Aksi 212 yang damai menjadi nilai jual negri ini pada dunia. Aksi ini mendatangkan raja Salman untuk berinvestasi di Indonesia. Ini cermin kedewasaan bangsa Indonesia dalam menyikapi perbedaan dan konflik yang cukup keras yaitu Penistaaan Agama oleh Ahok. Indonesia menjadi contoh berdemokrasi.
Namun logika tim sukses Ahok sangat berbeda. Logika kekuasaan yang digunakan. Logika lawan, lalu dihancurkan itulah caranya. Banyak tangan untuk bisa melalukan aksi ini. Ada tangan lain yang menuntaskan tugas rahasia ini.
Agus-Silvi dan SBY sudah menjadi contoh korbannya. Melaporkan dugaan korupsi. Ada makar untuk suami Silvi. Kasus Munir yang dokumennya hilang. Hingga perseteruan Antasari dan SBY.
Setelah mereka dihancurkan, tiba tiba kasus ini senyap. Seperti kemarau panjang ditimpa hujan sesaat. Kemana suara lantang mereka ?Â
Anies-Sandi sepertinya tengah menjadi target aksi ini. Pelaporan kasus lama yang tiba tiba diangkat dan di beritakan massif. Apakag operasi ini akan berhasil seperti operasi khusus terhadap Agus-Silvi ?Â
Sekarang tim Ahok menancapkan rencana yang lainnya, yaitu mendegradasi ketua KPUD Sumarno. Targetnya, tidak percaya pada penyelenggaraan Pilkada Jakarta ?
Banyak aksi yang dilakukan dari walk out, membentuk opini sesat saat penetapan paslon putaran ke 2, terakhir mengorbankan ketua KPUD saat rapat internal dengan tim Ahok.
Sekarang apa lagi yang dilakukan tim Ahok ?
Yang paling gress adalah pelaporan ketua KPUD ke DKPP karena memasang foto profile WA. Dimana Sumarmo memasang foto sedang berdoa saat aksi 212.
Lalu apa tuduhan tim Ahok ? Aksi 212 difitnah sebagai aksi politik. Aksi yang syarat dengan kepentingin politik. Aksi damai yang ikhlas di tuduh aksi politik.Â
Bila aksi itu berkepentingan Politik, mengapa Presiden dan Wakil, Kapolri dan Panglima juga pejabat negara datang ditengah hujan yang cukup deras ?
Yang menggerakkan mereka bukan kepentingan politik. Yang menyatukan mereka bukan politik Tapi membela keyakinan. Itu yang dirasakan oleh masyarakat yang datang.
Tim Ahok gagal paham terhadap aksi 212. Seperti gagal pahamnya Ahok terhadap tafsir al Maidah ayat 51.
Bagaimana bisa memimpin Jakarta bila gagal memahami masyarakatnya ?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H