Malaka adalah kabupaten baru pecahan dari kabupaten Belu,dengan ibu kota kabupatennya Betun,pilkada baru saja usai untuk memilih bupati pertama hasil pilkada yang pertama pula.Berbatasan langsung dengan Timor Leste di daerah Motamasin(Indonesia)dan Covalima(Timor leste).Malaka mempunyai daerah garis pantai yang sangat panjang menghadap ke selatan,dengan ciri khas ombaknya yang sangat tinggi dan pasirnya yang sangat putih.Ada 2 pantai yang sangat cantik yang pernah saya kunjungi,yaitu pantai wemasa dan pantai Motadikin.
Motadikin juga ternyata terdapat kampung nelayan yang di huni kira kira 40 kk. untuk mencapai pantai ini dari ibukota kabupaten sekitar 1 jam lebih melalui jalan yang setengahnya hotmix, sisanya off road.Nelayan di kampung ini sangat menggantungkan hidup mereka pada laut dan berladang garam. Rumah dari daun dan bebak, Cuma beberapa rumah saja yang terbuat dari tembok,untuk listrik ada yang memasang panel surya,kalau sinyal telpon tidak usah di tanya sinyal Telkomsel juaranya,jadi waupun saya berada di tempat yang terpencil seperti ini up load foto ke instagram dan facebook lancar jaya.
Nelayan di motadikin merupakan pemasok utama kebutuhan ikan di ibukota Betun,sebagian juga untuk di kosumsi sendiri,Nelayan di sini saya anggap sangat berani karena melihat dari ombak pantai selatan yang bunyi hempasannya terdengar sampai beberapa kilometer.kami sore itu tiba sekitar jam 3 , saatnya nelayan datang membawa hasil tangkapan.Perahu perahu motor kecil mulai berdatangan,penduduk kampung mulai berdatangan dan membantu menarik perahu ke daratan secara beramai rampai,sang pembeli juga sudah mulai menawar ikan hasil tangkapan nelayan,mulai dari ikan kakap yang besar,sampai jenis ikan tembang kecil yang banyak masuk ke jala nelayan.Ada Raut muka bahagia apabila hasilnya mencapai target tapi ada juga yang tampak datar.setelah selesai bertransaksi mereka mulai membagi hasil dengan bahagia dan tersenyum.Mereka adalah orang orang kampung nelayan yang sangat ramah.wajah mereka memang terasa sanggar,garis garis wajahnya terlihat jelas,otot tanggannya bak binaraga,hitam legam  karena selalu di sinari ultraviolet yang berlebihan,tapi itu tercipta karena kerasnya hidup di laut dengan hasil tangkapan hari itu yang rata rata Cuma 50 sampai 150rb untuk satu perahu berbanding terbalik dengan para koruptur yang tanpa harus bersusah payah dapat  keuntungan yang bahkan tidak habis untuk tujuh turunan.ada cerita menarik di kampung ini, tutur  seorang ibu ada seekor buaya yang  merupakan buaya keramat ,dia akan terlihat di garis pantai kalau ada orang kampung tersebut ada yang berbuat melanggar aturan.penampakan terakhir adalah 3 bulan yang lalu.
Â
Kampung Nelayan Motadikin adalah salah satu potret kemiskinan di Indonesia,yang menjadi PR buat semua baik Bupati baru nanti yang akan di lantik ,maupun ibu mentri Susi yang sangat mengerti problem kehidupan nelayan,terutama nelayan di motadikin yang mungkin belum banyak tersentuh program bantuan.Mudah mudahan para nelayan miskin ini dapat terperhatikan dan suatu saat mereka akan menjadi bangga mengakui dirinya adalah nelayan yang dapat memberikan penghidupan yang layak untuk keluarganya.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya