Mohon tunggu...
Naswa Nelina Rahayu
Naswa Nelina Rahayu Mohon Tunggu... Penegak Hukum - selalu biasa-biasa saja

Welcome to my...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kerentanan Depresi pada Remaja

23 November 2020   11:55 Diperbarui: 23 November 2020   11:59 1166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Pinterest/Lie

Depresi. Satu kata, satu hal yang dapat mengubah seseorang terutama remaja.

Depresi merupakan salah satu gangguan psikologis, dimana penderitanya merasakan sedih berkepanjangan dan kehilangan semangat hidup. 

Remaja disebut lebih rentan mengalami depresi. Ada banyak faktor yang bisa menyebabkan hal ini terjadi, termasuk faktor lingkungan sekitar, perubahan pada kehidupan, hingga krisis rasa kepercayaan. Nyatanya, depresi pada remaja seringkali terlambat disadari dan kerap dianggap sebagai hal yang lumrah.

Hal ini terjadi karena remaja memang sering mengalami perubahan mood alias suasana hati. Karenanya, kondisi ini dipercaya sebagai kondisi yang lumrah dan akan membaik dengan sendirinya. Padahal, perubahan suasana hati yang sering terjadi mungkin merupakan tanda seseorang mengalami depresi. 

Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2020 terdapat kurang lebih 260 juta penduduk di dunia mengalami gangguan depresi, sedangkan di Indonesia terdapat kurang lebih 15,6 juta penduduk yang mengalaminya sejak tahun 2019. Yang mana 7/10 remaja mengalami gangguan depresi. 

Ada banyak faktor yang menyebabkan remaja terkena kondisi tertekan atau depresi. Depresi lebih sering menyerang remaja yang kehidupan keluarganya bisa dikatakan 'broken home', yang mana keluarganya bercerai, ataupun terjadi kekerasan, juga mengalami perundungan atau bullying di lingkungannya terutama sekolah. Jelas hal ini sangat memerlukan peran orang tua dan guru untuk menghadapi remaja yang terkena depresi.

Studi yang dilakukan oleh Pew Research Center terhadap remaja di Amerika Serikat  menanyakan pada mereka mengenai tekanan yang dialaminya, 61 persen menjawab mereka merasakan keresahan karena harus mendapat nilai yang bagus. 

Dan beberapa remaja pun mengatakan mereka dituntut untuk tampil keren, dituntut agar dapat seperti anak lainnya dan juga bisa menyesuaikan diri di lingkungan sosial.

Pengamatan saya pula pada kehidupan remaja saya pribadi, melihat teman-teman online dan offline. Yang banyak mengalaminya. Mereka mengatakan, capek terlalu sering berdiam diri di rumah, tak pernah ada yang mendengarkan, di sekolah tak memiliki teman, di lingkungan sosial selalu diabaikan seolah-olah tak ada dirinya di dunia.

Namun depresi pada remaja pula dapat dipicu oleh berbagai faktor, mulai dari lingkungan, perubahan hormon, pengalaman traumatis, hingga faktor genetik atau keturunan. 

Ada sejumlah gejala depresi yang dapat diketahui, diantaranya mereka menjadi mudah menangis atau tersinggung, hilang semangat untuk melakukan aktivitas sehari-hari, serta sulit berkonsentrasi.

Mereka yang mengalami depresi juga sering menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur alias insomnia, mudah merasa lelah, sering sakit perut atau kepala, nafsu makan terganggu, hingga menjadi lebih pemurung.

Jelas hal ini bisa dikatakan bahwa depresi merupakan masalah biasa di kalangan masyarakat, namun berakibat fatal jikalau kita sendiri mengalaminya. 

Sumber: artwoonz.com
Sumber: artwoonz.com

Untuk itu, peran orangtua sangat penting bagi kehidupan anaknya. Karena mereka sangat memercayai orangtua dibanding teman-teman sebayanya. Jika anak mengalami gejala-gejala gangguan depresi, orang tua harus dapat berkomunikasi dengan anaknya, mendengarkan keluh kesahnya.

Dan dengarkan pula jika temanmu dalam kesusahan, kegelisahan hati. Dia menceritakan pengalaman, peristiwa buruknya, yang mengganggu hatinya kepadamu karena dia percaya padamu. Jangan sampai diolok-olok karena permasalahannya. Itu hanya membuat pikirannya semakin tertekan.

Nama: Naswa Nelina Rahayu

Kelas: 12 Mipa 4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun