Sebagai negara yang tidak pernah dijajah oleh negara manapun bukan berarti Thailand tidak terlibat dalam perang dunia.
Di kala perang dunia ke 2 pecah September 1939, Thailand mengambil sikap netral walaupun sekutu (Perancis dan Inggris) sangat berharap agar Thailand mendukung rencana mereka untuk menghambat Jepang menguasai Pasifik.
Pada Januari 1942 Thailand memilih bersekutu dengan Jepang namun saat kekalahan Jepang, Thailand malah menjadi sekutu Amerika.
Jalur sepanjang 415 km ini dibangun hanya dalam waktu satu tahun, membuka jalur kereta di medan-medan yang menantang dengan alat-alat sederhana dikerjakan oleh 61.000 tahanan perang Jepang di Asia (Allied Prisoners of Wars) yang berasal dari negara Australia, Inggris, Belanda, India, Selandia Baru, dan Kanada yang tertangkap pada masa perang.
Sekitar 250.000 masyarakat Asia ikut terlibat dari praktek Romusha ini.
Mengapa disebut Death Railway? Karena jalur kereta api ini banyak memakan korban jiwa.Â
Diperkirakan sekitar 13.000 tahanan perang dan 90.000 warga sipil meninggal dengan kondisi mengerikan karena wabah penyakit kolera dan kelaparan hebat di kamp-kamp tahanan akibat dari praktek kerja paksa dan penyiksaan tentara Jepang.
Pemakaman terlihat rapi mirip pemakaman di Eropa pada umumnya yang hanya terlihat batu nisan dan rumput yang hijau, sangat hening hari itu tapi cukup membuat merinding membayangkan bagaimana hari-hari terakhir mereka yang penuh penderitaan.
Hari itu saya mencoba menyusuri nisan satu persatu.
Dari korps kesehatan AD meninggal pada umur 24 tahun, Warrant Officer J.J Fox dari Royal Air Force dengan nisan bertuliskan pesan haru dari orang tua tercinta.
Di museum ini kita akan melihat diorama selama pembangunan rel kereta api, senjata api, perlengkapan perang, helikopter, foto-foto selama pembangunan, satu kotak kaca besar berisi tulang belulang manusia yang tidak sempat dikenali, satu mayat tentara yang diawetkan dan masih utuh.
Sedikit tertengun lama melihat tumpukan ratusan tulang belulang entah milik siapa dan hanya bisa berdoa semoga arwah mereka  sudah menemukan ketenangan.
Lanjut menikmati jajanan pasar Thailand yang bersebelahan dengan Museum, sambil menunggu jadwal keberangkatan kereta api wisata, mulai dari 1 tusuk cumi panggang dengan sambal jeruk nipis plus kemangi iris.
Jambu Bangkok iris dengan sambal gula terasi yang jadi favorit saya, kelapa muda bangkok, mangga bangkok ditemani nasi ketan putih yang enak luar biasa, karena banyak variasi menu membuat bingung mau menu apa yang harus dahulu dicicipi. Oleh-oleh khas Thailand juga banyak dijajakan di tempat ini.
Perlahan kereta mulai meninggalkan stasiun, terasa suasana pedesaan yang mirip dengan  di Indonesia, perkebunan yang luas, peternakan, dan rumah rumah gedek.
Selama perjalanan kita diceritakan sejarah pembangunan jalur kereta api ini, kereta sempat beberapa kali berjalan perlahan lahan di posisi curam di pinggiran jurang terjal dan tinggi membuat saya bisa mengerti mengapa bisa banyak timbul korban jiwa selama pengerjaan jalur kereta ini.
Berhenti lagi di beberapa pemberhentian untuk menurunkan dan menaikkan wisatawan, akhirnya kami cuma mengikuti setengah rute perjalanan kereta ini karena pada hari itu kami juga berencana untuk mengunjungi Elephant Camp di Mahawangchang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H