Menjadi istri seorang Tentara adalah salah satu kebanggaan buat saya. Pernah menjadi  bagian dari organisasi Persatuan istri Tentara (Persit) juga menjadi pembelajaran tersendiri  karena  banyak seni hidup untuk di jalani dan di pelajari. Dua orang anak saya lahir tanpa di dampingi bapak nya karena tugas yang diembannya bertahun tahun tidak memungkinkannya untuk pulang dan melihat anak-anaknya lahir. Berpindah pindah satuan dari satu provinsi ke provinsi lain  ,baik di wilayah yang kata orang bukan tempat favorit  ,tetap selalu  saya jalani dengan senang hati.
Anak  anak kami pun memiliki banyak pengalaman, diantaranya mereka bersekolah di banyak tempat,TK  3 sekolah ,SD bisa  sampai 4 sekolah. Saat kepindahan pun tidak mengenal waktu  , terkadang begitu menerima SKEP, suami langsung berangkat  sehingga saya dan anak anak menyusul kemudian. Mengepak barang-barang sendiri hingga mengirim nya lewat ekspedisi  laut dan darat  sudah biasa saya tangani.
Dinamika kehidupan awal menjadi istri tentara tentunya juga menjadi pembelajaran yang berharga untuk saya. Di awal pernikahan dimana saya harus mulai membiasakan  kehidupan  asrama dan terjun dalam kegiatan organisasi Persit , kemudian hidup disiplin  , belajar menjadi istri perwira muda ,junior ,bawahan sampai pada saat saya di  tuakan di saat satu tahun menikah membuat saya harus cepat bisa belajar untuk menasihati  dan mencari solusi untuk ibu ibu anggota yang umurnya jauh di atas saya  dengan segudang permasalahan yang kadang tidak terbayang kan oleh saya sama sekali harus saya hadapi.
Apakah bisa  semua di laksanakan  ? ternyata bisa !
Dengan segala keterbatasan saya, sehingga sampai hari inipun saya  masih tetap belajar  . " Menjadi anggota Persit tidak ada Sekolah nya " kata senior  yang baik hati , tapi Persit adalah organisasi yang bisa membuat diri lebih baik lagi  dalam kehidupan berorganisasi dan bermasyarakat dan menjadi bekal diri kelak saat suami bertugas di lingkup luar TNI AD dan kita kembali di percaya untuk bergabung di organisasi baru.
Tentunya saya juga banyak bersyukur bahwa ketua umum Persit  Kartika Chandra Kirana ,Ibu Hetty Andika Perkasa sangat mendukung penuh  anggota nya untuk mengali kemampuan diri untuk menjadi pribadi yang berkualitas ,menjadi pendamping prajurit TNI yang tangguh  serta menjadi  seorang ibu  yang kelak menciptakan generasi yang hebat . Hal ini terlihat jelas dari pemilihan tema  peringatan 75 tahun Persit  tahun ini yaitu
"Persit Kartika  Chandra Kirana Meningkatkan Kreatifitas dan Produktivitas untuk Menciptakan  Keluarga Yang Mandiri dan Tangguh di masa Pandemi ".
Istri  Prajurit TNI AD  lainnya adalah yang saya kenal dengan baik dan  memilih tetap berkarier dan dengan bangga menjalani kewajiban nya sebagai  anggota  Persit adalah ibu Hesti Imam ,istri dari Mayjen .Purn. Imam Edy Mulyono yang kini menjabat sebagai Dubes Venezuela .Saya yakin  cerita ketangguhan menjadi istri prajurit terutama saat menjadi istri danki kompi markas 744 di Dili  di tahun 1988 akan selalu di bawa hingga  sekarang di saat beliau di percaya memimpin organisasi  Dharma Wanita Persatuan KBRI Caracas,Venezuela.
Ketika  mendampingi suami berdinas di Kodim Belu tahun  2006 , saya sering dibuat kagum oleh istri anggota di pelosok seperti di  sepanjang perbatasan Belu  -Timor Leste,  baik istri Danramil sampai anggota- anggotanya.Â