Tidak Tahu Prioritas – “guru yang pintar” sering sok tahu dengan mengerjakan dan memutuskan banyak hal dalam waktu sekaligus, sehingga prioritas terabaikan. Bagi “guru yang bodoh” ? Hal-hal yang paling mengancam kualitas pembelajaran dikelasnyalah yang akan dijadikan prioritas
Kurang Kerja Keras dan Kerja Cerdas – Banyak “guru yang bodoh” yang hanya mengandalkan semangat dan kerja keras plus sedikit kerja cerdas, menjadikannya sukses dalam berkarier sebagai pendidik. Dilain sisi kebanyakan “guru yang pintar” malas untuk berkerja keras karena mengandalkan kecerdasannya.
Tidak punya kecerdasan finansial – Seorang “guru yang pintar” seringkali berperilaku bodoh denganmencampuradukan keuangan pribadi dan keuangan untuk pengembangan profesi. Salah satu tandanya adalah uang tunjangan sertifikasi digunakan untuk membeli barang secara konsumtif, dan bukan dipakai untuk hal yang dapat mengembangkan profesi, seperti mengikuti workshop/seminar pendidikan , berlangganan internet atau membeli buku.
Mudah Menyerah – “guru yang pintar” merasa gengsi ketika gagal di satu bidang sehingga langsung beralih ke bidang lain, ketika menghadapi hambatan. “guru yang bodoh” seringkali tidak punya pilihan lain kecuali berusaha terus-menerus mengalahkan berbagai hambatan yang timbul di kelasnya. ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H