Mohon tunggu...
BaksoLahar Nasrulloh
BaksoLahar Nasrulloh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wirausaha

Owner Bakso Lahar, Channel Youtube Dengerin Hati

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kedok Kepalsuan Politisi

6 Februari 2019   08:58 Diperbarui: 6 Februari 2019   09:00 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling banyak berjanji, dialah yang paling berpeluang besar untuk menghianati? Mengapa selalu berjanji untuk mendulang perolehan suara? Janji itu penghibur di tengah miskinnya kinerja. Karena yang bisa dijual hanya tinggal  janji saja.

Janji siapakah yang selalu ditepati? Hanya Allah yang selalu menepati janji-Nya. Bukankah Allah berjanji akan mengangkat orang bertakwa untuk menjadi pemimpin? Sibukan saja dengan takwa, kepemimpinan otomatis bisa diraih. Tak perlu mengubar janji.

Kepalsuan itu sangat jelas walaupun ditutupi dan diselimuti ujaran janji dan program yang melangit. Kepalsuan itu sangat terlihat dari aura wajah, ekspresi dan cara berbicara. Yang bisa membongkar kepalsuan adalah mereka yang jernih hatinya.

Imam Ibnu Taimiyah berkata bahwa tak seorangpun bisa menyimpan rahasia, karena Allah akan menampakkannya pada rona wajahnya dan pada kekhilafan lidahnya. Penyair berkata bahwa jangan pernah bertanya tentang prilaku seseorang karena pada wajahnya terdapat saksi berita dirinya.

Seorang pemilih yang ikhlas tak perlu mendengarkan janji sang politisi dan calon presiden, dia bisa membaca kepalsuan dari ekspresi wajahnya. Seorang pemilih yang ikhlas tak perlu melihat wajah politisi, untaian bicaranya sudah terlihat kualitas dan kepalsuan para politisi dan keriuhan calon pemimpin daerah dan negara.

Seorang ulama hadist Al Hakim an Naisaburi sudah bisa memfirasati kepalsuan sebuah hadist dari kesaksian hatinya dari untaian hadist yang diperdengarkan kepadanya. Hati yang jernih memiliki kewaspadaan walau bukti otentik belum disajikan. Begitulah sangat terbukanya kepalsuan para politisi dan calon pemimpin di hadapan pemilik hati yang jernih.

Seorang ulama yang bernama Abdul Wahab Azzam berkata, "Walaupun ucapan mengandung kebenaran dan dusta, namun hati terdapat rahasia yang tersembunyi. Di mata terdapat dalil akan hakikatnya, di wajah terdapat saksi, tidak perlu dengan sumpah."

Beberapa hari ke depan kejernihan hati dan ketajaman firasat rakyat Indonesia diuji, masihkah memilih para pemilik kepalsuan untuk memimpin negri?  Masihkah memilih para pembual? Masihkah memilih para pengibar janji? Marilah melihat aura wajah para politisi dan sorotan matanya, walau dipoles dengan tebalnya kepalsuan assesoris dan kejanggihan pemotretan. Semua kepalsuan tak bisa ditutupi di hadapan hati yang terkoneksi dengan Allah.

Bila kepalsuan masih tertutupi tandanya hawa nafsu masih menguasai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun