Melampirkan Fakta-Fakta Pendukung
Tidak banyak blogger yang melampirkan fakta-fakta pendukung dalam tulisannya. Boleh saja menulis dengan gaya fiksi, tapi ada baiknya tetap menyelipkan data sehingga para pembaca teredukasi.
Tampilan Konten yang Kreatif
Konten yang kreatif biasanya didukung dengan tampilan visual dan audio. Jika kita belum mampu menampilkan dengan audio visual, mungkin cukup dengan tampilan visual. Pilih foto-foto menarik yang dapat mendeskripsikan tulisan kita.
Penguatan Social Media
Peranan social media sebagai media jejaring sosial tanpa batas, menjadikannya sebuah aplikasi yang sangat diminati masyarakat saat ini. Keutamaan ini bisa dimanfaatkan sebagai penguatan tulisan blog kita, dengan cara membagikan tautannya melalui social media. Ada baiknya, para blogger memiliki semua jenis aplikasi dari social media. Dengan maksud, menjaring para pembaca dari segmentasi mana pun.
Dengan mengetahui strategi tersebut maka akan memudahkan kita dalam mengubah pola pikir para pembaca di rentang usia produktif tadi. Bayangkan jika satu blogger saja pembacanya 10 orang per hari, bagaimana jika ini dilakukan oleh seluruh blogger di Indonesia, maka tidaklah mustahil bagi pemerintah dalam mempersiapkan datangnya bonus demografi sebagai suatu harapan.
Kenapa begitu? Karena untuk mengubah suatu budaya negatif, akan lebih baik dimulai dengan cara mengubah pola pikir individunya terlebih dahulu. Jika sudah berhasil mengubahnya, maka akan lebih mudah bagi kita untuk menanamkan program-program yang berkaitan dengan datangnya bonus demografi. Maka, dengan sendirinya budaya negatif itu akan menjadi kebiasaan yang lebih positif. Dalam hal ini peranan blogger sangat diharapkan sebagai pendukung program bonus demografi, khususnya pada ranah informasi publik yang bersifat informal eduction.
Seperti data yang dipaparkan Ibu Dr. dr. Putri Eyanoer, MPH., yang juga merupakan salah satu pembicara di Nangkring Bareng Kompasiana yang dilaksanakan di Istanbul Room, Madani Hotel, Medan. Beliau mengatakan bahwa usia produktif masyarakat Indonesia berada di angka 70 % jiwa, dimana 44 orang berusia produktif akan menanggung 100 orang yang non-produktif. Itu berarti, kita sebagai pelaku usia produktif harus benar-benar produktif agar dapat meredam dampak dari bencana bonus demografi.
“Anak-anak yang tidak produktif adalah yang lahir dari keluarga prasejahtera. Faktanya, keluarga yang prasejahtera justru mereka yang memiliki anak yang banyak. Bagi mereka banyak anak itu anugerah, sebab anak-anak pulang ke rumah akan banyak membawa kencrengan atau duit hasil ngamennya. Mereka hanya berfikir sampai batas lepas makan hari ini, tapi tidak berfikir investasi masa depan. Bagaimana anak-anak ini akan tumbuh menjadi generasi yang cerdas,” ungkap Ibu Putri mencoba membuka wawasan saya sebagai peserta blogger di sore itu.