KEMRANJEN - Menumbuhkan minat baca anak sejak dini memang gampang-gampang susah. Lihat saja kondisi sekitar kita, anak-anak lebih akrab dengan televisi, komputer dan hp yang semakin canggih dengan bermacam jenis game, sosial media, dan kemudahan mengakses internet. Memang kemajuan IT tidak dapat disalahkan, karena ini sebagai wujud hasil karya manusia yang akan terus berkembang.
Lalu, apa kewajiban kita sebagai orang tua, guru, pustakawan, dan pemerhati anak? Salah satu yang utama adalah mengawasi penggunaan IT agar tidak disalahgunakan. IT tetap dapat digunakan untuk menunjang pendidikan, contohnya hp dapat dilengkapi dengan e-book, video pembelajaran, serta koleksi digital lainnya. Namun demikian, media konvensional juga harus tetap dilestarikan karena mengingat pendidikan kita masih menggunakan buku cetak, baik buku pelajaran maupun bacaan ringan non pelajaran.
Buku cerita anak bergambar dan berwarna mampu menarik perhatian anak, melatih imajinasi, dan berfikir kreatif. Terbukti dengan antusias siswa kelas 2 MI Fathul Ulum Sirau Kemranjen Banyumas yang dengan semangat memilih dan membaca buku cerita pada Selasa (13/12/2016) pukul 07.30 WIB di Taman Bacaan Masyarakat (TBM) An-Nafi’.
Sebagai tindak lanjut membaca, anak didik mengamati nama pengarang, penerbit, alur cerita, serta menulis kembali isi cerita tanpa melihat buku. “Hari ini anak-anak sudah selesai kegiatan Ujian Akhir Semester, namun diberi kegiatan membaca dan menulis kembali isi cerita agar anak lebih mencintai buku” ungkap Ibu Nur Fadilah yang mendampingi anak-anak, menggantikan Ibu Umi Zumairoh yang sedang bertugas ke luar kota.
Sejalan dengan hal tersebut, seperti yang ditulis oleh Rohman, M. Mujibur (2015: 66) dalam buku Budaya Baca di Era Digital bahwa sekolah perlu mengadakan program outing class atau pembelajaran di luar kelas dengan mengunjungi sumber belajar seperti perpustakaan dan Taman Bacaan Masyarakat yang dapat menarik literasi anak didik, sehingga anak dapat belajar sambil berekreasi.
Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi titik awal mewujudkan program Gerakan Literasi Sekolah yang dituangkan dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2015 bahwa kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar dimulai merupakan upaya meningkatkan minat baca anak didik, serta meningkatkan ketrampilan membaca agar pengetahuan dapat dikuasai lebih baik. Hal ini perlu komitmen dan kerjasama yang baik antara pihak sekolah, guru, pustakawan, perpustakaan sekolah dan TBM.
Letak TBM An-Nafi’ yang berada tepat di depan gedung MI Fathul Ulum membuat anak-anak dengan mudah mengakses bahan bacaan. Masih terbatasnya jumlah koleksi yang dimiliki, membuat pihak pengelola terus berupaya menambah jenis koleksi dan membuka kesempatan kepada donatur dan dermawan yang ingin menyumbangkan bantuan baik buku bekas ataupun baru demi kemajuan dan masa depan generasi penerus kita. Yang perlu disadari bersama bahwa “buku lama bagi kita merupakan buku baru bagi mereka yang belum pernah membacanya”. Salam Literasi.
Sumber bacaan :
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.
Rohman, M. Mujibur. 2015. “Menggagas Budaya Literasi di Sekolah”, dalam Budiwati, Bonifacia Heni, dkk. Budaya Baca di Era Digital. Yogyakarta : Lembaga Ladang Kata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H