Aku datang cukup siang, sekitar jam 10 tiba di stasiun Juanda. Stasiun ini yang paling dekat dengan Masjid Istiqlal.Â
Dari atas kereta terlihat lautan peserta aksi dan mobil yang berjejer di sekitar jalan yang melingkari masjid Istiqlal. Sepertinya masjid dan halaman masjid Istiqlal  tidak mampu menampung lautan massa yang ada.
Saat turun dari KRL, peserta aksi bershalawat dan bertakbir sambil menuruni tangga stasiun. Banyak yang mengabadikan moment ini.
Ku melangkah mendekati halte trans Jakarta pintu air. Ternyata sudah dipenuhi peserta aksi. Akhirnya aku mendekati sound sistem yang posisinya didepan hotel Maramis, halte bus pintu air dan depan warung padang.
Dari Sound system inilah aku mendengarkan siaran langsung tausyiah dari ulama yang datang. Puncak Tausyiah adalah orasi dari ketua Pembina GNPF MUI.
Ada yang beda saat Bachtiar Natsir memulai ceramah. Walau hujan terus mengguyur. Para peserta aksi berdiri, lalu mendekati sound sistem.
Setiap ada teriakan takbir mereka mengepalkan tangan. Saat mengucapkan kalimat Tauhid mereka mengacungkan tangan dan jarinya. Suasana di dalam Masjid menggema hingga keluar.
Saat Habib Rizieq mulai bertausyiah, makin banyak saja peserta aksi yang mendekati sound system . Â Bukan itu saja, tubuh dan wajah mereka menghadap ke sound sistem.
Sesekali mereka bertakbir, mengibar bendera dan menjawab tausyiah Habib Rizieq. Mereka tak bergeming, seolah Habib Rizieq ada dihadapan mereka.
Melihat jam sudah mendekati jam 12.00, aku melangkah ke stasiun Juanda untuk pulang lebih awal. Sayangnya pintu masuj sudah dipenuhi lautan peserta.
Akhirnya ku berjalan mengitari masjid Istiqlal menuju masjid Cut Mutia. Sungguh luar biasa, mobil yang parkir berderet padat  di jalan ternyata berasal dari Sumatera, Banten, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur.Â
Parkir mobil penuh sesak dari Stasiun Juanda hingga Patung Tani. Lautan mobil dan peserta pun menyatu.
Lelah berjalan, akhirnya aku makan restoran padang Sederhana. Sambil makan ku perhatikan siaran TV yang menyiarkan pemberangkatan peserta aksi 112 dari beragam daerah di Jawa.
Saat makan, berdatangan pula peserta yang makan di restoran tersebut. Yang luar biasa, dari tampilan pakaiannya mereka dari kalangan atas dan usianya diatas 60 an. Luar biasa semangatnya.
Terakhir aku shalat di masjid Cut Mutia, berdiam sejenak untuk berdoa bagi umat dan putra putri ku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H