Beberapa TS yang saya ikuti di grup Tasawwuf, masih banyak orang yang tidak bisa membedakan mana syarat dan apa itu syariat, bahkan syariat it sendiri diartikan sebagai syarat. Karena terpengaruh dengan dialeg daerah, syarat dikatakn sarat atau sara', dan syariat itu sendiri adalah syareat atau sareat atau sarea' (pengucapan lidah bugis dan makassar). Lalu sebagian orang pada saat ngomong syariat, itu selalu diartikan sebagai syarat.
Salah satu contoh penjelasan pemahaman tentang syariat yang saya kutip dari TS seseorang di grup-grup Tasawwuf.
================================
Syareat = Sarat, yang dimaksud sarat di sini adalh syahadat. Sarat masuk Islam adalah syahadat
================================
Isi TS di atas menunjukkan pemahaman yang masih keliru tentang kosakata Syareat (Syariat) dan Sarat (Syarat).
Untuk menjelaskan syariat, haruslah dikembalikan pada asal bahasanya, syariat dan syarat adalah dua kosa kata yang bukan alih bahasanya apalagi bersinonim.
Adapun syahadat, itu dilakukan sebelum bersyariat, sehingga tiada syariat tanpa syahadat.
Syariat itu baru dilakukan setelah mengucapkn syahadat, dan syariat bukanlah syarat. Adapun seseorang setelah mengucapkan dua kalimah syahadat, yang pling pertama yang harus dipelajari adalah syariat, dan apa saja yang bisa dipelajari dalam syariat?
Adapun yang bisa dipelajari dalam syariat itu seperti tata cara, kisah, amsal atau perumpamaan, syarat, sejarah Nabi dan Rasul, kehancuran sebuah bangsa, hukum, balasan, dan sebagainya.
Berbicara syariat dan syarat, seperti pembicaraan bunga dan melati, tumbuhan dan rumput, hewan dan kucing, dan sebgainya.
Bunga bukanlah melati, dan melati sudah tentu salah satu jenis bunga
Tumbuhan bukanlah rumput, dan rumput sudah tentu salah satu jenis tumbuhan.
Hewan bukanlah kucing, dan kucing adalah salah satu jenis hewan.
Begitulah syariat.
Syariat bukanlah syarat, tapi syarat tentunya masuk ke dalam pembahasan syariat.
secara etimologi, syariat artinya jalan yang dapat dilalui air, namun dari segi pnggunaan katanya adalah peraturan yang mengatur seluruh sendi kehidupan ummat manusia dari dunia hingga akhirat. Di dalam ajaran Islam ada 3 sumber syariat, yaitu Al Quran, Al Hadits, dan Itjihad.
Apa yang dibahas dari sumber Syariat itu?
Dalam Al Quran dan Al Hadits, ada pembelajaran tentang tata cara, seperti tata cara beristinja, tata cara bertaharah, tata cara mendirikan shalat, dan sebagainya.
Ada amsal (pemisalan), seperti pemisalan orang-orang munafik, pemisalan orang-orang yang merugi, pemisalan penciptaan manusia, dan sebagainya.
Ada kisah, seperti kisah Nabi dn Rasul, kisah ummat Nabi dan Rasul, kisah sebuah bangsa, dan sbginya.
Ada syarat, seperti syarat sah nya ibadah, syarat diterimanya udzur atau alasan untuk tidak melakukan ibadah wajib maupun sunnah, dan syarat haji. syarat biasanya berbarengan dengan tata cara.
Ada hukum, seperti pardhu, dan pardhu pun punya pmbagian-pembagian nya lagi, dan ada juga sunat, mubah, dan sebagainya.
Ada penjelasan ibadah (amalan), seperti shalat adalah ibadah, menuntut ilmu adalah ibadah, menghilangkan gangguan di jalanan adalah ibadah, bersedekah adalah ibadah, dan sebagainya
sedangkan hakikat, berasal dari kata haq, Al Haq yang berarti kepunyaan atau milik, benar-benar ada. Sedangkan berdasarkan etimologi, haq adalah puncak yang ingin dicapai, atau inti/puncak dari segala sesuatu.
Contoh penggunaan katanya "pada hakikatnya mereka adalah orang baik"
Contoh penggunaan kata yang lain "yang ghaib dan yang nyata hanyalh dibatasi sebuah tirai, secara hakikat tidak ada yang ghaib, karena semua nya memiliki wujud"
Kenapa bisa terjadi kekeliruan?
Kosakata-kosakata yang kita gunakan saat ini, terkadang banyak kemiripan, misalnya dalam bahasa Indonesia yang sering kita gunakan adalah seperti kosakata syariat, terkadang juga disebut syariah, dikatakan juga syarah, dan juga sering disebut syara'.
Nah, sementara mengadopsinya ke dalam bahasa daerah, pengucapan kata untuk kata sara' (bahasa daerah - artinya syarat) mirip dengan pengucapan syara' (Indonesia - Interaksi - syariat).
Pengucapan dan penggunaan katanya, bisa meyebabkan kekeliruan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H