Mengingat bahwa semua aspek masyarakat dipengaruhi oleh globalisasi, memperkuat identitas nasional adalah langkah penting dalam upayanya. Semua orang Indonesia percaya bahwa mereka harus mempertahankan kebudayaan Indonesia untuk mempertahankan identitasnya. Kecepatan globalisasi, terutama dalam penyebaran IPTEK, memiliki banyak manfaat dalam banyak hal. Namun, meskipun IPTEK membantu kemajuan peradaban, tidak dapat dipungkiri bahwa konsekuensi negatifnya juga dapat mengancam identitas bangsa. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana anak-anak modern menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bermain perangkat elektronik daripada bermain permainan yang pernah lestari di generasi sebelumnya.
Berikutnya yang mencuri perhatian saat ini adalah banyaknya genre musik modern yang berbeda dengan berbagai lirik dan nada yang menjadi kegemaran anak-anak. Mereka telah menyanyikan dengan lihai mulai dari musik untuk anak-anak hingga musik orang dewasa. Setelah mengetahui hal ini, negara harus mempertimbangkan keberadaan lagu daerah, yang merupakan salah satu pilar budaya Indonesia. Lagu daerah yang menjadi kebanggaan bangsa harus membuat anak-anak senang dan bangga.
Sebagai wujud upaya warga negara Indonesia dalam melakukan penguatan identitas nasional di lingkungan sekolah, sekelompok mahasiswa Universitas Negeri Malang yang berasal dari Departemen Geografi, yaitu Insyira Syahla Kirana, Pendidikan Luar Sekolah yaitu Aulianisa Laela Hidayah, Hanifatul Fauziah, Masruroh Anggaraini, serta Departemen Sosiologi Naswa Septia Putri, menyelenggarakan serangkaian kegiatan yang bertujuan merangsang kecintaan anak usia dini pada budaya Indonesia. Sabtu (11/11/2023) Aksi upaya penguatan identitas nasional dilaksanakan di RA Muslimat NU 27 dengan kegiatan menyanyikan lagu-lagu daerah berbantuan media audiovisual, bermain permainan tradisional cublak-cublak suweng, Ular Naga, Ampar- Ampar Pisang dan diakhiri dengan kegiatan pewarnaan bendera nasional Indonesia.
Sekelompok mahasiswa yang datang ke RA Muslimat NU 27 disambut dengan antusias karena mereka menantikan kegiatan yang telah direncanakan. Sepanjang rangkaian acara, siswa dapat berpartisipasi secara aktif, dan toleran. Para peserta dapat secara mandiri dan kompak melakukan pengulangan lagu-lagu daerah yang sebelumnya ditayangkan melalui platform video YouTube. Selain itu, ditemukan bahwa peserta yang akrab dengan permainan cublak-cublak suweng, dan Ampar-Ampar Pisang unjuk diri dan berbagi teknik permainan mereka dengan teman-temannya. Pada puncak acaranya yakni kegiatan mewarnai, para peserta saling bersaing menghasilkan karya yang terbaik dengan bangga diri, tentu hal tersebut menjadi keistimewaan dalam kegiatan ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H