Mohon tunggu...
Rizky Syahfitri Nst
Rizky Syahfitri Nst Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Magister Sains Psikologi, Universitas Sumatera Utara, Angkatan 2013 | Youth Governance 2007 Shanghai-China | Duta Remaja 2005 | Purna Paskibraka Indonesia 2004 | Kontributor ceritamedan.com | Penggagas @MedanHeritage

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

#saveTHB: Taman Hutan Beringin

19 November 2014   23:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:22 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman kota adalah sebidang lahan berpagar yang berada di lingkungan perkotaan, biasanya dibangun dengan skala luas dan berfungsi sebagai antisipasi terhadap dampak-dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan kota. Selain itu, taman juga berfungsi sebagai tempat hiburan ataupun rekreasi bagi warga kotanya.

Secara ekologis taman berfungsi sebagai pelestarian lingkungan ekosistem, paru-paru kota, penyerapan air tanah, peredam kebisingan sehingga dapat meminimalisir polusi dan bencana. Sedangkan secara sosial, taman kota berfungsi sebagai landmark sebuah kota, tempat berinteraksi, tempat bermain dan berolahraga, serta menambah nilai estetik sebuah kota sehingga menjadi suatu daya tarik bagi kota tersebut.

Kota Medan dengan luas wilayah 265.100.000 M2 atau lebih kurang 26,510 Ha. Sementara untuk Ruang Terbuka Hijau (RTH) hanya seluas 534.963 M2, dimana artinya Kota Medan hanya memiliki sekitar 2% RTH. Sedangkan menurut Peraturan Daerah Kota Medan No. 13 Tahun 2011 Pasal 10 poin 4 (a), tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Medan Tahun 2011-2031 menyatakan bahwa mewujudkan RTH paling sedikit 30% meliputi 20% RTH publik dan paling sedikit 10% RTH privat.

Berangkat dari fenomena tersebut, saya bersama teman-teman komunitas di Kota Medan bergerak melakukan aksi penyelamatan Taman Hutan Beringin (THB) yang pada tahun 2013 awal diisukan akan dialihfungsikan menjadi Masjid Raya Medan. Sedangkan jumlah Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Kota Medan masih dibawah standar yang ditentukan oleh pemerintah kota. Sungguh disayangkan, Kota Medan yang merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia harus mengalami krisis taman kota.

[caption id="attachment_336577" align="aligncenter" width="300" caption="The Bazaar Picnic"][/caption]

Aksi pertama yang dilakukan pada tanggal 9 Juni 2013 bersama Komunitas Piknik Asik Medan dan bersinergi dengan Komunitas Medan Berkebun. Kegiatan tersebut bertajuk “The Bazaar Picnic,” dimana Komunitas Piknik Asik Medan dan Komunitas Medan Berkebun ingin mengkampanyekan #saveTHB. Adapun kegiatan berupa sosialisasi tentang fungsi dan manfaat taman kota, serta berbagai pergelaran seni dan aktifitas bazaar, dimana semua yang terlibat merupakan anak-anak muda Kota Medan.

Sosialisasi berupa kampanye #saveTHB menghadirkan para pembicara dari beberapa kalangan, seperti Badan Warisan Sumatera (BWS), Komunitas Taman, dan Praktisi dari Fakultas Arsitektur Universitas Sumatera Utara. Kampanye ini berupa sentilan sederhana yang mana tujuannya agar anak-anak muda Kota Medan tergelitik untuk memperjuangkan keberadaan Taman Hutan Beringin yang saat itu terancam akan dialihfungsikan.

[caption id="attachment_336578" align="aligncenter" width="300" caption="Beragam Kegiatan The Bazaar Picnic"]

1416387296943856174
1416387296943856174
[/caption]

Pergelaran seni yang ditampilkan berupa tarian kontemporer dan musikalisasi puisi yang berupa penolakan alih fungsi Taman Hutan Beringin Kota Medan. Sedangkan alasan mengapa memilih aktifitas bazaar, ini dikarenakan Komunitas Piknik Asik Medan ingin mengkampanyekan bahwa taman kota merupakan lahan rekreasi untuk para warga yang ingin melakukan piknik. Adapun konsep bazaar yang dipilih berupa “piknik,” dimana setiap komunitas yang membuka stand harus menggunakan tikar dan keranjang, serta dagangan yang dijajakan harus berupa makanan dan minuman sehat ataupun barang-barang yang Go Green.

The Bazaar Picnic yang berkerjasama dengan akun twitter @ceritamedan menggagas pergerakan ini dengan konsep social media movement. Hal ini dikarenakan kekuatan social media yang efektif dan efesien dalam menyampaikan informasi ke segala penjuru Indonesia. Selain itu, saya bersama teman-teman juga membangun kerjasama dengan salah satu seleb tweet Indonesia yakni, @ShafiqPontoh yang merupakan founder dari Komunitas Indonesia Berkebun. Tujuannya yakni, untuk memancing antusiasme para follower-nya dalam merespon aksi #saveTHB.

[caption id="attachment_336579" align="aligncenter" width="300" caption="Liputan oleh DAAI TV"]

1416387392299782891
1416387392299782891
[/caption]

Disamping melibatkan media online, saya bersama teman-teman juga bersinergi dengan beberapa media cetak dan media televisi lokal yakni, DAAI TV. Harapannya, agar aksi yang dilakukan bisa tepat sasaran, sebab saya dan teman-teman sadar bahwa tidak semua orang menggunakan social media twitter dalam mendapatkan informasi.

Kegiatan yang berlangsung selama satu hari ini berhasil mendatangkan sekitar 600 pengunjung baik dari tamu undangan, mahasiswa, dan umum (para pengunjung taman), tergolong sukses. Sebab, saat itu #saveTHB menjadi tranding topic Medan dan menjadi berita kolom komunitas di beberapa media cetak. Semua ini tidak terlepas dari peran akun twitter @ceritamedan dan @ShafiqPontoh sebagai promotor dalam The Bazaar Picnic, sehingga para admin akun twitter anonym turut membantu aksi #SaveTHB secara social media.

Antusiasme dan keberhasilan kegiatan The Bazaar Picnic ini menginspirasi salah satu pembicara yang merupakan perwakilan dari Komunitas Taman, ia akrab dipanggil Bapak Miduk. Lelaki yang dikenal dengan sorban dan baju kemeja putih ini mengaku sangat terinspirasi dengan kegiatan yang digelar oleh Komunitas Piknik Asik dan Komunitas Medan Berkebun. “Kegiatan kalian sangat bagus sekali, mungkin saya akan mengadaptasi kegiatan serupa untuk melakukan aksi penolakan alih fungsi Taman Hutan Beringin ini,” ungkapnya pada saat menggoretkan tanda tangan di kain putih berukuran 2x7 meter yang berisi petisi para pengunjung The Bazaar Picnic.

Atas dasar niat Bapak Miduk, akhirnya aksi serupa tercetus kembali yang bertajuk “Medan Community Festival.” Kegiatan ini masih bertemakan #saveTHB sebab tujuan dari kegiatan ini masih sama dengan kegiatan sebelumnya yang diinisiasi oleh Komunitas Piknik Asik Medan dan Komunitas Medan Berkebun. Hanya saja pada kegiatan ini Bapak Miduk melibatkan 20 komunitas dalam kampanye #saveTHB.

[caption id="attachment_336581" align="aligncenter" width="300" caption="Medan Community Festival"]

1416387767213338194
1416387767213338194
[/caption]

Dua puluh komunitas yang terlibat terdiri dari Komunitas Taman, Blood For Life Act Community, Komunitas Piknik Asik Medan, Komunitas Medan Berkebun, Badan Warisan Sumatera, Kompas USU, PKPU Medan, Parkour Medan, Komunitas Seni Lukis, Komunitas Bale Marojohan, Komunitas Vespa Medan, Komunitas Medan Heritage Tour, Komunitas Akademi Berbagi, Komunitas Tari, Komunitas Wirausaha Medan, Komunitas Medan Buzzer, Komunitas Blogger Medan, Nyfara Foundation, Komunitas Fotografi USU, Sayap Nusantara, Medan Guitar Jamm Community, Komunitas Android Medan, Komunitas Sumatera Membaca, dan beberapa Komunitas Mahasiswa.

Sedikit berbeda dengan kegiatan yang digelar oleh Komunitas Piknik Asik Medan dan Komunitas Medan Berkebun, “Medan Community Festival” berupa pergelaran aksi 20 komunitas dimana mereka menampilkan beragam aktifitas yang mendukung penolakan alih fungsi Taman Hutan Beringin. Jika pada kegiatan “The Bazaar Picnic” lebih berupa sosialisasi fungsi dan manfaat taman kota, pada “Medan Community Festival” ini justru lebih mengedepankan aktifitas para komunitas yang terlibat, namun tetap pada satu tema yakni, #saveTHB.

Kegiatan yang diselenggarakan pada 30 Juni 2013 ini berupa bazaar kuliner, aksi sketcher oleh Lindi Gallery, donor darah, tari tradisional, tari kontemporer oleh Agung Suharyanto, mini pameran foto, pergelaran puisi dan musik, biofori taman, pelesapan merpati, dan long march. Semua ini dikemas dalam rangka bentuk penolakan alih fungsi Taman Hutan Beringin yang merupakan taman kota sekaligus heritage Kota Medan yang patut dilestarikan keberadaannya.

Alasan Dilakukannya Aksi

Taman Hutan Beringin yang diresmikan sebagai Taman Hutan Kota pada 24 Januari 2007, tidak hanya berfungsi sebagai taman melainkan juga sebagai pilihan objek wisata bagi beberapa kalangan masyarakat di Kota Medan. Luas taman yang hanya seluas 12.219 meter persegi menjadi alasan kuat dilakukannya penolakan atas alih fungsi taman menjadi Masjid Raya Medan. “Untuk membangun sebuah Masjid Raya dibutuhkan areal yang luasnya lebih dari luas Taman Hutan Beringin ini,” sebut Bapak Miduk pada salah satu wartawan media cetak pada siang itu.

Selain itu, posisi Taman Hutan Beringin berada di pinggir Sungai Deli dan ini tidak memungkinkan dilakukan pembangunan Masjid Raya, sebab dapat membahayakan proses ekosistem lingkungan, salah satunya daerah resapan air. Alasan lainnya yakni, Taman Hutan Beringin juga merupakan taman kota yang selalu padat pengunjung apalagi pada akhir pekan. Hal ini dikarenakan posisi taman yang berada di pusat Kota Medan dan terdiri dari 20 jenis tumbuhan, berbagai macam hewan, serta kolam ikan yang berbentuk kacang, sehingga membuat taman ini lebih rimbun dari taman kota lainnya.

Beragam Aksi #saveTHB

Aksi sketcher yang ditampilkan pada kegiatan “Medan Festival Community” ini bertujuan untuk menuangkan keresahan para perupa Medan melalui goretan di atas kanvas. Mini pameran foto berupa perbandingan beberapa hasil jepretan foto Taman Hutan Beringin dulu sampai saat ini. Sedangkan aksi tarian, puisi dan musik disesuaikan dengan tema kegiatan yakni, #saveTHB.

[caption id="attachment_336588" align="aligncenter" width="300" caption="Sketcher by endrA Kong"]

1416389310550750694
1416389310550750694
[/caption]

Banyak keunikan yang ditemukan pada kegiatan “Medan Community Festival” ini yaitu, setiap stand bazaar yang menggunakan konsep “piknik” dengan ditancapkan payung sebagai bentuk aksi melindungi taman. Aktifitas pelepasan merpati yang dilakukan ratusan orang, bertujuan untuk aksi pelestarian taman bahwa taman kota merupakan ekosistem hayati dan hewani. Sedangkan, aktifitas long march dilakukan bertujuan sebagai bentuk penolakan atas alih fungsi Taman Hutan Beringin. Long march ini dilakukan dengan rute dari Taman Hutan Beringin menuju Taman Ahmad Yani dan kembali lagi ke Taman Hutan Beringin, dimana setiap peserta long march diwajibkan menggunakan payung sebagai bentuk aksi melindungi taman kota.

[caption id="attachment_336585" align="aligncenter" width="300" caption="Pelepasan Merpati"]

14163890812053190553
14163890812053190553
[/caption]

[caption id="attachment_336587" align="aligncenter" width="300" caption="Tari Kontemporer"]

1416389228210541492
1416389228210541492
[/caption]

[caption id="attachment_336586" align="aligncenter" width="300" caption="Aktifitas Biofori"]

1416389154592036079
1416389154592036079
[/caption]

Kegiatan yang digelar dalam satu hari dan berhasil mendatangkan lebih dari 600 pengunjung ini berdampak positif terhadap penolakan alih fungsi Taman Hutan Beringin. Hal ini tampak dari beberapa media cetak yang menjadikan headline pemberitaan tersebut. Belajar dari pengalaman pada kegiatan “The Bazaar Picnic,” aksi ini juga memanfaatkan social media sebagai motor dari pergerakannya. Hasilnya, aksi ini menjadi tranding topic Medan untuk yang kedua kalinya, sehingga spontan banyak media membahas tentang pengalihfungsian Taman Hutan Beringin.

Kerja keras para komunitas di Kota Medan dan para praktisi serta media ini berhujung sukses, sebab pembangunan Masjid Raya Medan sontak diberhentikan dan palang yang bertuliskan ”Di sini akan dibangun Masjid Raya Medan” pun telah dilepas beberapa minggu setelah kegiatan digelar. “Ini semua berkat kerjasama dan dukungan teman-teman komunitas. Jika masyarakat satu suara menolak, tidak ada yang mustahil untuk kita lakukan. Rasa apatis lah yang harus kita hilangkan dari diri kita. Mari sama-sama peduli demi Kota Medan yang lestari,” ungkap Bapak Miduk pada saat pembubaran panitia yang diadakan di Kantor Badan Warisan Sumatera (BWS).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun