Mohon tunggu...
Nasya RJauza
Nasya RJauza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Teknologi, Sosial Budaya

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengupas Filosofi dan Makna di Balik Larungan Suro: Tradisi Sakral Desa Sukodermo

28 Agustus 2023   09:00 Diperbarui: 28 Agustus 2023   09:01 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah proses mandi, pakaian yang digunakan pada saat ruwat tersebut juga dibuang ke laut karena pakaian diibaratkan sebagai nafsu yang selalu menyelimuti kita. Terakhir, orang-orang yang telah melakukan ruwat, dipersilakan untuk memakai wewangian dan berkumpul bersama yang lainnya. 

Setelah acara larungan dilakukan, biasanya juga dilakukan istighosah, pertunjukan wayang kulit, penampilan tari, nembang macapat, dan tumpengan. Semua ini menciptakan lingkungan yang memadukan nilai-nilai spiritual dengan keanekaragaman budaya.

Larungan Suro di Punden Nuswantoro Desa Sukodermo adalah suatu perayaan budaya yang memadukan filosofi pembersihan jiwa, hubungan manusia dengan alam, dan keragaman budaya. 

Tradisi ini memberikan wawasan tentang bagaimana mengatasi sifat-sifat negatif dan kotor dalam diri manusia melalui tindakan simbolis yang kuat. Dengan menghubungkan warisan budaya dan spiritualitas, Larungan Suro menjadi tradisi yang dilestarikan oleh warga Desa Sukodermo.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun