Mohon tunggu...
Nasrullah Ali Fauzi
Nasrullah Ali Fauzi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas, tinggal di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia

Koordinator Penghubung Community Learning Center (CLC) Wilayah Kota Kinabalu, Sabah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berlomba Mengejar Cita: Pelayanan Pendidikan Lanjutan di Indonesia bagi Anak Pekerja Migran Indonesia di Malaysia

23 Mei 2024   06:36 Diperbarui: 23 Mei 2024   06:39 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peserta Seleksi Gema Cita 2024 (Sumber: arsip panitia) 

Suasana di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK), Sabah, pada Kamis-Ahad lalu (2-5/05/2024), cukup ramai. Walau hari libur, Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) terbesar di dunia itu tetap didatangi sekitar 500-an orang dari berbagai tempat di Sabah yang jaraknya sangat jauh. Misalnya dari Tawau, yang jaraknya lebih dari 1000-an km ke Kota Kinabalu (KK) pergi-pulang (12-14 jam sekali jalan dengan kendaraan umum).

Sebagian besar adalah pelajar Indonesia kelahiran Sabah yang sebentar lagi akan tamat dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Didampingi oleh guru-guru andalan, mereka datang ke SIKK untuk berlomba mengejar cita-cita: mengikuti seleksi Program Generasi Maju Cinta Tanah Air --disingkat "Gema Cita".

Gema Cita merupakan sebuah program fasilitasi pelayanan pendidikan lanjutan bagi anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Sabah dan Sarawak untuk melanjutkan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) atau yang sederajat (Sekolah Menengah Kejuruan [SMK] atau Madrasah Aliyah [MA]) di berbagai sekolah di Indonesia.

Anak-anak PMI yang diberikan pelayanan pendidikan itu adalah mereka yang lahir di Malaysia karena ikut orang tua mereka yang bekerja di ladang-ladang sawit. Pendidikan jenjang Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) mereka selesaikan di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) atau di berbagai Community Learning Center (CLC) yang tersebar di Sabah dan Sarawak.

SIKK dan CLC sendiri adalah produk dari hasil kerjasama dan kesepakatan yang baik antara Pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam bidang pendidikan. Mengingat jumlah anak PMI di Sabah dan Sarawak begitu banyak, terutama di ladang-ladang sawit, dan sebagian besar tidak berizin tinggal (visa), mereka akhirnya tidak bisa bersekolah di sekolah-sekolah formal di Malaysia. Karena itulah Pemerintah Indonesia (melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan serta Kementerian Luar Negeri) secara bertahap berinisiatif membentuk SIKK dan CLC di Malaysia.

SIKK diizinkan beroperasi oleh Kerajaan Malaysia pada 01 Desember 2008, sementara CLC diizinkan beroperasi di Sabah mulai 25 November 2011 dan di Sarawak mulai 20 Januari 2016. Secara administratif, SIKK menjadi induk dari semua pengurusan pelayanan pendidikan di CLC di Sabah dan Sarawak. Sistem pembelajaran dan kurikulumnnya sama seperti yang diberlakukan di Indonesia. Guru-guru profesional juga dikirim dari Indonesia. Sampai Maret 2024, berdasarkan data dari Divisi CLC SIKK, jumlah total pelajar di SIKK dan CLC adalah 24.506 orang! (SIKK 1.231 dari SD-SMA; 217 CLC di Sabah 21.082 SD-SMP; 58 CLC di Sarawak 2.193 SD-SMP).

Program Gema Cita secara informal sudah berjalan sejak 2013. Cikal bakalnya muncul dari rasa peduli yang sangat tinggi dari guru-guru SIKK-CLC yang pernah bertugas di Sabah, yang kemudian membentuk sebuah lembaga nirlaba bernama Sabah Bridge (SB). Tujuan awalnya untuk membantu para pelajar alumni SMP SIKK-CLC untuk melanjutkan pendidikan jenjang SMA/SMK/MA di sekolah-sekolah di Indonesia secara mandiri.

Dalam perjalanannya, program ini mendapat sambutan sangat positif dari banyak pihak karena hasil yang dicapai sangat baik. Terbukti makin banyak pelajar alumni SMP SIKK-CLC yang setiap tahun melanjutkan pendidikan di Indonesia melalui jalur mandiri. Mulai 2017, program ini kemudian dikelola dan dikoordinasi secara lebih baik yang melibatkan SB dengan SIKK, Perwakilan RI di Kuala Lumpur dan Sabah. Malah pesertanya makin bertambah dan sebagian dibantu dengan pemberian beasiswa melalui jalur Afirmasi Pendidikan Menengah (Adem) maupun jalur Yayasan.

Jadi ada tiga jalur pelayanan pendidikan yang difasilitasi. (1) Jalur Adem. Peserta yang lulus seleksi akan diberi beasiswa penuh oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI untuk melanjutkan sekolah sampai tamat di sekolah-sekolah di Indonesia yang sudah ditetapkan; (2) Jalur Yayasan. Beberapa yayasan/lembaga pendidikan di Indonesia yang sudah menjadi mitra SB-SIKK akan menanggung sepenuhnya semua biaya pendidikan (Tipe A). Ada juga beberapa yayasan yang tidak menanggung sepenuhnya biaya tersebut (Tipe B); dan (3) Jalur Mandiri. Peserta hanya difasilitasi kelengkapan dokumen perjalanan dan kelanjutan sekolahnya tanpa diberikan bantuan beasiswa.

Semasa Covid-19 (2020-2022), program ini tetap berjalan, malah makin melebar dengan keikutsertaan perwakilan dari CLC Sarawak serta disusul Sanggar Belajar (SB) di Semenanjung (Selangor dan Johor Bahru). Penyelenggaraannya juga semakin terkoordinasi lebih baik, melibatkan SIKK, KBRI Kuala Lumpur, KJRI Kota Kinabalu, KJRI Kuching, KRI Tawau dan sekolah-sekolah mitra. Beasiswa Adem sepenuhnya berasal dari anggaran Pusat Layanan Pembiayaan Pendidikan (Puslapdik) Kemendikbudristek RI. Tim Pelaksananya di bawah SIKK dengan nama panitia "Beswan Repatriasi Anak PMI di Malaysia", yang mulai 2022 bertukar nama menjadi "Generasi Maju Cinta Tanah Air (Gema Cita)". Slogan program ini cukup heroik: "Kembalilah ke Indonesia Kita...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun