BBM naik rakyat menjerit. Bisa jadi seperti itu ungkapan untuk keadaan bangsa Indonesia dikala ini. Tidak lama sehabis dihantam badai pandemi yang menimbulkan kemrosotan ekonomi, sosial, dan pendidikan, saat ini warga kita dituntut buat menelan kapsul getir.Dikala harga minyak dunia tengah turun, pemerintah malah menghasilkan kebijakan yang sangat memberatkan rakyat kecil dengan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak( BBM) secara signifikan. Dampaknya, peningkatan harga kebutuhan pokok juga ditentukan hendak hadapi peningkatan yang tidak diiringi dengan kenaikan pemasukan warga.
Ada pula dalih yang digunakan oleh pemerintah merupakan Bahwa kebijakan subsidi sepanjang ini dinilai tidak pas sasaran. Oleh sebab itu, pemerintah memutuskan buat melaksanakan" penyesuaian" harga BBM yang dinilai oleh sebagian golongan selaku kebijakan yang kurang masuk ide. Adapun Bantuan Langsung Tunai( BLT) dijadikan jalur pintas buat menanggulangi kegaduhan yang hendak timbul pasca keluarnya kebijakan tersebut.
Dalam pemikiran saya, peningkatan harga BBM di tengah ekonomi warga yang masih susah tidaklah keputusan yang pas. Kebijakan tersebut cuma hendak membuat beban rakyat kecil terus menjadi meningkat berat saja. Adapun Bantuan Langsung Tunai( BLT) yang hendak diberikan kepada warga tidaklah pemecahan terbaik buat menanggulangi kesusahan yang dirasakan oleh warga. Jumlah dana yang tidak seberapa itu tidak bisa dimanfaatkan secara optimal oleh warga buat menyambung hidup maupun buat mengawali modal usaha.
hendaknya pemerintah tidak segera memutuskan menaikkan harga Pertalite, paling tidak wajib meninjau 2 perihal berarti. pertama, melanjutkan pembangunan infrastruktur serta tingkatkan keahlian menyesuaikan diri teknologi.
Kedua, melanjutkan reformasi penganggaran dengan mempraktikkan zero- based budgeting buat mendesak supaya belanja lebih efektif sebab secara tidak langsung memiliki energi ungkit dalam zona produktif dalam SDM ataupun penerapan anggaran. Tidak hanya itu, pemerintah pula bisa mengawali membetulkan pola mengkonsumsi dari BBM.
Kita amati persebaran penjualan produsen kendaraan bermotor tiap tahun terus meningkat. Laju ini telah sedemikian lamanya bertolak balik dengan kapasitas keahlian penciptaan.
Dari sini paling tidak timbul kebijakan klaster harga bersumber pada prioritas kendaraan bermotor. Sekalipun berisiko, namun mengingat tekanan yang lumayan sungguh- sungguh dari rentannya pemakaian APBN, berpotensi bisa berakibat pada menyusutnya mutu zona yang lain.
tidak hanya itu Kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak( BBM) menimbulkan bermacam- macam aksi Protes dari bermacam elemen warga.
Pada hasil kajian menaiknya BBM aliansi BEM SI (seluruh Indonesia) membagikan statment kalau" HARGA BBM TIDAK HARUS NAIK". Naik nya BBM bukan salah satunya pemecah masalah, tetapi subsidi yang tidak pas sasaran jadi alibi bengkaknya dana subsidi.
BEM SI juga mengantarkan dengan menaiknya harga BBM jadi kekhawatiran pulihnya ekonomi warga di tengah gejolak pandemi kembali tersendat paling utama BBM jadi bahan bakar utama dalam transportasi serta distribusi bahan pokok.
pada 5 September BEM SI mengadakan konsolidasi Nasional dengan tagline #INDONESIAGAWATDARURAT dengan hasil konsolidasi ada ajakan seruan aksi serentak kepada segala BEM seluruh Indonesia.