Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Takut, Penjajah Jiwa

16 Mei 2021   10:38 Diperbarui: 16 Mei 2021   10:45 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tanda takwa, ada sakinah, ada ketentraman, ada ketenangan. Tak ada yang bisa menggelisahkan dirinya. Tak ada yang bisa membuatnya takut.

Rasulullah saw di perang Badar, para Sahabat justru tertidur pulas. Saking tentramnya, malamnya ada sahabat yang bermimpi basah hingga harus mandi. Lalu Allah menurunkan air hujan untuk mensucikannya. Saat perang khandak, dikepung 10.000 tentara, para Sahabat justru berkata, "Inilah yang telah dijanjikan Allah." Rasa takut tak pernah menghantui orang yang bertakwa.

Takut memulai bisnis? Takut bertemu dengan seseorang? Takut miskin? Takut dicemooh? Takut dikucilkan? Takut bangkrut? Berarti masih ada selain Allah dalam hati. Teruslah melangkah. Enyahkan rasa takut. Namun tetap berjalan di rel-rel sunatullah kehidupan. Itulah keseimbangan orang bertakwa. Jangan seperti babi, berani tapi memiliki perhitungan. Dalam keberanian ada perhitungan. Jangan berhitung yang menyebabkan ketakutan.

Rasulullah saw sudah tahu bahwa dia akan terpojok di perang Uhud. Namun apakah diam tak berperang? Rasulullah saw tetap melangkah. Rasulullah saw merancang strategi untuk mengurangi resiko. Kekalahan tak perlu ditakutkan. Resiko sebuah perjalanan harus ditanggung. Kesulitan dan kepayahan dari sebuah keputusan harus dijalani. Karena kenikmatan itu ada dalam peluh-peluh perjuangan. Kenikmatan itu tidak pada kesenangan dan pesta pora. Kenikmatan itu ada dalam perjalanan.

Rasulullah saw sudah tahu bahwa para Sahabat akan tertahan di perang Mu'tah karena harus menghadapi ratusan ribu tentara Romawi. Apakah mundur? Yang dipikirkan apa yang disiapkan? Apa strateginya? Bagaimana kematian semua panglima terbaiknya takkan bisa mengacaukan barisan kaum muslimin? Rasulullah saw yang sudah paham akan terjadi kekalahan saja terus maju dengan beragam strategi untuk mengurangi efek buruk dari kekalahan? Sedangkan kita, belum tahu ditakdirkan kekalahan mengapa harus takut? Ikhtiar manusia hanya bisa mengurangi resiko, tapi jangan pernah takut melangkah.

Takut melangkah dengan sudah berfikir berbagai keburukan yang pasti terjadi, berarti telah berburuk sangka kepada Allah. Berarti, sudah melampui Kemahakuasaan Allah. Seperti kaum Bani Israel yang merasa pasti kalah dengan bangsa Palestina saat nabi Musa mengajaknya masuk ke Palestina setelah diburu oleh Firaun.

Bila ada keyakinan, namun takut menghantui, maka tetaplah melangkah, definiskan berbagai macam ketakutan tersebut. Lalu buatlah  strategi yang bisa mengurangi dampaknya, setelah itu melangkahlah. Setelah itu bertawakallah.

Sesungguhnya buah dari iman adalah sakinah, ketenteraman dan ketenangan dalam berbagai situasi.

Channel Youtube Dengerin Hati

Nasrulloh Baksolahar 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun