Setelah proses mandi, pakaian yang digunakan pada saat ruwat tersebut juga dibuang ke laut karena pakaian diibaratkan sebagai nafsu yang selalu menyelimuti kita. Terakhir, orang-orang yang telah melakukan ruwat, dipersilakan untuk memakai wewangian dan berkumpul bersama yang lainnya.Â
Setelah acara larungan dilakukan, biasanya juga dilakukan istighosah, pertunjukan wayang kulit, penampilan tari, nembang macapat, dan tumpengan. Semua ini menciptakan lingkungan yang memadukan nilai-nilai spiritual dengan keanekaragaman budaya.
Larungan Suro di Punden Nuswantoro Desa Sukodermo adalah suatu perayaan budaya yang memadukan filosofi pembersihan jiwa, hubungan manusia dengan alam, dan keragaman budaya.Â
Tradisi ini memberikan wawasan tentang bagaimana mengatasi sifat-sifat negatif dan kotor dalam diri manusia melalui tindakan simbolis yang kuat. Dengan menghubungkan warisan budaya dan spiritualitas, Larungan Suro menjadi tradisi yang dilestarikan oleh warga Desa Sukodermo.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI