Hei, itu hak Allah. Banyak yang memiliki tetangga kurang mampu, tapi sedikit sekali yang mau menengok sambil membawakan sembako atau sekedar satu mangkuk hidangan yang dimasaknya tadi -- kata Rasulullan kalau seseorang sedang membuat suatu hidangan dan aromanya tercium hingga ke rumah tetangganya, maka bagilah walau sekedar kuahnya saja. Banyak yang sibuk mengomentari kebijakan di dalam kampus, bahkan kebijakan negaranya, tapi lupa teman satu kelasnya ialah seorang yatim yang kesulitan membayar kos-kosan, atau mungkin saja selama satu minggu menghemat pengeluaran, sehingga sudah seharian dia belum makan. Yaa... diajak ke kantin lah, ditraktir makan. Sedekah.
Masih banyak contoh lainnya. Kembali lagi diawal bahwa semuanya adalah pinjaman. Bahkan terhadap tubuhmu sendiri adalah pinjaman. Manusia tidak memiliki apa-apa. Jadi, berhenti bersikap kurang ajar terhadap Sang Pemilik pinjaman tersebut. Sarannya adalah, jika yang membaca tulisan ini ada yang sudah atau hampir mengalami peristiwa yang diceritakan tadi. Pencopetan, gendam, kemalingan, bangkrut, dll. Barangkali itu juga teguran, maka cepat-cepatlah sadar kalau ditegur. Segeralah membelanjakan harta tersebut ke jalan Allah. Â Atau yang belum pernah mengalami kejadian demikian, segera juga sadar, kan sudah ada contohnya. Belanjakan hartamu ke Jalan Allah. Tidak akan rugi orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah.
"Dan, perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan, Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat".
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI