Alif ba ta tsa, yakni huruf hijayyah tidak ada bedanya dengan huruf-huruf yang lain seperti huruf-huruf aksara lainnya, fungsinya hanyalah sebagai alat komunikasi.
Meskipun orang tariqat mengatakan alif itu punya rahasia, bagaimana pun rahasia itu cuma sebatas simbolik saja. Begitu juga dengan angka, seperti angka 1, angka 3, dan angka ganjil lainnya yang memiliki kode rahasia, namun kode rahasia itu hanyalah sebatas simbolik. Hal yang serupa juga dengan gambar, beberapa gambar yang memiliki kode rahasia seperti mata satu, segitiga, piramida, dan sebagainya. Begitu juga untuk tato yang melekat pada bagian tubuh manusia bisa dijadikan simbolik yang memiliki rahasia.
Itu semuanya hanyalah produk dari buah pikiran manusia dengan menjadikannya sebagai simbolik, dan simbolik itulah yang telah ditetapkan maknanya oleh buah pikiran manusia itu sendiri, bahwa jika seperti ini tulisannya maka seperti inilah maknanya, dan untuk bisa sampai ke makna itu diberitahuknlah kepada kelompoknya bahwa inilah kuncinya, inilah maksudnya, sehingga dikatakan memiliki rahasia, karena memang itulah rahasianya untuk bisa sampai ke makna itu.
Namun bagaimana pun itu tidak ada kaitannya dengan ma'rifat, simbolik-simbolik seperti itu hanyalah milik golongan tertentu dan rahasianya hanya golongan itu sendiri yang telah sepakat dengan angka, huruf, gambar, dan tato itu yang bisa menerima rahasia dari simbolik itu.
Walaupun demikian, mereka yang mengerti simbolik punya gaya tersendiri dalam belajar, menurut saya ini adalah gaya belajar terhebat untuk memaknai simbol-simbol tersebut.
Al Qur'an ketika diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw, itu berupa tuntunan dan bimbingan, sama sekali tidak ada tulisan.
Lalu belakangan, sepeninggal Rasulullah Saw, terpikirkanlah oleh para sahabat, supaya al Qur'an itu bisa terkomunikasikan sampai ke generasi akhir zaman, maka sangat dianjurkn al Qur'an it dituliskan. Coba dibayangkan, kalau saja al Qur'an itu tidak ditulis, pastinya sampai sekarang masih konsep hafalan.
Di antara sahabat Nabi, ada yang pintar menulis, namun huruf hijayyah bukanlah satu-satunya huruf yang bisa digunakan untuk menuliskan firman Tuhan, ada begitu banyak jenis huruf yang bisa digunakan untuk menuliskan firman Tuhan. Coba dibayangkan kalau al Qur'an dituliskan bukan dengan huruf hijayyah, maka pasti tidak akan ada yang menjadikan alif sebagai simbol yang memliki rahasia.
Bukankah saat itu khalifah Abu Bakar sangat tidak menganjurkan al Qur'an itu ditulis? Karena hal yang seperti itu tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw selama hidupnya, Nabi Saw tidak pernah memerintahkan, juga tidak pernah mencontohkan, bahkan juga sama sekali tidak pernah mengisyaratkan, dan itu bisa saja dikatakan bidha jika melakukan yang tidak memiliki dasar. Namun karena hal ini telah dirundingkan dengan sahabat yang lain barulah al Qur'an ini disepakati untuk dituliskan. Coba dibayangkan kalau al Qur'an tidak dituliskan, masihkah bisa mengenal huruf hijayyah?
Ulasan ini tidak untuk mempengaruhi, tapi hanya untuk memperdalam saja pemahaman kita tentang huruf hijayyah yang hanya sebagai alat komunikasi saja, seperti huruf-huruf kanji atau huruf-huruf aksara lainnya, yang bisa membacanya maka itulah yang bisa mengambil informasinya, informasi dari kalam Ilahi.