Bilum adalah tas tradisional buatan tangan yang mayoritas di pakai oleh warga Papua Nugini. Cara memakainya adalah di kalungkan, tas ini merupakan tas multifungsi mulai dari sebagai pelengkap fashion bagi wanita hingga berfungsi untuk menggendong bayi dan hasil bumi dengan cara dikalungkan di kepala.Â
Kekuatan tas ini tidak perlu diragukan lagi. Bilum akan dikalungkan di leher Anda sebagai ucapan selamat datang diberbagai acara atau jika anda sudah dianggap seperti saudaranya sendiri sebelum berpisah jauh. Bilum akan menjadi pemberian yang berarti bahwa mereka sangat menyayangi kita.Â
Pernah teman yang bisa merajut saya minta untuk membuat Bilum, jawabannya adalah banyak yang harus di pelajari karena cara merajutnya tidak sama seperti merajut biasa. Ok, kesimpulannya untuk merajut Bilum membutuhkan keahlian yang biasanya memang diajarkan turun temurun.
Sepik diperkiraan menjadi tempat asal pertama kali Bilum dibuat dilihat dari bahan yang di pergunakan (umumnya budaya asli di wilayah pasifik tidak mengenal benang dari kapas/wol), cara pewarnaan organik dan dahulu kala sebelum adanya jarum besi, tulang binatang atau duri ikan di fungsikan menjadi jarum.
Bilum dari Sepik banyak di cari oleh para turis karena orisinalitasnya, harga nya pun lebih mahal 3 kali lipat dari yang terbuat dari bahan wol bahkan bisa berharga ratusan dollar jika di jual di situs online di Australia.
Di wilayah selain Sepik bilum di buat dari benang wol, Provinsi Highlands mempunyai ciri khas bilum dengan benang wol dengan warna warna yang cerah ,dan hampir setiap provinsi mempunyai pola yang berbeda
Ada yang memasarkannya sendiri ada juga yang di jual ke pengepul. Pemerintah PNG menyadari betul usaha rumahan ini banyak menjadi tumpuan wanita PNG untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga sehingga pemerintah perlu membuat peraturan untuk melarang impor Bilum palsu berharga murah yang sempat masuk dan di jual di wilayah PNG .
Putranya yang berumur 6 tahun ikut membantu untuk membereskan barang dagangan karena pasar akan segera ditutup sang suami yang berprofesi supir taksi ikut membantu membawa barang dan sempat bercerita bahwa tingginya biaya hidup di kota memaksa ia dan keluarganya harus banyak berusaha untuk memberikan kehidupan yang layak untuk anak anaknya dan ketrampilan istrinya merajut Bilum telah ikut menyelamatkan ekonomi keluarganya.
Terbayang mama mama dengan sirih pinang di mulut asyik dengan alat tenunnya di Flores dan Timor begitu juga mama mama di PNG dengan mulut yang juga merah akibat mengunyah pinang (Buai) di sela kesibukannya mengurus rumah tangga masih sempat memilin dan merajut benang demi benang untuk mengasilkan sebuah Bilum.
Jadi jika anda sempat menginjakkan kaki di PNG jangan lupa pakai Bilum ya paling tidak hal tersebut menandakan bahwa anda pernah berada di salah satu negara di pasifik selatan yang eksotis dan sangat bangga akan hasil produk bangsanya sendiri .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H