Perjalanan Virus Corona atau juga dikenal dengan Covid-19 tidaklah mulus di Indonesia. Keberadaannya sempat tidak diakui di Indonesia. Saat negara-negara di Dunia mulai menutup diri karena khawatir akan penyebaran virus ini, Indonesia justru memberikan insentif tourism pada 31 Januari 2020.
Covid-19 mulai diakui keberadaannya oleh Indonesia sejak tanggal 2 Maret 2020, saat dua orang WNI terdeteksi terinveksi virus ini. Dan corona mulai benar-benar ngetop saat Pemerintah Indonesia memutuskan memberikan kebijakan bekerja dan belajar dari rumah pada 16 Maret 2020.
Terhitung tanggal 7 April 2020, korban Covid-19 Indonesia telah mencapai 2.491 kasus terkonfirmasi, 2.090 pasien sedang dirawat, namun angka kematiannya tercatat lebih tinggi dibandingkan angka kesembuhannya, yaitu 8.39% : 7.708%.
Meskipun data Pemerintah Indonesia sudah “mengakui” bahaya dari Covid-19, masyarakat Indonesia ternyata tidak semua dapat melakukaan kegiatan produktif dari rumah, terutama para pekerja informal. Salah satu solusi jangka pendek untuk masyarakat yang harus keluar rumah adalah dengan memakai masker.
Mendadak masker menjadi komoditas baru dengan harga yang beragam, harga per-box masker bisa mencapai ratusan ribu! Bahkan masker N95, salah satu jenis masker yang mampu menangkal partikel hingga 0.3 mikron, sempat ditemukan dijual dengan harga 1.5 juta rupiah!
Mendadak menjadi primadona, masker sempat menghilang dari pasaran, sehingga petugas medis yang membutuhkan justru kesulitan mendapatkannya.
Beberapa otoritas dunia juga tidak menganjurkan bagi orang sehat untuk menggunakan masker. Forbes pada 29 Februari 2020 justru sempat menyatakan penggunaan masker dapat meningkatkan resiko infeksi.
Para penimbun masker sempat harap-harap cemas juga apabila memang otoritas dunia tidak menganjurkan pemakaian masker, namun apa yang terjadi per 4 April 2020, WHO (World Healath Organization) akhirnya menyerukan semua orang wajib mengenakan masker dari bahan apapun untuk meminimalisir penyebaran Covid-19.
Seruan WHO yang mewajibkan penggunaan masker juga ditindak lanjuti oleh Pemerintah Indonesia. Presiden Jokowi pada 6 April 2020 juga mewajibkan semua orang diluar rumah untuk mengenakan masker, namun seruan dari Istana Bogor belum diikuti dengan sanksi tegas.
Beberapa daerah di Indonesia justru lebih pro-aktif memberikan aturan tegas untuk masyarakat yang kedapatan tidak mengenakan masker di tempat umum. Begitu perkasannya Covid-19 ini sehingga dapat membuat beberapa kepala daerah berani membuat aturan tegas mendahului pemerintah pusat.
Bagaimana popularitas Covid-19 dan Masker di Twitter? Jika kita amati dari lalu lintas data melalui Drone Emprit Academic, sejak 1 Maret 2020 hingga 7 April 2020 dengan kata kunci “masker” dan “corona”, bisa kita ketahui bahwa terjadi pergerakan massive pada tanggal 3 Maret, atau sehari setelah ditemukan positif corona pertama kali di Indonesia.
Bisa dikatakan bahwa masyarakat Twitter di Indonesia jauh lebih aware tentang bahaya Covid-19 dan pentingnya masker dibandingkan Pemerintah Indonesia.
Melalui Drone Emprit kita juga bisa emosi masyarakat Indonesia di Twitter, dimana emosi yang banyak diekspresikan ternyata adalah anger (kemarahan). Setidaknya didapatkan 476 tweet yang berisi kemarahan, diikuti surprise yang berjarak lebih dari 100 tweet, tepatnya 309 tweet, dan anticipation sebanyak 232 tweet.
Tweet yang berisi kemarahan terutama menyatakan tentang kekhawatiran akan Covid-19 tetapi disisi lain masih harus bekerja normal di kantor. Ada pula tweet tentang penimbunan bahan makanan dan masker yang juga mengundang kemarahan netizen twitter nusantara.
Secara timeline, kemarahan netizen twitter nusantara banyak muncul pada 16 Maret 2020 dengan jumlah mencapai hampir 250 tweet.
Sedangkan pasca himbauan WHO dan Presiden Jokowi untuk mewajibkan menggunakan masker di luar rumah, justru hanya menghasilkan sedikit efek surprise, tidak sampai 50 tweet pada tanggal 6 April 2020.
Bisa disimpulkan, masyarakat sudah menerima dan mempersiapkan diri dengan masker guna menghindari penularan corona lebih luas lagi.
Sentimen masyarakat twitter Indonesia akan konten dengan kata kunci “masker” dan “corona”cenderung positif, dalam artian, semua masyarakat setuju bahwa Covid-19 itu berbahaya dan perlu dihadapi bersama-sama. Bisa dilihat pada data, jumlah tweet yang setuju dengan bahaya Corona mencapai 22 ribu sedangkan yang mempermainkan hanya 12.2 ribu tweet.
Mengapa masih banyak yang menganggap virus corona tidak berbahaya?
Karena masih banyak orang menganggap kemiskinan akibat korupsi, memiliki efek mematikan lebih dari virus covid-19.
Jadi apa yang bisa pelajari dari sajian data di atas?
Indonesia perlu bersyukur bahwa sebagian besar masyarakat sudah aware dengan bahaya virus corona, bahkan sebelum Pemerintah Indonesia mewajibkan masker, masyarakat sudah sadar akan kebutuhan tersebut.
Namun akan lebih baik lagi jika Pemerintah Indonesia juga menyajikan informasi akan standar masker yang dapat meminimalisir penyebaran Covid-19 sebagaimana dilakukan oleh The Guardian (artikel 5 April 2020) dan FactCheck (6 April 2020).
Namun kita tidak bisa menyalahkan Pemerintah sepenuhnya mengingat masyarakat Indonesia memiliki respons yang unik terhadap informasi yang tidak berasal dari “kalangan mereka sendiri”.
Bismillah semoga masyarakat dunia segera sehat kembali.. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H