Ehm.... hai. Untuk dapat membacanya lebih hikmat, aku ingin memperkenalkan diriku. Ya, namaku Naswa Nelina Rahayu. Teman-temanku banyak memanggilku Naswa, sedangkan saudara, mamah, bapakku selalu memanggilku Wawa.Â
Aku merupakan anak yang tak seperti lainnya. Bukan, bukan seperti yang dipikirkan kalian. Sejak kecil aku sangat dikekang oleh orang tuaku, terutama mamah. Mungkin aku baru menyadarinya sekarang, mereka mengekang karena khawatir terjadi hal yang tak diinginkan pada diriku. Tapi ketika kecil, pikiranku lain. "Mengapa mereka terus mengekangku? Padahal aku ingin bermain bersama teman-teman yang lainnya." Pikirku kala itu.
   Dari TK sampai SD kelas 4, aku selalu diantar oleh mamahku ke sekolah. "Anak mama." Kata-kata yang sering terlontar dari mereka, teman sekolahku. Tapi, aku merupakan anak yang bisa dibilang bawel. Karena menurutku, itulah diriku. Senang bisa bertemu dan bersosialisasi bersama teman-teman. Selain di sekolah, bagaimana aku bisa bermain, maka dari itu aku jarang bersosialisasi dengan teman sebaya. Ya mungkin terdengar lucu, ketika aku bermain boneka aku hanya bergumam-gumam tak jelas, menggerakan bibir tanpa suara sedikit pun.
   Ketika kelas 4 aku mengikuti ekstrakurikuler drum band, yang mana membuat tubuhku yang lemah kala itu sering drop, karena terlalu banyak berlatih. Tetapi aku bahagia sekali daripada di rumah yang selalu bersedih.
   Teman-teman di daerahku selalu ketakutan jika ingin mengajakku bermain bersama mereka, karena mamah yang selalu melarangku untuk ikut bermain. Padahal jika dipikirkan sekarang, itu sangat membantu terhadap proses perkembangan anak. Anak menjadi bisa dalam hal apapun. Tidak denganku, yang sampai sekarang kurang bisa bermain loncat tinggi, galah, dan lainnya.
   Saat itu kelas 2, mamah menyuruhku tampil di acara pentas kenaikan kelas seorang diri. Hatiku berdegup kencang. Untuk pertama kalinya, aku menari di panggung, di hadapan orang banyak. Tetapi, hal itu membuat aku menjadi bintang kelas terpercaya diri di kelas.Â
   Ketika kelas 4, terkadang aku berfikir "aku sangat ingin mengikuti perlombaan Calistung, mengapa hanya dia yang ikut?." Tetapi aku berfikir karena mungkin tulisanku jelek, aku tidak masuk 3 besar, walau selalu 10 atau 15 besar.Â
   "Siapa yang akan ikut dalam perlombaan ini?." Semua teman sekelasku menunjuk diriku, aku yang saat itu tidak tahu menahu mengenai pidato hanya diam tak bisa bicara apa-apa. Bingung, berkata ya atau tidak. Tapi, akhirnya aku memilih ya.
   Berlatih terus berlatih, lelah letih lesu semuanya ada pada diriku. Bagaimana tidak, saat umur yang dimana teman-temanku bermain dan bergurau, aku di rumah hanya bisa menghafal naskah untuk perlombaan. Mumet nya tiada terkira.
   Tapi saat perlombaan, alhamdulillah aku mendapatkan juara 1 Sekecamatan. Aneh tapi nyata. Senang dan sedih bercampur.Â