Mohon tunggu...
Nasrullah Mappatang
Nasrullah Mappatang Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Alumni Fakultas Sastra UNHAS dan Pascasarjana UGM - Pegiat Sekolah Sastra (SKOLASTRA) - Mahasiswa Doktoral/ PhD di University of Malaya, Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengontrol dan Mengendalikan Wacana

11 Mei 2023   10:37 Diperbarui: 11 Mei 2023   10:52 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Minimal, kemampuan melakukan "seleksi" itu dimiliki oleh penyebar link-link berita media. Agar, tak serta merta menyebar semua berita tentang diri, kelompok, dan komentarnya tanpa melihat kepentingannya apa?

Dari seleksi, konsistensi, hingga advokasi wacana

Selain kemampuan "seleksi" di atas, kemampuan kedua dalam mengontrol dan mengendalikan wacana adalah "konsistensi". Maksudnya, kontinuitas wacana yang tengah difokuskan untuk "diadvokasi" menjadi penting. Kenapa? Agar kita sebagai pembaca atau konsumen media, termasuk pengamat yang dikutip di dalam berita media tersebut, tidak "terbawa arus" setting agenda media.

Kalaulah setting agenda media tersebut sejalan dengan kepentingan kita terhadap isu yang sedang diadvokasi, karena memang isu itu adalah kita yang mengusungnya, tentu menyebarkan berita - berita terkait isu itu penting adanya. Namun, jika isu itu datangnya dari media itu sendiri dan kita sekedar konsumen atau narasumber yang dikutip di dalam isi berita itu, tentu proses "seleksi" menjadi penting. Pantas atau tidak perlu kah berita itu turut kita bagikan?

Bukan apa-apa, konsistensi menjadi penting atas wacana yang kita "advokasi". Kalau hari ini lain, besoknya lain lagi, kita tak ubahnya buih di lautan yang diombang ambing oleh gelombang. Tak tentu arah, tak ada hala tuju praktik berwacana kita. Semata - mata disetir oleh agenda dan kepentingan media itu. Kita menang nama saja karena menjadi pemberi komentar di media itu atau sekedar menjadi "agen pengedar" berita produksi media tersebut. Celaka sekali.

Membangun wacana mandiri

Cara paling ampuh dalam mengontrol dan mengendalikan wacana adalah dengan membangun media sendiri. Jika tidak, dengan menulis opini atau esai sendiri terkait wacana yang sedang diadvokasi. Jika punya media sendiri, tulisan itu dimuat di media sendiri lalu disebarkan ke media sosial kita. Itu langkah yang paling efektif karena tidak tergantung ke media lain.

Cara kedua adalah menulis opini, esai, dan karya dalam bentuk apapun itu lalu mengirimnya ke media massa. Tentunya, cara ini harus bersiap dengan proses seleksi, penyuntingan, dan antrian di media tersebut. Bagaimanapun, pemilik media dan redaksi media tersebut memiliki kepentingan sendiri yang tidak boleh bertentangan dengan kepentingan wacana dari tulisan kita. Resiko ditolak besar kemungkinan untuk opsi ini, meski tetap dicadangkan untuk dicoba mengingat jangkauan pembacanya bisa lebih luas. Reportase dan rilis media juga biasanya di lakukan pada cara ini, yaitu dengan membuat berita sendiri atau deskripsi peristiwa yang kita lakukan lalu mengirimnya ke media - media untuk menjadi bahan berita mereka.

Cara ketiga adalah melalui blog atau langsung menulis di akun media sosial sendiri. Meski pembacanya bisa terbatas, tulisan di blog, facebook, dan whatsapp sendiri untuk disebarkan di grup - grup whatsapp dan grup facebook boleh menjadi opsi terakhir. Minimal, kemandirian menuliskan ide dan konsistensi mengadvokasi wacana tetap terjaga, tanpa khawatir diseleksi dan diedit apalagi ditolak oleh redaksi media yang kita kirimi tulisan.

Ketiga cara membangun wacana secara mandiri di atas setidaknya dapat menjaga praktik mengontrol dan mengendalikan wacana sesuai dengan agenda dan kepentingan yang sedang kita advokasi. Langkah - langkah ini juga merupakan cara menghindari "terbawa arus" agenda setting media massa yang berada di luar kepentingan kita. Sehingga, proses seleksi, konsistensi dan advokasi wacana dapat kita jaga fokus dan targetan capaian - capaiannya.

Dengan begitu, kontestasi wacana dapat kita menangkan dengan kemandirian dan fokus yang terjaga secara efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun