Salah satu kisah unik yang diceritakan didalam Alqur'an adalah tentang kisah Nabi Adam alaihissalam yang ditipu setan dengan mengatasnamakan Allah subhanahu wa ta'ala.
Nabi Adam itu melakukan maksiat, tapi maksiat yang muaddzimin  yaitu maksiat karena mengagungkan Allah, karena saking mengagungkan Allah, Nabi Adam tidak tahu kalau ada makhluk yang membohonginya atas nama Allah.
Surat al-Araf ayat 21,
"Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. "Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua."
Dalam tafsir at-Thabari Nabi Adam awalnya sama sekali tidak pernah menggubris rayuan setan untuk makan buah khuldi. Setan merayu Nabi Adam hingga berkali-kali namun Nabi Adam tidak goyah sedikitpun.
Setelah merasa bahwa rayuannya tidak berhasil, akhirnya setan menggunakan cara lain yang dirasa lebih ampuh, yaitu membawa nama Allah untuk merayu Nabi Adam.
'Wallahi bahwa saya menyuruh kamu memakan buah khuldi itu. Wallahi sekarang Allah sudah merevisi dan menghalalkan itu'.
Karena membawa nama Allah dengan sumpahnya, Nabi Adam akhirnya mau memakan buah khuldi. Lagi-lagi Nabi Adam tidak pernah membayangkan ada makhluk yang berani berbohong atas nama Allah Subhanahu wa ta'ala.
Setelah Nabi Adam memakan buah khuldi tersebut, Allah subhanahu wa ta'ala kemudian memanggilnya dan menanyainya perihal keberaniannya melanggar larangan Allah tersebut. Nabi Adam kemudian menjawab pertanyaan Allah subhanahu wa ta'ala dengan kata-kata berikut, "wa izzatika, fa wallahi ma adzunnu anna ahadan yakhlifu bika kadziban."
"Demi kehormatanmu ya Allah, demi Allah, saya tidak pernah mengira ada hamba-Mu yang mencatut nama Engkau kemudian dia dusta."
Analogi tertipunya Nabi adam alaihissalam itu sama seperti pada hal-hal dalam keseharian kita. Misalnya, jika ada orang berbohong tapi membawa simbol agama, kita tidak akan lagi mengkonfirmasi dan cenderung langsung percaya.