Mohon tunggu...
Naswa Salsabila
Naswa Salsabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Farmasi Universitas Negeri Semarang

Saya adalah seorang mahasiswa farmasi yang selalu haus akan ilmu pengetahuan. Saya sangat menikmati proses belajar dan terus berusaha untuk mengembangkan diri. Saya percaya bahwa dengan terus belajar dan berinovasi, kita dapat menemukan solusi untuk berbagai masalah kesehatan yang dihadapi masyarakat.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Dampak Media Sosial terhadap Citra Diri Generasi Z

27 Oktober 2024   12:41 Diperbarui: 27 Oktober 2024   12:54 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi Z, atau Gen Z, adalah kelompok yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012. Mereka dikenal sebagai generasi digital pertama, yang tumbuh dengan akses internet dan teknologi digital sejak usia muda. Karakteristik utama Gen Z meliputi kemampuan tinggi dalam menggunakan teknologi, pragmatisme, serta perhatian terhadap isu sosial dan lingkungan. Mereka cenderung mandiri, kolaboratif, dan menghargai keaslian serta fleksibilitas dalam berbagai aspek kehidupan. Meskipun memiliki banyak potensi, Gen Z juga menghadapi tantangan seperti kesehatan mental yang dipengaruhi oleh penggunaan media sosial dan tekanan untuk memenuhi standar sosial yang tinggi.

Media sosial telah menjadi salah satu sarana komunikasi yang paling populer. Menurut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), hampir seluruh anak muda di Indonesia memiliki media sosial.

Media sosial menjadi salah satu hal yang menyebabkan menculnya citra diri, yang kemudian mempengaruhi bagaimana seseorang merasa, berfikir, memandang dan memperlakukan diri mereka sendiri. Namun disamping itu media sosial juga dapat menciptakan citra diri positif dan negatif.

Citra diri negatif dapat mengakibatkan gangguan terhadap seseorang jika terlalu lama dibiarkan dan tidak disembuhkan, seperti depresi bahkan kematian. Untuk dapat terhindah dan menyembuhkan dampak dari citra diri negatif itu sebenarnya mudah, seseorang hanya perlu membangun dan mengembangkan citra diri positif yang ada di diri mereka. Karena dengan membangun dan mengembangkan citra diri positif menjadikan seseorang lebih percaya diri dan beryukur, sehingga mereka dapat menerima apapun keadaan bentuk tubuh mereka.

Dampak Positif Media Sosial

1.Platform Mengekspresikan Diri

Generasi Z, yang merupakan kelompok yang tumbuh di era digital, memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, dan YouTube untuk berbagi karya seni, musik, dan berbagai bentuk konten kreatif lainnya. Menurut penelitian, lebih dari 85% remaja dari generasi ini menggunakan platform-platform tersebut secara rutin. Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan tetapi juga sebagai alat untuk berbagi dan mengembangkan ide-ide kreatif. Selain itu Media sosial memberi Generasi Z kesempatan untuk mengekspresikan identitas dan pandangan mereka dengan cara yang autentik. Mereka cenderung membagikan konten yang mencerminkan diri mereka yang sebenarnya, termasuk tantangan dan keberhasilan dalam hidup.

2.Membangun Komunitas Online         

Generasi Z menggunakan platform seperti TikTok, Instagram, dan Twitter untuk membangun komunitas yang inklusif. Mereka dapat menemukan dan terhubung dengan orang lain yang memiliki minat serupa, baik itu dalam bidang seni, musik, mode, atau isu sosial. Survei menunjukkan bahwa sekitar 85% dari responden Gen Z aktif menggunakan media sosial untuk terhubung dengan teman dan memperluas jaringan sosial mereka. Media sosial juga menyediakan ruang bagi Generasi Z untuk berdiskusi tentang berbagai topik penting. Mereka sering kali menggunakan platform ini untuk berbagi pengalaman pribadi dan mendukung satu sama lain dalam menghadapi tantangan hidup. Hal ini menciptakan lingkungan di mana individu merasa lebih diterima dan didengar, terutama dalam konteks isu-isu yang sensitif seperti kesehatan mental dan identitas.

3.Alat untuk Pengembangan Diri

Penggunaan media sosial untuk self-branding memungkinkan individu untuk menciptakan citra positif di mata orang lain. Dengan membagikan pencapaian, kemampuan, dan bakat mereka, pengguna dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi. Proses ini juga mendorong mereka untuk lebih aktif dalam mengejar tujuan pribadi.

Dampak Negatif Media Sosial

1.Perbandingan Sosial

Generasi Z cenderung membandingkan diri mereka dengan teman-teman dan influencer di media sosial. Paparan terus-menerus terhadap standar kecantikan yang ditetapkan oleh orang lain dapat menimbulkan perasaan rendah diri dan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka sendiri. Ketika mereka melihat orang lain mendapatkan perhatian atau pujian berdasarkan penampilan, mereka mungkin merasa tertekan untuk memenuhi ekspektasi tersebut. Perbandingan ini sering kali berdampak negatif pada kesehatan mental. Banyak remaja mengalami kecemasan, depresi, dan gangguan makan akibat tekanan untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis. Penelitian menunjukkan bahwa remaja perempuan, khususnya, lebih rentan terhadap ketidakpuasan tubuh dan masalah kesehatan mental yang terkait dengan citra diri.

2. Cyberbullying

Generasi Z juga dapat menghadapi cyberbullying jika mereka tidak memenuhi standar kecantikan yang diharapkan. Komentar negatif dan perundungan di media sosial dapat memperburuk perasaan rendah diri dan meningkatkan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik mereka. Hal ini menciptakan siklus di mana individu merasa semakin tidak berharga jika tidak sesuai dengan citra ideal yang dipromosikan secara luas. Cyberbullying dapat menyebabkan penurunan harga diri yang signifikan. Ketika remaja terus-menerus dibully secara online, mereka mulai meragukan nilai diri mereka dan merasa kurang berharga dibandingkan dengan orang lain. Sekitar 41% dari Gen Z melaporkan mengalami rendahnya harga diri akibat pengalaman negatif di media sosial. Hal ini dapat memicu siklus ketidakpuasan terhadap diri sendiri dan memperburuk kondisi mental mereka.

3.FOMO (Fear of Meassing Out)

FOMO mendorong Generasi Z untuk membandingkan hidup mereka dengan apa yang ditampilkan oleh orang lain di media sosial. Mereka sering kali melihat versi terbaik dari kehidupan orang lain, yang dapat merusak harga diri dan menciptakan perasaan tidak cukup baik. Ketika mereka merasa hidup mereka tidak sebanding dengan pencapaian orang lain, ini dapat mengarah pada depresi dan ketidakpuasan terhadap diri sendiri.

Faktor yang Mempengaruhi Dampak Negatif Media Sosial

1. Obsesi pada Validasi Sosial

Beberapa individu merasa terdorong untuk mendapatkan perhatian melalui jumlah "likes" atau komentar pada postingan mereka. Ini sering kali mencerminkan kebutuhan akan pengakuan dan validasi dari orang lain, yang dapat menjadi indikator ketidakamanan dalam diri mereka. Ketergantungan pada respons positif dari media sosial dapat mempengaruhi harga diri dan kesejahteraan mental mereka.

2.Pengaruh terhadap Citra Diri

Media sosial sering kali digunakan untuk membangun citra tertentu di depan publik. Individu dengan kebutuhan tinggi untuk tampil sempurna mungkin hanya membagikan momen-momen terbaik dalam hidup mereka, menciptakan tekanan untuk mempertahankan citra tersebut. Hal ini dapat menyebabkan inkongruensi antara citra diri yang ditampilkan secara online dan kenyataan, berpotensi merusak kesehatan mental.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa paparan terhadap konten visual di media sosial dapat memicu perasaan rendah diri dan ketidakpuasan terhadap penampilan fisik di kalangan Generasi Z. Konten yang menampilkan standar kecantikan ideal sering kali menyebabkan individu merasa tidak cukup baik, yang berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Penelitian ini menyoroti pentingnya kesadaran akan dampak negatif dari media sosial terhadap citra tubuh dan kesehatan mental.

Sebagai contoh, akhir-akhir ini banyak sekali para remaja yang melakukan operasi plastik. Ahli bedah plastik, Norman Rowe mengatakan bahwa media sosial telah memengaruhi remaja untuk melakukan operasi plastik, dengan catatan bahwa sekitar 50% peningkatan kasus operasi plastik pada remaja terjadi sejak lima tahun lalu. Hal tersebut terjadi karena sering melihat foto selebritis dan influencer di media sosial yang tampaknya memiliki kehidupan yang sempurna. Ia membandingkan dirinya dengan mereka, merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Ia mulai merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna dan mengikuti tren terbaru di media sosial. Ketika tidak mendapatkan jumlah “likes” atau komentar positif yang diharapkannya, rasa percaya dirinya menurun drastis. Akibat tekanan tersebut, Sarah memutuskan untuk melakukan operasi plastik. Ia ingin memiliki penampilan yang lebih ideal, seperti yang ditampilkan oleh selebriti dan influencer favoritnya di Instagram. Ia merasa bahwa dengan melakukan operasi plastik, ia dapat meningkatkan kepercayaan dirinya dan membuatnya lebih populer di media sosial. Setelah prosedur, ia merasa sedikit lebih percaya diri, tapi masih merasa kurang lengkap. Ia terus memandang dirinya sendiri dengan kritikal, merasa bahwa penampilannya masih tidak sempurna. Meskipun media sosial memberikan platform untuk ekspresi diri, ia juga dapat menciptakan tekanan yang signifikan bagi remaja untuk memenuhi standar kecantikan yang tidak realistis.

Strategi Mengatasi Dampak Negatif

1.Edukasi tentang Dampak Media Sosial

Berikan pemahaman tentang potensi dampak negatif dari media sosial, seperti cyberbullying dan standar kecantikan yang tidak realistis. Pengetahuan ini dapat membantu remaja lebih kritis terhadap apa yang mereka lihat di platform tersebut.

2.Pilih Konten Secara Bijak

Sarankan untuk mengikuti akun-akun yang positif dan inspiratif, serta menghindari konten yang dapat merusak citra diri mereka. Ini membantu menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat.

3.Kembangkan Kemampuan Kritis

Ajarkan untuk menganalisis informasi yang mereka konsumsi di media sosial. Dorong mereka untuk mempertanyakan keaslian konten dan memahami bahwa banyak gambar yang diedit atau disajikan dengan cara tertentu tidak mencerminkan kenyataan.

4.Fokus pada Interaksi Offline

Ajak untuk terlibat dalam aktivitas di luar ruangan, seperti olahraga, seni, atau kegiatan sosial lainnya. Ini membantu mereka mengalihkan perhatian dari media sosial dan memperkuat hubungan sosial di dunia nyata.

Media sosial memberikan dampak positif bagi Generasi Z dengan menyediakan platform untuk mengekspresikan diri, membangun komunitas online, dan mendukung pengembangan diri. Mereka memanfaatkan media sosial seperti Instagram dan TikTok untuk berbagi karya kreatif, menemukan dan terhubung dengan individu yang memiliki minat serupa, serta menciptakan citra positif melalui self-branding. Namun, di sisi lain, dampak negatif juga muncul, seperti perbandingan sosial yang dapat menimbulkan ketidakpuasan terhadap tubuh, risiko cyberbullying yang merusak harga diri, dan FOMO (Fear of Missing Out) yang menyebabkan tekanan emosional. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk menggunakan media sosial secara bijaksana agar dapat memaksimalkan manfaatnya sambil meminimalkan risiko yang mungkin timbul.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun