Caca terkejut dan terbata. "Bayu, lo bercanda, kan? Jangan bilang itu karena parfum itu," balas Caca dengan wajah tidak percaya. Dalam hatinya, ia merasa aneh dengan pengakuan Bayu, mengira bahwa semua perasaannya hanya muncul karena efek dari parfum  yang telah mengubah segalanya. Caca pun menceritakannya pada Bayu.
Bayu merasa kesal, tetapi ia menekan emosinya. "Ca, lo ga butuh parfum untuk buat gue cinta sama lo. Dan lo harus tahu bahwa cinta itu gak bisa dipaksakan atau dipermainkan. Gue harap lo bisa ngerti dan gak menggunakan hal seperti ini lagi," ucapnya dengan suara yang sedih, merasa kecewa karena perasaannya dianggap hanya sebagai hasil dari parfum itu.
Di antara mereka, pertanyaan tentang kebenaran cinta, kejujuran, dan pengertian mulai muncul. Caca merasa hancur karena telah memainkan perasaan Bayu.Dalam keheningan malam, ia merenungkan tentang arti sebenarnya dari cinta yang tulus dan jujur.
Caca pulang ke rumah dengan perasaan berat. Ia memutuskan untuk meneliti parfum itu lebih dalam. Setelah melihat stiker yang tertempel, ia menemukan fakta bahwa parfum itu tidak berpengaruh bagi orang yang tulus mencintai. Hatinya semakin hancur mengetahui bahwa dirinya telah bermain dengan perasaan orang lain.
Caca terdiam, hatinya berdebar tak menentu. Ia merasa bersalah karena meragukan perasaan Bayu, sahabatnya sendiri yang selalu setia di sisinya. "Bayu, gue harusnya jujur sama lo. Ini semua karena parfum dari nenek itu. Gue minta maaf, Gue gak tau harus gimana," akui Caca dalam hatinya, menyadari bahwa ia telah salah menggunakan parfum itu untuk mempengaruhi perasaan orang lain.
Keesokan harinya, Caca memutuskan untuk menemui Bayu. Dengan penuh penyesalan, ia mencari Bayu di kampus. "Bayu, gue minta maaf. Gue gak seharusnya make parfum itu. Gue tau sekarang, parfum itu hanya bekerja pada orang yang gak tulus. Gue tau lo cinta dengan tulus," kata Caca dengan air mata yang mulai mengalir.
Bayu tersenyum lembut, meskipun matanya masih menyimpan kesedihan. "Ca, gue udah maafin lo. Lagian sih, dari dulu kenapa coba gue nolak cewek lain? karena gue cuma mau lo Ca. Dan gue pengen lo tau, gue benar-benar sayang lo, tanpa ada embel-embel apa pun. gue pengen ingin lo bahagia, dengan cara yang sebenarnya."
Mendengar kata-kata Bayu, Caca merasa lega. Ia merasa cintanya yang sejati telah diuji dan kini menemukan makna yang sesungguhnya. Bayu memeluknya erat, memberi kekuatan untuk terus melangkah. "Jangan lagi make barang-barang seperti itu, Ca. Cinta yang tulus tidak membutuhkan trik atau sihir. Cinta itu sederhana, dan aku ingin kamu menemukan cinta yang nyata."
Bayu menggenggam tangan Caca, dan senyuman tulus terukir di wajahnya. "Ca, gue juga mau lo tahu bahwa gue selalu ada buat lo. Gue sayang sama lo dengan sepenuh hati, dan guee ingin kita bersama-sama dalam cinta yang sejati, tanpa yang harus disembunyikan atau dipermainkan."
Dengan senyuman, Caca dan Bayu kembali melangkah bersama. Penantian terindah bagi Caca kini dimulai, dengan Bima yang setia di sampingnya. Mereka tahu, cinta yang tulus adalah anugerah yang paling berharga, yang tak perlu dicari dengan cara yang salah.
Dengan pelukan hangat, mereka berdua merasa lega. Hari itu, Caca dan Bayu memutuskan untuk mulai dari awal, meniti hari-hari dengan penuh kejujuran dan cinta yang tulus. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan selalu mudah, tetapi dengan saling percaya dan mendukung, mereka yakin bisa menghadapi segala rintangan.