Hari ini hari Minggu. Tepat pukul 04.30 WIB Vidi terbangun dari tidurnya. Vidi segera menuju kamar mandi untuk mandi dan berwudhu'. Kemudian ia merapikan kamarnya dan segera menuju masjid.
Sesampainya di masjid ia bertemu dengan Ilham yang terkenal karena hafalan Alqurannya sangat banyak. Maka, pagi itu yang menjadi imam shalat subuh adalah Ilham. Tidak seperti biasanya kali ini Ilham hanya membaca surah di juz 30 untuk bacaan shalat.
Selesai melaksanakan shalat Vidi iseng pergi ke taman di dekat masjid untuk melihat perkembangan bunga mawar. Bunga itu Vidi yang menanam. Beberapa minggu yang lalu sepulang dari sekolah ia menanam mawar di taman itu.
Sekarang ia hampir sampai di taman. Sesampainya di taman Vidi kaget karena mawar yang ia tanam tercabut dari tanah. Lalu dia pun segera mencari pelakunya dan ia menemukan Alex yang sedang mencabut bunga dan mengambil bando anak kecil.
Karena curiga dengan Alex, ia menghampirinya dan bertanya, "Alex, apakah kamu yang mencabut bunga mawar yang ada di ujung taman?"
Alex yang tidak suka dituduh pun marah. Alex menggenggam baju Vidi dan berteriak di depan wajahnya, "maksud lo apa nuduh gue Vid? Gue ga suka ya lo nuduh gue kaya gitu!" Katanya.
Vidi pun segera melepas genggaman tangan Alex dari bajunya dan berkata, "Bukannya nuduh lex, aku hanya bertanya." Kemudian ia mengabaikan tentang mawar dan beralih pada tugasnya.
Ia pun menyelesaikan tugas video editing di kursi taman. Beberapa menit kemudian, datang sekumpulan anak kecil. Mereka hendak bermain lompat tali karet di dekat Vidi. Namun Vidi tidak menjauh karena ia tidak merasa terganggu.
15 menit berlalu, datanglah Alex ke sekelompok anak kecil yang sedang bermain. "Hai adik kecil, bolehkah abang yang tampan ini ikut bermain?" Tanya Alex.
"Iya boleh" jawab salah satu anak kecil. Lalu mereka bermain bersama. Di tengah permainan, salah satu anak kecil tidak sengaja melepaskan karet dan mengenai kaki Alex.
Sontak Alex berteriak "an*ing." Mendengar hal itu, salah satu kakak dari adik kecil itu mendekati Alex.
"Heh Alex. Apa yang kamu katakan? Mereka ini masih kecil. Kamu ini mengajarkan hal yang tidak baik." Kata salah seorang kakak mereka yang bernama Intan.
"Intan yang cantik jelita, saking cantiknya seperti kanebo kering. Nggak usah ikut campur ya. Tadi itu hanya spontan. Orang kampung doang sok-sokan mau ngajarin orang kota." Jawab Alex.
"Astaghfirullah lex, tidak boleh seperti itu. Kalau kamu salah ya tetap salah, nggak bisa dianggap benar." Nasehat Intan. Mereka terus beradu mulut di dekat Vidi. Mendengar pertengkaran itu, Vidi cuek saja. Karena ia tidak merasa diganggu.
10 menit berlalu. Lewat lah Bima. Seorang anak kecil yang sedang bermain sepeda. Karena melihat 2 orang remaja bertengkar, Bima mendekati mereka. "Maaf kak, bang. Ini ada apa ya? Kok kalian bertengkar?" Tanya Bima.
"Adik kecil, kamu main sepeda aja ya. Nggak usah ikut campur urusan abang dengan kakak kampungan ini," jawab Alex ramah, tapi tidak ramah.
"Bang, nggak boleh gitu. Kita tidak boleh menghina orang lain. Lihat! Kak Intan menangis karena ucapan kakak." Ucap Bima.
Mendengar hal itu, Alex langsung menatap Intan dan merasa bersalah karena membuat Intan menangis. Lalu Alex meminta maaf. Tapi Intan malah lari meninggalkan Alex. Apalah daya Alex, nasi sudah jadi bubur. Tidak bisa diapa-apakan.
"Nah kan, makanya Bang Alex, mulut itu dijaga. Jangan seperti mulut ayam. Asal comot kata aja. Sekarang abang pikirkan bagaimana cara meminta maaf pada kak Intan, dan usahain untuk jaga mulut." Nasehat Bima.
"Iya Bim, abang tahu abang salah. Makasih ya atas nasehatnya." Jawab Alex. Alex pun mulai sadar dengan kesalahannya. Sedangkan Vidi, ia mulai menyadari bahwa ia tidak boleh cuek dengan keadaan sekitar, karena akibatnya fatal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H