnya.

Strategi pembelajaran berbasis sastra anak dapat dilakukan melalui berbagai metode seperti membaca bersama, bercerita, dan diskusi kelompok. Pendekatan ini tidak hanya membuat proses pembelajaran lebih menarik, tetapi juga mendorong pemahaman yang lebih mendalam terhadap nilai-nilai moral. Sebagai contoh, cerita Batu Besar di Tengah Desa mengajarkan pentingnya kerja sama dan gotong royong, di mana anak-anak diajak memahami bahwa masalah besar dapat diselesaikan melalui kolaborasi. Dengan demikian, sastra anak menjadi media yang efektif dalam menanamkan karakter positif pada generasi muda.

Tantangan dan Peluang di Era Digital

Era digital menghadirkan tantangan baru dalam penyajian sastra anak. Anak-anak masa kini lebih sering terpapar media digital daripada buku cetak. Hal ini menuntut para penulis dan penerbit sastra anak untuk beradaptasi dengan teknologi modern. Buku cerita interaktif, e-book, dan aplikasi berbasis cerita menjadi pilihan populer bagi generasi digital karena memberikan pengalaman membaca yang lebih interaktif dan visual.

Namun, tantangan yang muncul adalah bagaimana memastikan bahwa konten digital tetap memiliki nilai edukatif yang tinggi. Peran orang tua dan guru sangat penting dalam memilihkan bacaan yang berkualitas bagi anak-anak. Selain itu, sastra anak juga dapat menjadi alat untuk mengajarkan literasi digital, yaitu kemampuan untuk membaca dan memahami informasi dalam bentuk digital.

Di sisi lain, sastra anak di era digital juga berpotensi menjadi medium untuk membangun nilai-nilai karakter yang relevan dengan tantangan global. Nilai-nilai seperti tanggung jawab, keberagaman, dan kesadaran lingkungan dapat disampaikan melalui cerita yang dikemas dengan pendekatan kreatif dan teknologi interaktif. Misalnya, buku digital atau aplikasi yang mengajarkan anak tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan melalui permainan berbasis cerita. Dengan cara ini, sastra anak tidak hanya berfungsi sebagai sumber hiburan, tetapi juga sebagai media pendidikan karakter yang relevan, memberikan manfaat emosional, intelektual, dan sosial yang mendalam bagi anak-anak.

Integrasi Sastra Anak dalam Kurikulum Pendidikan

Integrasi sastra anak dalam kurikulum pendidikan dasar juga berkontribusi pada pengembangan imajinasi dan kreativitas anak. Cerita-cerita yang kaya akan fantasi dan petualangan dapat merangsang daya pikir mereka untuk membayangkan dunia yang penuh kemungkinan. Hal ini membantu anak-anak untuk berpikir di luar batasan nyata dan mencari solusi kreatif dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, sastra anak yang melibatkan tema-tema seperti eksplorasi, inovasi, dan empati, memberikan pengalaman belajar yang interaktif dan menarik. Dengan demikian, siswa tidak hanya mendapatkan pembelajaran kognitif, tetapi juga pengalaman emosional yang mendalam yang dapat membangun rasa percaya diri dan kemampuan mereka untuk berkomunikasi serta berinteraksi dengan lingkungan sosial.

Mengintegrasikan sastra anak ke dalam kurikulum pendidikan dasar dapat memberikan manfaat yang signifikan bagi pembentukan karakter anak. Buku cerita anak dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk mengajarkan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya. Guru dapat memilih cerita yang sesuai dengan tema pembelajaran, seperti toleransi, keberagaman, atau tanggung jawab.

Buku cerita anak yang berkualitas harus memenuhi kriteria tertentu, seperti relevansi dengan kehidupan anak, bahasa yang mudah dipahami, serta pesan moral yang jelas. Cerita-cerita ini tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga alat edukasi yang strategis. Dengan mengintegrasikan sastra anak ke dalam kurikulum, pendidikan dasar dapat menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai yang akan membimbing anak menghadapi tantangan di masa depan, sekaligus memperkuat kecerdasan emosional dan sosial mereka.

Integrasi sastra anak dalam kurikulum pendidikan dasar juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami keragaman budaya dan nilai-nilai lokal maupun global. Melalui cerita rakyat, dongeng, atau kisah-kisah dari berbagai daerah, anak-anak dapat belajar tentang tradisi, kepercayaan, dan cara hidup yang berbeda. Hal ini membantu menanamkan sikap toleransi, menghormati perbedaan, dan menghargai keberagaman sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat. Sastra anak juga dapat menjadi alat yang efektif untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap budaya bangsa, sekaligus memperkenalkan nilai-nilai universal seperti kejujuran, kerja keras, dan kasih sayang yang relevan di seluruh dunia.

Selain itu, pembelajaran sastra anak dapat dilakukan melalui berbagai metode kreatif, seperti bermain peran, mendongeng, atau membuat ilustrasi berdasarkan cerita. Aktivitas ini tidak hanya membuat pembelajaran menjadi menyenangkan tetapi juga mendorong anak untuk lebih aktif terlibat, baik secara individu maupun kelompok. Dengan pendekatan ini, anak-anak dapat mengembangkan berbagai keterampilan penting, seperti berpikir kritis, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan efektif, yang menjadi bekal penting untuk menghadapi tantangan masa depan.

Daftar Pustaka    

Oktasari, A. F., & Kasanova, R. (2023). Pembentukan Karakter Siswa Sekolah Dasar Melalui Sastra Anak. Journal on Education, 5(4), 12017--12025.

Rizqi Nur Abni, S., Ahmadi, A., & Maulida, S. (2024). Integrasi Media Digital dalam Pembelajaran Literasi Sastra Anak di Tingkat Sekolah Dasar. Belajar Bahasa: Jurnal Ilmiah Program Studi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, 9(2), 171--183. https://doi.org/10.32528/bb.v9i2.2551

Rosid, A. (2021). NILAI-NILAI DALAM SASTRA ANAK SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN KARAKTER. Metalingua: Jurnal Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia, 6(1), 7--10.

Septia Rizqi Nur Abni, S. A. A. S. M. (2023). Problematika Pendidikan Sastra di Indonesia dan Transformasinya untuk Generasi Alfa. Prosiding Seminar Nasional Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 1140--1145. http://pps.unnes.ac.id/pps2/prodi/prosiding-pascasarjana-unnes

Simatupang, Y. J., & Harun, M. (2021). KONTRIBUSI SASTRA ANAK BAGI PERKEMBANGAN NILAI PERSONAL ANAK DALAM BUKU CERITA ANAK INDONESIA. Jurnal Master Bahasa, 9(2), 546--551.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun