Mohon tunggu...
Nasrun Aminullah Muchtar
Nasrun Aminullah Muchtar Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Muballigh Jemaat Ahmadiyah Indonesia

"Ketika tiba saatnya nanti Rabb-ku memanggilku, aku ingin dalam keadaan sedang mencintai-Nya yang sedalam-dalamnya"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dia Pergi Meninggalkan Kami untuk Selamanya

30 November 2020   09:37 Diperbarui: 30 November 2020   09:59 869
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Moment beberapa bulan sebelum mengalami ujian sakit | dokpri

Itulah sosok istriku yang pergi ke mana saja tidak pernah terlepas dari anak semata wayang kami, Alyya. Sebenarnya kami ingin menghadiahkannya adik laki-laki yang lucu, namun Tuhan belum berkehendak, karena istriku tidak kunjung hamil lagi.

Setelah melalui 10 tahun usia pernikahan dengan penuh kebahagiaan, kesedihan itu datang tiba-tiba, kami dihadapkan suatu ujian yang sangat berat. Rasa nyeri haid istriku yang semakin menguat setiap bulannya, kami pergi memeriksakan ke dokter kandungan, hasil USG menyatakan bahwa di ovarium istriku tumbuh tumor ganas sebesar 10 cm yang sudah menyerang usus juga.

Hanya dalam waktu singkat, perut istriku semakin membesar seperti layaknya orang hamil karena tumor di ovarium terus memproduksi cairan (acites), maka tim dokter melakukan operasi pengangkatan jaringan tumor dan pemotongan sebagian usus pada 10 September 2018.

Rupanya 10 hari setelah tindakan operasi, ada masalah kebocoran di dalam perut karena sebagian kotoran keluar dari saluran kemih, inilah yang membuat istriku semakin down, badannya semakin melemah, ditambah lagi sel-sel kanker telah menyebar ke organ-organ tubuh lainnya.

Kami merasakan kesedihan yang amat mendalam setelah dokter menyatakan kanker telah meningkat ke stadium 4, terutama anakku Alyya yang masih berumur 9 tahun sering kami dapati bantalnya basah karena tetesan air matanya, di hadapan ibunya yang terbaring lemah Alyya selalu tampak tegar, tetapi ia selalu menumpahkan air matanya ketika ia menyendiri.

Salah satu moment yang aku abadikan di facebook | dokpri
Salah satu moment yang aku abadikan di facebook | dokpri

Salah satu moment yang aku abadikan di facebook | dokpri
Salah satu moment yang aku abadikan di facebook | dokpri
Pernah suatu ketika, aku sedang menemani istriku dirawat di Rumah Sakit, mungkin ini rawat inap yang ke enam kalinya, tiba-tiba aku menerima sms dari anakku yang berbunyi, "Ya Allah, sembuhkanlah ibu hamba yang sedang sakit. Ibu yang semangat ya Alyya akan mendoakan ibu dimanapun ibu berada, karena Alyya ingin berbakti kepada kedua orangtua dan kepada keluarga, berbakti kepada agama dan negara. Tapi ibu harus semangat, Alyya rela mengorbankan waktu pikiran dan berdoa hanya untuk ibuku tersayang ibu harus semangat. Semoga Allah Ta'ala mencabut penderitaan ibuku. Aamiin... I love you so much mother, love you. Semangat.."😘Pak sampaikan ke ibuku cinta.

Seketika air mataku tumpah membaca pesan itu, suaraku parau tidak sanggup lagi berkata-kata, aku hanya bisa menyerahkan hp menunjukkan isi sms itu kepada istriku, dia pun sesunggukan membacanya. Aku hanya menguatkan istriku supaya dia mampu bertahan melawan penyakitnya, ini demi anak kita.

Selama kurang lebih enam bulan aku siang malam menemani istriku bolak balik dirawat di rumah dan Rumah Sakit, akhirnya Allah Ta'ala lebih menyayanginya, dia menghembuskan nafasnya yang terakhir pada 12 Februari 2019 dalam usia 44 tahun 7 bulan.

Innaa lillaahi wa innaa ilaihi roji'uun. Semua pada akhirnya akan kembali kepada-Nya. Semoga Allah SWT membalas segala amal baiknya selama di dunia dan ditempatkan ke dalam Surga Keridhoan-Nya. Itulah kisah nyata perjalanan istriku, yang merupakan ibu sebagai sekolah pertama bagi Buah Hatiku, yang merupakan guru pertama. Semoga kelak anakku mewarisi sifat-sifat baik ibunya. Aamiin.

Tampak kesedihan wajah anakku menunggu ibunya yang tidak pernah kembali lagi | dokpri
Tampak kesedihan wajah anakku menunggu ibunya yang tidak pernah kembali lagi | dokpri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun