Port Moresby adalah ibu kota, sekaligus kota terbesar di Negara Papua Nugini. Berbatasan langsung dengan Propinsi Papua Barat, Indonesia. Port Moresby terletak di bagian tenggara (ekor burung) Pulau Papua. Bahasa utama yang di gunakan adalah Inggris, pissin dan Motu. Moresby adalah nama seorang tentara Inggris berpangkat kapten bernama Jhon Moresby yang tiba di pelabuhan pada tahun 1873.
Port Moresby juga merupakan kota strategis dan penting pada saat Perang Dunia II, dibombardir oleh pasukan Jepang karena Inggris di bawah pimpinan Jendral MacArthur bersama sekutu menjadikan Port Moresby sebagai pangkalan utama sementara. Tiba pertama di bandara udara Jackson terlihat dari pesawat penampakan muka bumi yang tidak jauh dengan Kota kupang, NTT atau kKta Dili di Timor Leste, dengan pemandangan dikelilingi bukit yang gundul berwarna kuning karena saya tiba saat musim kemarau.
Pada 16 agustus 2017 lalu, dari jendela pesawat terlihat
 ground staff maskapai Qantas yang merupakan orang lokal terlihat bersiap memindahkan bagasi penumpang, besar, hitam, kriting, tipikal orang Timor dan Papua pada umumnya. Jadi berasa seperti di kampung kakek saya di Flores, apalagi kebanyakan gigi dan bibirnya mereka merah, akibat menguyah sirih pinang yang masih menjadi aktivitas favorit mayoritas masyarakat di kota ini.
Menuju Hotel Stanley, kami Sang Driver bercerita bahwa tidak aman berpergian menggunakan angkutan umum atau ke tempat tempat umum lainnya, karena kota ini terkenal dengan "Raskol " atau nama lain dari preman atau perampok yang terkenal tak segan membunuh atau menembak mati korbannya. Tiba di Hotel Stanley, luar biasa pengamanannya. Kita harus melewati 4 pintu yang semua harus menggunakan ID Card sensor.
Agak kaget ternyata, hotel penuh dengan orang asing. Kebanyakan datang dengan tujuan bisnis, yayasan sosial ada juga beberapa yang menjadikan Port Moresby untuk tempat wisata menuju daerah Vanimo, Wewak, Madang dan New Ireland sebagai destinasi wisata surfing. Kota Port Moresby terlihat mulai berbenah karena akan menjadi tuan rumah pertemuan APEC 2018. Hotel Stanley yang merupakan hotel bintang lima, Paradise Cinema (satu-satunya bioskop) dan Mall Vision City adalah milik RH, grup perusahaan asal Malaysia.
Gedung Pertemuan APEC yang sedang dalam pembangunan akan menjadi ikon baru Kota Moresby. Supermaket sebenarnya banyak terdapat di Kota Moresby, ada waterfront milik orang Australia, RH Hypermat milik orang Malaysia, Shop n Stop milik orang India, dan SVS supermarket milik pak Hidayat Hanafi, seorang WNI yang sudah bermukim di Port Moresby lebih dari 30 tahun.
Sudah 2 minggu ini saya baru 2 kali melihat kendaraan motor roda dua di jalan raya kota. Mobil berwarna putih 4WD mendominasi jalan raya, angkutan bus menggunakan merk Toyota Coaster. Orang Mosby adalah orang yang sangat taat berlalu lintas,kemacetan mulai terlihat di jam-jam tertentu. Hak pengguna jalan sangat dihargai, menyebrang pasti di
zebra cross, menurunkan dan menaikan penumpang cuma di halte bus dan terminal saat mendahului mobil posisi kanan adalah yang pertama jalan. Sepanjang jalan, pejalan kaki dan penumpang bus cuma terlihat orang Mosby
Penjual sirih pinang dan PKL terlihat membuka lapak sederhana di berbagai tempat strategis. Kemiskinan dan pengganguran mungkin salah satu faktor menjadikan Moresby kota yang tidak aman dengan banyak munculnya "Gank Raskol".
Menyewa rumah di sini haruslah memperhatikan faktor keamanan, selain lebih memilih yang berbentuk
compound dengan pagar tinggi dan berkawat listrik. Seluruh pintu rumah berterali besi, perlu adanya sekuriti 24 jam. Tapi itupun tidak menjamin keamanan ,harus ditambah doa dan beramal. Karena tiap kejadian tidak dapat diprediksi. Ada cerita dari seorang Ibu Dubes negara tetangga yang menceritakan pengalaman dirampok di rumahnya saat sedang bersantai bersama keluarga di teras rumah. Satu-satunya nasihat kepada saya hal seperti itu mungkin bisa terjadi pada siapa saja cukup dengan merelakan saja harta benda dan jangan melawan, pasti kita selamat.
Cerita lain dari WNI yang mempunyai bos orang warga China yang dirampok saat selesai mengantar anak ke sekolah, di bawah todongan senjata ia merelakan mobil dan semua yang ada di dalam di bawa para raskol. Alasan para raskol sepertinya terdesak masalah ekonomi dan perut, membuat kami merasa miris membayangkan Negara Papua Nugini yang SDA berlimpah ruah luar biasa ternyata belum membawa kemakmuran warganya. Oleh karena itu bisnis pengamanan di sini merupakan bisnis yang menjanjikan.
Warga Port Moresby adalah orang yang baik hati. Sekali anda berbuat baik, mereka langsung menganggap Anda seperti saudara dan bersedia membantu memberikan pertolongan kapan saja. Masyarakat Port Moresby dari golongan kaya raya juga banyak loh. Jangan kaget ada yang
nyeker tapi turun dari mobil Fortuner. Di tas daunnya itu penuh dengan uang saat belanja. Dia sanggup membayar mahal untuk barang-barang branded dan pelayanan di salon VIP. Orang Mosby makan dengan porsi super jumbo, kalau memesan apapun 1 porsi makanan di rumah makan, akan terlihat seperti 4 porsi kalau di Jakarta, dan porsi super jumbo itu pasti habis tidak bersisa.
Mata uang di sini adalah
kina. Satu kina setara dengan 4 ribu rupiah. Mulai terlihat geliat ekonomi di bawa pemerintahan PM Peter O'Neiil yang telah melakukan percepatan pembangunan di segala bidang. Sebenarnya Kota Port Moresby adalah kota yang cantik dan banyak tempat menarik untuk dinikmati, Tapi karena keamanan diri kurang terjamin, jadi kewaspadaan dan kepekaan akan ancaman menjadi hal wajib untuk diketahui dan dipelajari dengan baik agar aman dan selamat tinggal di Port Moresby. Tapi bagi kita yang melancong, ingatlah selalu pepatah ini "di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Travel Story Selengkapnya