Begitulah secuil kisah seorang keturunan anak Indonesia di Malaysia. Rumah sederhananya di Sungai Buloh, Selangor, penuh dengan kitab dan buku agama. Sepulang dari Mesir, ia ikut membantu ayahnya merantau sebagai guru agama di Malaysia. Tidak siang atau malam, selalu setia dan tak pernah lelah membimbing jamaah pengajian: di masjid, surau, madrasah, atau radio dan televisi setempat. Pernah juga bertugas di Pusat Islam, Jawi dan menjadi dosen di Universiti Teknologi Malaysia (UTM).
Belum lama ini, saya mendapat kabar dari anak sulung Ustadz Musa, Syafi`i, bahwa ayahnya kini dalam keadaan sakit stroke. Uminya malah sudah wafat pada 2023 karena sakit. "Mohon doa ya dari semua jamaah untuk kesembuhan ayah kami," katanya.
Ahad malam itu, saat mau pulang, saya sempat bertanya siapa yang mengantar Ustadz Musa. Sambil tersenyum khas, kakek tujuh cucu itu menjawab pendek dengan logat Betawinya yang tak pernah hilang: "Ah, Ente, jangan gitu dong. Ane masih bisa nyetir mobil ane sendiri ...."
Kini, Ustadz Musa memang belum bisa lagi nyetir mobil untuk keliling berdakwah di Selangor. Dan untuk itu, di bulan suci ini, mari kita sejenak mengirim doa dan surah al-fatihah demi kesembuhan beliau. Al-Fatihah....
KB, 22092008/KK, 15032024
Nasrullah Ali Fauzi, penulis lepas dan editor salah satu karya Ustadz Musa.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H