Mohon tunggu...
Nasrullah Mappatang
Nasrullah Mappatang Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis lepas

Alumni Fakultas Sastra UNHAS dan Pascasarjana UGM - Pegiat Sekolah Sastra (SKOLASTRA) - Mahasiswa Doktoral/ PhD di University of Malaya, Malaysia.

Selanjutnya

Tutup

Bola

PSM Juara: Pelajaran dari Seorang Tavares

6 Mei 2023   12:57 Diperbarui: 6 Mei 2023   13:01 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak hal yang pantas dipelajari dari seorang Bernardo Tavares. Mulai dari kemampuan meramu tim, kepemimpinan di lapangan, kelihaian meramu taktik sesuai kemampuan tim dan kekuatan lawan, hingga kerendahan hati dalam melewati pertandingan demi pertandingan.


Tavares memulai debutnya di Liga Indonesia, dengan menahkodai PSM Makassar jelang Liga 1 musim 2022/2023 dimulai. Piala Presiden dan AFC Cup zona Asia Tenggara adalah ujian sekaligus simulasi perdananya dalam meracik tim PSM. Dengan modal pengalaman, ilmu pengetahuan, wawasan, dan kedisiplinan, Tavares mampu menunjukkan kelasnya di musim ini. Kini, dirinya mendapatkan ramai sorotan kamera dan panen pujian.

Di tengah kemenangan demi kemenangan, pujian demi pujian, bahkan di tengah kritikan yang minor, Tavares dengan konsisten terus mengingatkan di media sosialnya untuk terus stay humble, selalu rendah hati. Tak lupa, ucapan terima kasih kepada pemain, suporter, dan official senantiasa disampaikan setiap konferensi pers usai pertandingan hingga dituliskan di media - media sosialnya.

Membangun Tim

Kepemimpinan sebagai pelatih tak diragukan lagi. Tavares mengajarkan kedisiplinan pemain - pemainnya. Pemain yang rajin dan bekerja keras dalam latihan, akan mendapatkan kesempatan bermain. Praktik ini seperti penerapan prinsip "merit system" di dunia organisasi. Siapa yang bekerja keras dan berprestasi, dia yang akan mendapatkan kesempatan dan penghargaan bermain.

Sebagai ahli strategi dan taktik, Tavares membangun tim berdasarkan kekuatan yang dimiliki dan hasil pembacaan dengan kapasitas lawan. Strategi dan taktik diramu setelah analisa - analisa terhadap kemampuan tim dan kelebihan lawan "dikutui". Di lapangan dan sepanjang pertandingan, sosok berusia 43 tahun ini, adalah motivator ulung bagi pasukan - pasukannya.

Seperti sejalan dengan spirit "laskar pinisi", tak ada jalan pulang ketika layar sudah terkembang. "Bertarunglah sampai detik penghabisan", kira - kira begitu semangat juang (fighting spirit) yang ditanamkan Tavares kepada pemain- pemainnya.

Pembela dan Pengayom Pemain

"Majjallo'i coach, pasimbungi pelatih a". Itu yang terdengar di telinga saya ketika usai laga AFC Cup kontra Tampines Rovers dan Kuala Lumpur FC di Stadion Cheras, Kuala Lumpur. Banyak pemain PSM cedera karena kerasnya permainan lawan di lapangan. Namun, wasit minim memberikan kartu bahkan beberapa kali tidak menganggap sebagai pelanggara. Protes Tavares begitu kencang, sampai - sampai dia mendeklarasikan dirinya sebagai pelatih berlisensi UEFA yang paham peraturan dan apa yang seharusnya dilakukan wasit di lapangan. AFC pun "didondoro' " agar menggunakan VAR, mengingat ini adalah pertandingan internasional.

Apa yang penting menjadi pelajaran dari peristiwa di atas yang disaksikan langsung oleh mata kepala saya adalah Tavares bukan sekedar pelatih bagi pemain - pemainnya. Tavares adalah seorang pembela yang magetteng (teguh pendirian). Dia teguh membela hak - hak pemain dan timnya kala bertanding. Bukan hanya setelah konferensi pers setelah laga usai, namun, ketika masih di lapangan pun, kita bisa saksikan Tavares mencak - mencak ketika pemainnya dilanggar dan wasit tidak memberikan ganjaran setimpal.

Di ruang ganti dan di luar lapangan, Tavares juga seperti bapak bagi anak - anaknya. Dia sosok pengayom. Terlihat, secara simbolik dapat disaksikan setiap pergantian pemain, pemain yang keluar selalu disalami dan disapu / dipegang kepalanya dengan sepenuh dan setulus hati. Ini tanda bahwa Tavares dibalik ketegasannya, pria asal Portugal yang sebangsa dengan Cristiano Ronaldo dan Rui Costa ini, adalah seorang pengayom dengan segala sisi humanis yang dimilikinya.

Ke depan

Kini, Tavares panen pujian. Ketika selangkah lagi PSM dibawanya mengangkat piala Liga 1 Indonesia. Capaian kedua kalinya jika PSM benar - benar meraihnya musim ini selama era divisi utama hingga Liga 1. Dan, merupakan capaian ketujuh PSM, menyamai Persija, menjadi juara sejak era perserikatan tahun 1951.

Di capaian tertinggi kompetisi paling bergengsi di sepakbola Indonesia ini, Tavares layak mendapat pujian. Namun, yang terpenting adalah bagaimana pelatih, asisten pelatih, pemain, manajemen, dan penggemar sepakbola di Indonesia belajar dari sosok langka ini. Terutama untuk manajemen dan segala aspek yang ada di PSM, termasuk pemain dan suporter, belajar dari Tavares adalah hal berharga untuk perbaikan di masa mendatang.

Ke depan, semoga Tavares mampu memberikan banyak hal lagi kepada PSM. Baik gelar juara maupun kemajuan sepakbola di Makassar secara khusus dan Indonesia secara umum. Kini, PSM telah menyumbang empat pemain mudanya bagi timnas senior: Sayuri bersaudara, Ramadhan Sananta dan Dzaky Ashraf. Di timnas U-20, tiga asuhan muda Tavares mendapat panggilan: Victor Dethan, Dzaky dan Zaky. Semoga kedepan semakin bermunculan lagi talenta - talenta berbakat dari tanah Daeng: Makassar sebagai rumah sepakbola kelahiran PSM.

Warisan

Terakhir, secara manusiawi, Tavares suatu saat akan menyerahkan tampuk estafet kepada pelatih - pelatih muda maupun pelatih selanjutnya bagi PSM. Baik karena usia maupun barangkali karena satu dan lain hal. Layaknya seorang "asing" yang telah berkontribusi besar bagi PSM dan sepakbola tanah air, bukanlah bermaksud ingin cepat - cepat menutup lembaran kisah Tavares yang sekarang sedang naik - naiknya. Sebagai manusia, sepantasnya Tavares ditempatkan sebagai sosok apa adanya.

Bahwa beliau memiliki kelebihan dan sekarang bintangnya tengah bersinar, ya. Akan tetapi, di suatu hari nanti ketika bintangnya meredup, patutlah kita menempatkannya sebagai manusia biasa seperti ketika kita memujinya berlebihan dikala bersinar. Saya hanya ingin mengingatkan sedini mungkin untuk tidak jatuh pada kebiasaan buruk yang sama, dengan memuja di kala menang namun menghujat di kala malang. Sebagai manusia biasa, Tavares boleh jadi sudah mencemaskan itu. Makanya, dia tak ingin bergembira berlebihan di setiap capaian kemenangan yang dimilikinya.

Suatu hari nanti

Akhir kata, mari bersikap dewasa dalam menjalani proses dan takdir - takdir persepakbolaan kita. Termasuk ketika Tavares sedang berbuat banyak bagi prestasi PSM, dan mungkin ketika suatu hari kelak sudah berada pada masa - masa akhir di waktu pensiunnya di PSM. Sikap dewasa ini yang akan melengkapi sisi humanis kita dalam mencintai sepakbola Indonesia, termasuk PSM Makassar sebagai klub kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.

Apapun itu, warisan Tavares layak dikenang. Pelajaran - pelajaran berharga darinya pantas untuk dicatat lalu diteladani. Mari belajar dari coach Bernardo "Tuan Guru" Tavares.

Ulla Mappatang
Penggemar Bola, Paggolo' lemo di masa kecilnya.

*) Tulisan ini sebagai bentuk perayaan atas gelar Juara PSM Makassar di Liga 1 Indonesia musim 2022/2023. Artikel ini juga pernah dikirim ke media bola lokal Makassar namun belum mendapatkan kesempatan publikasi.
*)Dipublikasi di platform ini untuk kepentingan penyebaran pengetahuan dan literasi sepakbola Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun